BLOG Ricky Untuk Pertanian. Blog ini memuat tentang pertanian secara umum dan ada tambahan dari berita pertanian, tips ampuh berhubungan dengan pertanian, lowongan kerja bidang pertanian dan resep makanan-minuman dari hasil pertanian. Yang pasti Pertanian Untuk Negeriku Tercinta Indonesia.
Minggu, 27 November 2011
Berita Pertanian : Sentra Hortikultura Mulai Difokuskan ke Indonesia Timur
"Ke depan kami akan mendorong pengembangan sentra hortikultura di Indonesia Timur seperti Sulawesi Selatan sebagai alternatif pemasok sayuran untuk pasar ekspor," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, sudah mulai dirintis dengan ekspor perdana sayur buncis dari Sulawesi Selatan ke Singapura bulan lalu. Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan produksi sayuran dan buah di propinsi tersebut terus meningkat, apalagi sudah ada penerbangan reguler Garuda yang langsung dari Makassar menuju Singapura. "Ini bisa dimanfaatkan sebagai sarana transportasi," katanya.
Pada kesempatan tersebut Zaenal menyatakan, masih adanya sejumlah hambatan yang menyebabkan penurunan daya saing ekspor produks hortikultura (buah dan sayuran) Indonesia di pasar internasional.
Beberapa hambatan tersebut antara lain produk yang kurang memenuhi standar yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor seperti kesegaran dan keamanan pangan, buruknya infrastruktur jalan di sentra produksi, dan sarana pelabuhan yang kurang mendukung.
Selain itu, tambahnya, juga masih tingginya tarif kargo angkutan udara bagi ekspor produk hortukultura. "Faktor-faktor tersebut akhirnya bermuara pada inefisiensi yang mengakibatkan harga jualnya tinggi, meski potensi sumberdaya alam Indonesia melimpah," katanya.
Namun, kata dia, negara-negara produsen hortikultura lainya seperti China, Vietnam, Thailand dan Malaysia justru memberikan kemudahan dan insentif tinggi bagi pengusaha yang akan ekspor.
Dia mencontohkan, Thailand memberikan bunga bank hanya 6% dan Taiwan 1%. "Padahal pasar menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Sebab kegiatan apapun tergantung pasar," katanya.
Karena itu, tambahnya, pemerintah berusaha memfasilitasi petani dan pengusaha agar bisa berjalan bersama. Selama ini negara lain lebih baik dalam memfasilitasi petani maupun pengusahanya. "Dengan Undang-undang Perlindungan Petani diharapkan akan ada kebijakan makro yang berpihak terhadap permodalan petani," ujarnya.
Sementara itu Direktur Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen PPHP Nazaruddin menyatakan, untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura nasional pemerintah telah mengembangkan sejumlah strategi yakni Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices dan Good Distribution Practices.
"GAP atau praktek budidaya yang baik meliputi pemilihan bibit tanaman buah yang unggul, pemeliharaan yang intensif serta perlindungan terhadap hama dan penyakit," katanya pada Temu Koordinasi Kehumasan yang digelar Ditjen PPHP di Bandung.
Sedangkan GMP atau penanganan dan pengolahan yang baik antara lain meminimalisir kerusakaan saat setelah pasca panen, meningkatkan nilai tambah, mempertahankan tekstur, citarasa dan nilai nutrisi. Kemudian pengemasan untuk memperpanjang daya simpan, kemudahan distribusi dan menyiasati panen raya.
Sementara GDP yakni strategi pemasaran antara lain dengan survei pasar, pembenahan sistem distribusi, infrastruktur pemasaran serta menjaga kontinuitas produk. (ant)
Berita Pertanian : Komoditas Pertanian Harus Tembus Pasar Ekspor
“Tidak hanya kentang, banyak komoditas hortikultura kita sudah diekspor. Pasar luar memang suka dengan produksi kita yang memang berkualitas,” ucapnya.
Meski, memang diakuinya, masih banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan sistem pertanian di Sumut. Penggunaan bibit lokal atau persediaan bibit unggul serta pembinaan kepada petani masih perlu ditingkatkan dengan dukungan tidak hanya dari pemerintah saja, namun dari berbagai kalangan masyarakat.
