BLOG Ricky Untuk Pertanian. Blog ini memuat tentang pertanian secara umum dan ada tambahan dari berita pertanian, tips ampuh berhubungan dengan pertanian, lowongan kerja bidang pertanian dan resep makanan-minuman dari hasil pertanian. Yang pasti Pertanian Untuk Negeriku Tercinta Indonesia.
Senin, 12 September 2011
Indonesia hasilkan produk pertanian yang eksotis
Hal itu disampaikan Bayu Krisnamurthi sebagai keynote speech-nya pada sesi kedua Indonesian Business Day dengan topik Food Industry Potentials , yang diselenggarakan di Haus der Commerzbank Berlin, demikian Counsellor, Fungsi Pensosbud KBRI Berlin, Ayodhia GL Kalake kepada Antara London, Minggu.
Bayu menjelaskan beberapa produk pertanian Indonesia, antara lain kopi luwak, yang merupakan kopi hasil proses alamiah hewani dan juga kelapa asal Kintamani, Bali adalah contoh produk pertanian yang sangat eksotis.
Namun, yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengemas dan memasarkannya kepada pasar internasional dengan nilai ke-eksotisannya yang sangat khas Indonesia, ujarnya.
Produk-produk tersebut merupakan produk potensial di segmen pasarnya, untuk itu Wamentan mengajak masyarakat Jerman untuk turut mengkonsumsi produk-produk tersebut dan mengundang investor Jerman ke Indonesia untuk mengembangkan bisnis di bidang produk-produk tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi BPOM, Dr Roy Sparringa menyampaikan Indonesia merupakan negara yang potensial untuk investasi dalam bidang industri pangan.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan mengenai sistem keamanan pangan terintegrasi di Indonesia (Indonesian Integrated Food Safety System).
Dijelaskan pula mengenai penerapan praktek-praktek pengolahan makanan dari bahan mentah menjadi layak untuk dikonsumsi serta pelabelan pangan serta penulisan keterangan/informasi yang harus dicantumkan dalam setiap kemasan pangan. Roy mengundang kalangan pebisnis Jerman untuk bekerja sama dalam mengembangkan penelitian di bidang industri pangan.
Dalam sesi yang dimoderatori Dr. Indah Kristanti tersebut, tampil pula Presiden GAPMMI, Ir. Adhi Siswaja Lukman yang menyampaikan bahwa industri pangan merupakan salah satu industri yang termasuk dalam program "Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia".
Indonesia memiliki industri pangan yang terus tumbuh positif selama 5 tahun terakhir dan untuk tahun 2011 diestimasi akan mencapai pertumbuhan sebesar 9,3 persen. Industri pangan di Indonesia menempati urutan ke-2 dalam realisasi investasi domestik dan urutan ke-5 dalam realisasi investasi asing.
Tantangan yang dihadapi oleh industri pangan Indonesia adalah terkait perubahan pola hidup masyarakat Indonesia, terutama kalangan menengah atas Indonesia yang bertumbuh, serta kesadaran masyarakat akan yang lebih menaruh perhatian terhadap kualitas produk pangan terutama yang menyangkut keamanan dalam mengkonsumsi.
Jumat, 01 Juli 2011
Peluang Usaha Pertanian : Kreasi Boneka Tepung dan Sabun

Percampuran sabun mandi dan tepung terigu, ternyata mampu menghasilkan karya unik dan bernilai ekonomis. Di tangan Nurmawati, bahan yang murah meriah itu dibentuk menjadi aneka boneka labonte nan lucu.
Nama Nurmawati (42) warga asal jalan Sembilang no 31 C Polowijen, mulai dikenal sejak ia mengikuti sebuah pameran kerajinan di Malang Olympic Garden (MOG) empat bulan lalu.
Karyanya, boneka-boneka mungil yang dilengkapi pakaian daerah. Boneka ini terlihat menarik dan unik karena bahannya sederhana: sabun mandi dan tepung terigu. Usai pameran dan meraup untung lumayan besar, Nurmawati menerima banyak pesanan boneka itu.
“Saat ini, dari membuat boneka, kami bisa menambah penghasilan rumah tangga sekitar RP 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan,” jelas ibu dua anak ini.