“Persediaan bibit kentang unggul di BBI Kutagalung Brastagi ini juga upaya kita dalam meningkatkan persediaan bibit unggul guna memenuhi kebutuhan petani. Karena dengan peningkatan produksi, maka akan membawa naiknya pendapatan petani,” imbuh Roem.
Untuk data ekspor sendiri, dikatakannya periode Januari hingga Juli 2011 telah mencapai US$ 1,065 juta dengan volume 2.644 ton untuk komoditas kentang. Nilai ini diperkirakan akan terus meningkat melebihi tahun 2010 yang mencapai US$ 2,169 juta dan volume 6.162 ton.
“Setiap tahun nilai ekspor kentang kita naik, di tahun 2009 nilai hanya mencapai US$ 1,997 juta dan tahun berikutnya naik US$ 2,169 juta. Ini menunjukkan permintaan kentang ke Sumut meningkat dan pasar sudah banyak mengenal komoditas hortikultura Indonesia,” katanya.
Tidak hanya kentang, komoditas hortikultura lainnya yang ikut diekspor yakni palawijaya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai. Untuk sayur-sayuran ada kentang, toma, bawang merah, bawang daun, kol/kubis/kol bunga, wortel, selada, mentimun dan lainnya.
Sedangkan untuk komoditas buah-buahan berupa alpukat, jambu, jeruk, jeruk lemon, mangga, manggis, pisang, strawberry dan anggur. Ada juga komoditi obat-obatan seperti jahe, kunyit, kapulaga, asam jawa, merica, bunga pala, lada putih dan kayu manis.
Sedangkan daerah yang banyak mengembangkan komoditas kentang, lanjutnya yakni ada di Kabupaten Simalungun, Tanah Karo, Tapanuli Utara, Dairi, Toba Samosir, Mandailing Natal Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir dengan total luas lahan keseluruhannya mencapai 7.119 hektare dan produksi 26.203 ton serta produktivitas 158,31 kuintal perhektare.
“Dari data sementara ditahun 2011 hingga periode September, produksi kentang telah mencapai 78.686 ton dengan luas tanam 5.275 hektare. Sangat tinggi karena petani bergairah mengembangkannya dan upaya kita terus sosialisasi penggunaan bibit unggul dalam meningkatkan produktivitas tanaman,” ungkap Roem.
Senin, 21 November 2011
Nasi, Tak Ada Gizinya!
NASI memang membuat perut menjadi cepat kenyang. Terlebih, warga Indonesia hampir setiap hari mengonsumsinya. Namun, di balik itu semua, nyatanya nasi tidak ada gizinya.
Seperti dilansir dari buku Healthy Happy Family milik chef cantik Farah Quinn, Senin (21/11/2011), meskipun nasi terbilang alami dan tidak melalui proses kimia namun nilai gizi dari nasi itu sangat kurang.
Nasi putih termasuk refinerd food yang hanya berisi karbohidrat dan tidak berserat sama sekali.
Memang harus diakui karbohidrat putih memberikan energi secara instan tetapi efeknya bisa menghancurkan tubuh manusia karena tubuh kita sangat sulit mencerna refined food.
Selain itu, bila Anda terlalu sering mengonsumsi nasi akan menimbun lemak di dalam tubuh Anda. Oleh karenanya Anda akan menjadi gemuk dan tidak sehat.
Minggu, 20 November 2011
Berita Pertanian : Usai Beras Thailand, Bulog Jabar Tambah Beras dari Vietnam
Kepala Divisi Regional (Divre) Bulog Jabar Usep Karyana mengakui, dari 30 ribu ton stok beras untuk kegiatan OP dan Raskin, sebagian di antaranya merupakan impor dari Thailand dan Vietnam.
"Stok beras untuk OP dan Raskin masih sekitar 30 ribu ton. Dengan rincian, 200 ton impor dari Thailand. Dan, sisanya impor dari Vietnam, serta pengadaan sendiri," ujarnya, Senin (21/11).
Namun, Usep enggan menyebutkan jumlah total impor beras dari Vietnam dengan alasan belum dipasarkan. "Yang jelas kami (kembali) menerima impor dari Vietnam. Soal jumlahnya belum bisa kami ungkapkan sekarang," jelas Usep.
Menurutnya, kebijakan impor itu sifatnya vertikal, Bulog di daerah, provinsi, kabupaten, dan kota hanya melaksanakan tugas, yaitu memasarkan sesuai kebutuhan. "Sekarang ini banyak yang beranggapan seolah Bulog di daerah yang berwenang membeli beras impor. Itu, penilaian yang keliru," tandasnya.
Usep menjelaskan orientasi pengadaan beras impor khusus untuk kegiatan OP dan Raskin, selain menekan harga di pasaran. "Karena harga beras di pasaran kini tergolong normal. Karena itu, kami tidak akan memasarkan beras impor tersebut," kata Usep.
Sebelumnya, Divre Bulog Jabar memasarkan beras impor asal Thailand melalui OP ke sejumlah pasar tradisional di Bandung dan sekitarnya, dengan harga bervariatif, yaitu antara Rp6.100 hingga Rp6.450 per kilogram. Kebijakan Bulog itu sempat ditolak Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jabar.
Melalui ketua pelaksana harian Entang, HKTI Jabar menolak kebijakan Bulog yang telah memasarkan beras impor ke sejumlah pasar trsdisional, serta beberapa lokasi lainnya.
Menurutnya, ini sama dengan membunuh petani lokal. Sebaliknya, pemerintah pusat, melalui Bulog yang ada di daerah (provinsi, kota dan kabupaten), menyuburkan petani di luar negeri. Hal ini dinilai sebagai kebijakan yang keliru.
Menjadi Petani Juga Bisa Kaya
Dikatakannya, jika melihat produksi jeruk saai ini, Tapanuli Utara berpotensi menjadi salah satu daerah penghasil jeruk yang berkualitas bagus. “Untuk itu, saya imbau jangan malu menjadi petani. Kebutuhan ekonomi harus terus dipenuhi. Bayangkan, kalau dunia pertanian ditinggalkan,” katanya.
Ketua MJI Taput Jakub Tarigan mengungkapkan, tanaman jeruk di Taput mulai menggeliat.
Karenanya dalam kegiatan ini, dirinya mengajak para petani jeruk yang hadiruntuk menyatukan teknik perawatan jeruk, agar kualitas jeruk yang dihasilkan mempunyai ciri khas dan berkualitas sempurna.
Kegiatan itu, sebut Tarigan, untuk mendapatkan masukan, bagaimana petani jeruk mampu meningkatkan produksi dan kualitas jeruk yang bagus. “Saat ini lahan pertanian jeruk di Taput sekitar 500 hektar dan sekitar 200-an hektar sudah berproduksi,”sebutnya.
Tarigan menuturkan, faktor penyebab tanaman jeruk rusak, juga dipengaruhi kualitas bibit yang digunakan, faktor tanah, alam dan penggunaan pestisida yang tidak seimbang. Sebab itu, petani diharapkan mengantisipasinya sejak pembibitan sekaligus melakukan pemangkasan daun/buah yang sudah terserang penyakit, guna menghindari meluasnya penyakit tanaman.
Acara tersebut, diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan dihadiri ratusan petani jeruk se-Taput dan pakar-pakar jeruk dari Berastagi, Kabupaten Karo diantaranya, Usaha Barus
Awas, Lahan Pertanian Kita Sudah Sakit!
Penegasan itu terkait dengan semakin parahnya kondisi kesuburan lahan pertanian baik lahan sawah maupzun lahan kering yang ada di propinsi ini. Padahal, Sumut adalah salah satu propinsi penyangga ketahanan pangan nasional. “Kalau tidak segera diperbaiki sedini mungkin maka produksi pertanian Sumut akan terus menurun. Sementara biaya produksi semakin membengkak,” katanya lagi.
Penurunan produksi pertanian itu menurut Musfal, gara-gara degradasi lahan yang disebabkan oleh pemberian pupuk nonorganik yang tak beraturan atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sementara petani jarang sekali mengembalikan bahan organik itu ke lahan.