Perempuan yang juga mengajar ekstrakurikuler Pramuka di tiga SD dan SMP di Malang ini lantas mulai memproduksi boneka itu secara rutin di sebuah bengkel berukuran 2 x 2 meter di rumahnya. Sekitar 20 pasang boneka per hari itu dibuat secara rutin di sela-sela aktivitasnya yang padat. Sebab, selain memberi pelatihan pramuka di sore hari, sehari-hari Nurmawati bekerja di bagian pelayanan loket pembayaran listrik di PLN Polowijen.
“Membuat boneka ini sebenarnya mudah dan tidak membutuhkan bahan yang mahal. Yang terpenting harus bisa telaten,” ujarnya.
Ditambah Pewarna Kue
Dikatakan, tiap hari, ia hanya menghabiskan satu batang sabun mandi dan 0,5 kg tepung terigu untuk membuat puluhan boneka labonte tersebut. “Semula, sabun batangan dicacah dan direndam air selama 2-3 jam, hingga sabun yang direndam tersebut tercampur dengan air dan menjadi halus,” jelas Nurma yang terlihat cekatan membuat adonan.
Setelah itu, sabun yang telah menjadi halus tersebut dicampur dengan tepung terigu secukupnya hingga adonan benar-benar lembut seperti lilin malam. Adonan tersebut lantas dicampur dengan pewarna kue untuk mendapatkan warna sesuai dengan bentuk boneka yang akan dibuat.
Setelah boneka dibuat, boneka itu dikeringkan kemudian disemprot pernis atau cat agar tahan lama dan tidak berjamur.
“Untuk mendapatkan kesan yang lebih cantik, biasanya saya menambahkan kain perca, gliter, ataupun pernak-pernik yang bisa melahirkan kesan hidup untuk boneka saya,” kata Nurma.
Setelah terlihat cantik, Nurma mulai mengemasi boneka tersebut. Namun masalah kemasan, Nurma menyerahkannya pada suaminya, Revizal. Sang suami yang mahir dalam dalam kreasi kemasan, berupaya agar boneka bikinan istrinya dilirik orang. Salah satu yang ia lakukan adalah membuat ‘api unggun’. Dalam paket boneka bertema pramuka, di tengah boneka diselipkan lampu agar menyerupai api unggun sehingga hasilnya terlihat unik.
Genjot Produksi, Siap Ajarkan Keterampilan

BUSANA DAERAH - Kreasi boneka berbahan larutan sabun dan terigu (La Bunte) ini juga dibuat dengan model busana khas beberapa daerah di Nusantara.
Ia pernah mendapat pesanan khusus dari dokter gigi berupa boneka berbentuk gigi. “Boneka gigi ini sebagai suvenir pasien yang datang dari luar negeri,” jelasnya.
Semula, Nurmawati tak menyangka jika hasil kreasinya itu sangat diminati warga di Kota Malang. Terlebih usaha membuat boneka ini berawal dari coba-coba. “Saat itu saya masih mengajar pelajaran keterampilan di sebuah sekolah. Saya harus mengasah ide agar siswa tidak bosan. Melalui teman, saya mendapatkan ide membuat boneka labunte,” terang Nurma, mengisahkan kejadian enam tahun lalu.
Setelah serius berguru membuat boneka labunte pada seorang teman, akhirnya ia berkreasi sendiri.
Kreasinya kian beragam hingga akhirnya ia tuangkan dalam buku keterampilan tingkat SD yang diterbikan oleh Dinas Pendidikan. “Akan tetapi, tampaknya tidak ada orang yang tertarik membuat boneka labunte. Alasan yang muncul karena boneka gampang berjamur,” terangnya.
Mendapati keluhan ini, Nurma tergelitik untuk bereksperimen agar boneka itu tidak bisa berjamur. Setelah coba sana sini, akhirnya ia menemukan cara bahwa boneka itu harus dicat semprot guna menangkal jamur. Atas temuan inilah, lantas ia tertarik memproduksi boneka mini itu.
Sebagai industri rumahan skala kecil, Nurma baru bisa memasarkan boneka buatannya saat ada undangan pameran dari satu tempat ke tempat lain saja. Namun, seiring waktu, Nurma mulai bisa menitipkan karyanya di galeri UMKM yang ada di kantor Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, di jalan Panji Suroso Malang. dari situlah para pengunjung yang menginginkan produknya bisa menghubungi melalui kartu nama yang di tinggalkan di samping hasil produksinya.
Kini, dengan permintaan yang makin tinggi, Nurma mengaku kewalahan karena keterbatasan tenaga kerja permodalan. Ia pun membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar bersama membuat boneka ini.