Padahal, bahan organik sangat mudah didapat, seperti dari jerami padi. Jerami hasil panen dapat dikomposkan untuk selanjutnya ditaburkan ke lahan. Namun, yang terjadi di tingkat petani adalah membakar jerami padi tersebut dengan mengesampingkan efek yang ditimbulkan. Abu hasil bakaran jerami itu justeru dapat merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah di samping matinya mikroba tanah sebagai pengurai bahan organik.
“Kalau jerami dibakar yang tinggal hanya abu dan kandungan abu dominan adalah kalium sedangkan kandungan bahan organiknya sudah hilang,” jelasnya.
Makanya, saat ini program pemerintah adalah pengembalian bahan organik melalui penggunaan pupuk organik khususnya pupuk organik granular/butiran (POG).
Secara umum, kondisi tanah pertanian sudah menumpuk atau terfiksasi (terikat-red) khususnya unsur P dan K. Nah, karena sudah terikat maka tanaman tidak bisa mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan tanaman. “Sebetulnya, hara di dalam tanah bukan miskin hanya saja tanaman tidak bisa mengambilnya karena sudah terfiksasi tadi. Dan, untuk bisa mengambilnya adalah dengan menambahkan bahan organik dengan pemberian pupuk organik,” jelasnya.
Alasan itulah yang menyebabkan mengapa penggunaan pupuk organik di Kabupaten Karo cukup besar. Pupuk organik kata Musfal, bila sudah dimasukkan ke dalam tanah dalam prosesnya akan mengeluarkan asam-asam organik yang berfungsi melarutkan P dan K yang terfiksasi tadi terlepas dan terlarut di dalam air sehingga bisa diambil tanaman melalui akarnya. “Makanya, sekarang ini dianjurkan menggunakan bahan organik dalam proses budidaya pertanian,” terang Musfal.
Tingkat keparahan lahan pertanian yang paling tinggi menurut dia, adalah pada lahan kering seperti hortikultura. Salah satu contohnya adalah Kabupaten Karo. Itu terlihat dari tingginya penggunaan pupuk organik di daerah penghasil hortikultura terbesar di propinsi ini tiap kali akan menanam.
“Rata-rata, seorang petani di Karo menghabiskan empat hingga lima ton pupuk organik per hektare. Tanpa penggunaan pupuk organik, produksi yang akan dihasilkan tidak seperti yang diharapkan atau dengan kata lain rendah. Dan, itu ditambah lagi dengan penggunaan pupuk konvensional, seperti urea, TSP dan KCl dalam jumlah yang berlebih lagi,” ujarnya.
Akibatnya, biaya produksi tinggi sementara hasil panen yang diperoleh sama dengan hasil panen sebelumnya. Jika cost sudah tinggi, maka nilai jualnya pun akan tinggi, kalau tidak petani akan merugi. “Inilah, salah satu penyebab produk pertanian kita sulit bersaing dengan produk luar negeri khususnya dari segi harga. Produk yang kita tawarkan selalu lebih tinggi dibanding impor punya,” kata Musfal.
Musfal mengatakan, banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik, diantaranya, bisa melepaskan bahan organik yang terfiksasi, mengnadung unsur hara yang lengkat khususnya unsur mikro yang diperlukan oleh tanaman umumnya padi sawah seperti unsur Cu (cuprum) dan Zn.
Umumnya, kata dia, lahan sawah yang terfiksasi sangat tinggi yang disebabkan kekurangan unsur Cu dan Zn. “Kadar bahan organik di dalam tanah biasanya diukur dengan nilai C organik. Dan, sesuai dengan Permentan, nilai C organik tanah lebih besar dari 12% sedangkan nilai C/N (tingkat kematangan bahan organik) yang dianjurkan antara 15 – 25 persen. Dan, untuk mengetahui kadar C ataupun C/N bisa diukur dengan menggunakan alat,” kata Musfal.
Tips Ampuh : Mengatasi Mag dengan Tanaman
Sakit mag sering kali digambarkan sebagai termakannya lambung kita oleh asam lambung. Kalau penyakit ini menimpa, kita akan merasakan sakit luar biasa pada perut atas sebelah kiri. Ternyata beberapa tanaman di sekitar kita punya khasiat mencegah dan menyembuhkannya.
Sakit mag merupakan istilah yang populer untuk menggambarkan kondisi-kondisi seperti ini: kalau sering muntah agak asam, suhu badan naik, muka pucat, nafsu makan kurang, kalau sedang kosong perut terasa sakit, perih, dan sesak pada bagian atas ulu hati sakit hingga kadang-kadang membuat kita terbangun di tengah malam, buang hajat tidak teratur, terkadang sembelit atau mencret.
Maag sendiri merupakan kosa kata Belanda yang berarti lambung yang kemudian diindonesiakan menjadi mag. Jadi, sakit mag sebenarnya adalah sakit lambung. Umumnya, penyakit yang sering terjadi pada orang bergolongan darah O ini berupa radang selaput lendir (mukosa), lambung (gastritis), atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum).
Biang keladi penyakit ini adalah zat yang dapat menginhibisi sekresi asam lambung. Misalnya, histamin dan anti-inflamasi non-steroid. Kerja berat, pikiran tegang, tidak tenang, atau kurang tidur juga menyebabkan kadar asam lambung yang tinggi. Sering terlambat makan, kebiasaan minum obat yang bersifat asam saat perut kosong, minum minuman beralkohol, dan mengisap rokok berlebihan juga bisa menjadi penyebab penyakit ini. Demikian pula dengan infeksi bakteri Helicobacter pylory yang dapat menyerbu lapisan submukosa lambung.
Berdasarkan penyebab tadi, penyembuhannya dilakukan dengan menetralkan asam lambung, mengurangi produksi asam lambung, mengobati infeksi pada selaput lendir lambung, dan mengurangi rasa sakit akibat iritasi selaput lendir atau kekejangan otot dinding lambung. Obatnya antasid, antihistamin, antikolinergik, demulcent (dapat mengurangi iritasi lokal pada tukak lambung, dan secara fisik melindungi sel-sel di bawahnya terhadap kontak dan iritasi dari luar). Khusus untuk sakit lambung karena infeksi H. pylory pengobatannya menggunakan antibiotik.
Penderita dianjurkan pula untuk makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Selain dengan pengobatan menggunakan obat farmasi, penyembuhan sakit mag juga bisa dengan menggunakan tanaman obat. Dengan mencampur tanaman yang mempunyai sifat demulcent, antasid dan astringent, akan dapat diperoleh sediaan paling baik untuk pengobatan luka (tukak).
Berikut adalah beberapa resep tanaman untuk mengatasi berbagai gangguan lambung.
Kunyit (Curcuma longa atau C. domestica)
Seibu jari rimpang kunyit setelah dicuci, diparut. Parutannya kemudian diberi sedikit air dan diperas. Minum 2x sehari, pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur.
Lidah buaya (Aloe vera)
Ambil gel segar dari setengah lembar daun lidah buaya. Gel sebanyak ini diminum untuk sekali minum. Minumlah 2x sehari. Bisa diberi madu secukupnya. Untuk ibu hamil sebaiknya tidak mengonsumsi ramuan ini.
Kamomila (Matricaria recutita)
Seduh 1 sendok teh bunga kamomila dengan 150 ml air panas, diamkan selama 5 - 10 menit, lalu minum. Ulangi seduhan ini 3 - 4 kali sehari.
Kencur (Kaempferia galanga)
Untuk mengatasi sakit mag: 1 jari rimpang kencur dicuci bersih, dikupas, dan dikunyah dengan garam seperlunya. Sesudah halus, telan kunyahan kencur tadi disusul dengan minum air hangat. Lakukan ini 3x sehari.
Cincau (Cylea barbata)
Ambil segenggam daun cincau (± 80 g berat basah). Daun dicuci bersih lalu digiling sampai halus. Hasilnya diremas dengan air minum seperlunya dan saring. Agar lekas mengental, beri kapur sirih seperlunya. Setelah menggumpal, makan dengan air gula atau sirup. Lakukan ini 3x sehari, masing-masing sebanyak _ gelas minum (kapasitas gelas kira-kira 200 ml).
Meniran (Phyllanthus niruni)
Cuci dan rebus _ genggam daun meniran dengan 3 gelas air dan biarkan sampai tinggal _ nya. Sesudah dingin disaring, lalu diminum dengan madu seperlunya. Lakukan cara ini 3x sehari.
Jika lambung kita bermasalah, tidak ada salahnya untuk berpaling ke alam untuk mencari obatnya.
Jumat, 18 November 2011
Beras Raskin dari Thailand dan Nasib Petani Kita
Bulan Oktober kemarin, sebagian besar penerima raskin (beras untuk masyarakat miskin) berseri-seri. Apa pasal? Ternyata jatah raskin bulan itu berasal dari Thailand. Penulis menduganya karena dari karung beras tertera "Thai Rice" dengan keterangan 5% brokens - 50 kg/net. Biasanya jatah raskin pada karung beras hanya tertulis Bulog.
Di satu sisi kita perlu mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan jatah raskin dengan beras yang berkualitas. Orang miskin memang harus diberi beras yang berkualitas agar memiliki energi untuk bisa bekerja dengan maksimal sehingga pendapatan bertambah. Kesadaran dari pemerintah ini seharusnya tetap berlanjut untuk bulan-bulan berikutnya dengan memberi yang terbaik buat rakyat miskin.
Tapi di sisi lain, kita patut bersedih. Jatah raskin "made in" Thailand itu menandakan bahwa kita belum berswasembada beras. Indonesia yang mengaku sebagai negara agraris ternyata masih mengimpor beras dari negara lain, ini tentu mengundang tanda tanya.
Pemerintah mengklaim produksi padi yang pas-pasan dan alasan untuk memenuhi cadangan stok milik pemerintah di Perum Bulog menjadi pembenaran dilakukannya impor beras, yang setiap tahun menghabiskan devisa negara hingga triliunan rupiah.
Parahnya, importasi beras, khususnya dari Thailand dan Vietnam, terus dilakukan selama puluhan tahun. Dari sini saja terlihat bahwa memang tidak ada niat dari pemerintah untuk merealisasikan swasembada beras. Tidak ada upaya nyata untuk mendorong peningkatan produksi beras, baik melalui intensifikasi (peningkatan hasil panen padi per hektar) atau dengan ekstensifikasi (membuka lahan pertanian baru untuk tanaman pangan).
Kedaulatan apalagi yang masih kita miliki sekarang? Jawabannya, tidak ada. Karena dalam urusan pangan pun kita sudah tidak memiliki kedaulatan. Urusan pangan alias urusan perut pun kita tidak bisa mandiri. Untuk urusan pangan ini kedaulatan kita ternyata sudah tersandera. Beras produksi petani kita ditekan habis oleh produk impor. Harga beras impor lebih murah membuat petani kita gigit jari. Buah-buahan impor, sayur impor, kedelai impor, ubi kayu (singkong) pun diimpor. Para petani kita menangis karena jadi anak tiri di negeri sendiri.
Lahan Pertanian
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,4% per tahun ternyata tidak dianggap sebagai sinyal untuk menambah jumlah produksi beras dan tanaman pangan lainnya. Bertambahnya penduduk Indonesia seharusnya menjadi landasan pemerintah untuk mendorong petani meningkatkan usaha pertaniannya. Petani-petani generasi baru harus diciptakan dengan menyediakan lahan serta sarana dan prasarana pertanian lainnya.
Namun, kenyataannya pemerintah justru terkesan abai. Peningkatan produksi beras tidak mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk. Nasib petani yang menjadi ujung tombak turun-naiknya produksi beras justru tidak diperhatikan. Bahkan alih-alih memfasilitasi petani agar termotivasi meningkatkan produksi beras, pemerintah justru terus mengimpor beras dalam jumlah besar. Aktivitas impor pangan ini dimanfaatkan oknum tengkulak dan pedagang untuk menekan harga hasil panen petani.
Selain itu, setiap tahun, lahan pertanian justru mengalami penyusutan. Salah satunya karena alih fungsi lahan pertanian untuk keperluan dan usaha bidang lainnya. Setiap tahunnya di areal lahan pertanian justru banyak dibangun perumahan, mal serta pusat bisnis.
Menyusutnya lahan pertanian, tidak ada antisipasi yang disiapkan, baik melalui upaya intensifikasi dengan menerapkan teknologi untuk meningkatkan produksi beras atau menyiapkan lahan-lahan baru. Di sisi lain, kebijakan pemerintah juga belum sepenuhnya berorientasi dan mendukung para petani yang sebenarnya menjadi garda terdepan produksi beras. Lihat saja, petani tidak pernah lepas dari garis kemiskinan.
Saat ini, luas lahan persawahan di Indonesia hanya 7,7 juta hektar dan itu terbagi pada lahan tadah hujan dan lahan rawa lepas. Rata-rata produksi beras per hektar sebesar 5,1 ton gabah kering giling (GKG) dan konsumsi beras mencapai 139 kg per tahun per kapita. Menurut perhitungan, terdapat kekurangan pasokan beras sebanyak 20 kg kapita per tahun. Jadi, pemerintah menganggap impor memang harus dilakukan untuk menutup kekurangan kebutuhan beras tersebut. Ini artinya, gembar-gembor pemerintah bahwa produksi beras nasional surplus hanya isapan jempol belaka.
Saat ini hanya 54% petani yang memiliki lahan pertanian sendiri dan rata-rata luas lahannya tidak lebih dari 0,35 hektar per orang. Dengan kondisi ini, kita dapat mengetahui betapa minimnya pendapatan petani, penghasilannya hanya cukup buat makan. Tidak ada dana lagi untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Para petani di Thailand, Vietnam, China, Eropa dan Amerika mendapat subsidi dan nilainya per tahun bisa mencapai miliaran dolar AS. Pemerintah negara-negara tersebut menjaga harga hasil panen petaninya dalam kisaran ideal. Namun, di sisi lain, harga jual pangan produksi dalam negerinya masih bisa terjangkau oleh masyarakat lainnya.
Selain itu, mereka melakukan proteksi yang sangat ketat terhadap produk pangan
dari luar dan mengutamakan hasil produksi dalam negerinya. Sehingga tingkat kesejahteraan para petani di negara-negara tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia.
Nasib Petani
Menjadi petani di negeri ini identik dengan sejuta kesialan. Saat hendak menanam, petani terbentur modal dan sulit mangakses aneka sarana produksi pertanian. Kalaupun ada, harganya selangit. Dalam hal modal, dengan alasan tidak bankable, perbankan enggan mengucurkan kredit.
Saat sudah tanam, anomali iklim membuat kekeringan atau banjir datang, setelah itu hama dan penyakit meruyak merusak tanaman. Didesak kebutuhan sehari-hari yang tak terelakkan, pada hari-hari menunggu panen petani terpaksa berhubungan dengan rentenir atau pengijon. Begitu panen, mereka tak berdaya menghadapi tengkulak yang memainkan harga sesuka mereka.
Setelah panen justru menjadi hari yang merisaukan, karena petani menjadi konsumen dan harus membeli pangan dengan harga mahal. Ujung dari lingkaran ini, petani tak berdaya dan termarginalkan, baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Logis jika petani tidak bangga disebut pak tani. Padahal, di negara lain petani itu profesi terhormat dan dijadikan simbol kepahlawanan dan semangat kerja keras.
Survei Pertanian Nasional (2000) menemukan, 80% pendapatan rumah tangga petani kecil disumbang dari kegiatan di luar pertanian seperti ngojek, dagang dan pekerja kasar. Fakta ini menunjukkan tak ada lagi "masyarakat petani", yakni mereka yang bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar kebutuhan hidupnya dicukupi dari kegiatan itu.
Punahnya masyarakat petani sudah lama diketahui. Kajian perdesaan selama 25 tahun (Collier dan kawan-kawan, 1996) menemukan fakta getir, tenaga kerja muda di pedesaan Jawa kian langka.Yang tersisa hanya pekerja tua-renta dan tidak produktif, yang lambat responsnya terhadap perubahan dan teknologi. Kalaupun ada petani muda, mereka terpaksa bertani karena tak terserap bekerja di sektor formal.
Jumlah petani di atas usia 50 tahun mencapai 75%, usia 30 - 49 tahun hanya 13%, sisanya 12% berusia kurang dari 30 tahun. Krisis tenaga kerja pertanian tinggal menunggu waktu. Akhirnya, pertanian identik dengan kemiskinan, gurem dan udik, serta tidak menarik tenaga terdidik dan generasi muda di pedesaan.
Hal ini akan mempengaruhi kemampuan petani dan sektor pertanian dalam menopang pangan (food), pakan (feed), sandang-papan (fibre), dan energi (fuel) secara berkesinambungan untuk menjamin kualitas (jiwa, raga, dan kecerdasan) warga dan generasi mendatang. Negara yang kuat akan tercipta jika petani kuat.
Sektor pertanian tidak lagi bisa memberikan penghidupan layak bagi para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini bukan hanya meningkatkan pengangguran dan kemiskinan di pedesaan, tapi secara pasti meningkatkan kesenjangan desa-kota dan sektor pertanian-industri, dan pada akhirnya akan melumpuhkan perekonomian nasional secara keseluruhan.
Pemerintah memang tidak salah memberi jatah raskin dengan beras dari Thailand, tapi alangkah baiknya jika jatah raskin itu merupakan hasil dari petani kita sendiri.
Penulis adalah pemerhati masalah sosial-kemasyarakatan.
Berita Pertanian : Bisnis Sayuran Organik Kian Menggairahkan
Medan. Bisnis sayuran organik kian menggairahkan petani seiring melonjaknya permintaan konsumen akan sayuran tersebut. Seperti yang diakui beberapa petani, sayuran organik makin diminati karena warga mulai sadar tentang manfaat dari mengonsumsi sayuran organik itu sendiri.
Dia mengatakan, dibanding dengan sayuran non organik, sayuran organik lebih menguntungkan jika diusahakan dengan sungguh-sungguh. Proses budidayanya pun tidak terlalu rumit bahkan bisa ditanam di lahan sempit.
Begitupun, tambahnya, masih banyak petani di sekitar daerah itu yang belum berminat menanam sayuran organik karena tampilannya yang kurang menarik dibanding sayuran non organik. Dengan tampilan yang kurang menarik tersebut menjadi salah satu kendala bagi masyarakat untuk tidak membelinya.
"Kebanyakan pelanggan sayuran ini datang dari masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas atau mereka yang telah mengetahui banyak tentang sayuran ini," ungkapnya.
Biasanya, kata dia, sayuran-sayuran yang telah dipanen didistribusikan ke pusat perbelanjaan modern yang ada di Kota Medan. Meski peminatnya masih dari masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, sayuran jenis ini sangat menguntungkan mereka karena harga jualnya bisa mencapai dua kali lipat dari sayuran non organik.
Harga yang cukup tinggi itu, kata dia, dikarenakan perawatan sayuran jenis ini lumayan rumit tidak menggunakan pestisida kimia sehingga perlu pengawasan yang lebih intensif terhadap serangan hama sayuran.
Mengenai harga, dia menyebutkan, untuk kangkung di jual dengan harga Rp4.000 per bungkus, sawi dengan harga Rp5.000 per bungkus, sedangkan bayam, timun dan sejumlah sayuran lainnya dijual pada kisaran harga Rp3.000 hingga Rp7.000 per bungkus. Rata-rata satu bungkusnya berkapasitas 500 gram.
Dengan berusaha sayuran ini, dia bisa meraup laba hingga Rp500.000 setiap kali panen. Dalam sepekan, dia bisa memanen sayuran hingga tiga kali
Berita Pertanian : Pemakaian Pestisida Hortikultura Dapat Ditekan hingga 20%
Jakarta. Penelitian menunjukkan pemakaian benih hortikultura berkualitas mampu mengurangi penggunaan pestisida sampai dengan 20%.
Witono mengatakan, kenyataan di lapangan petani beranggapan dengan memperbanyak penggunaan pestisida justru akan menghasilkan sayuran dan buah yang optimal. "Petani kita mungkin terlalu kreatif menggunakan pestisida berlebih padahal penggunaan bahan kimia seperti itu ada ambang batasnya," kata Witono.
Dia menunjuk hasil penelitian terhadap tanaman bawang merah dan cabai merah antara yang menggunakan pupuk dan pestisida menunjukkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijaksana hanya menimbulkan pemborosan.
Produksi untuk bawang merah dan cabai merah sama-sama naik antara yang menggunakan pupuk dan pestisida secara bijak dengan yang berlebih, akibatnya terjadi perbedaan keuntungan masing-masing 10% dan 20%.
Penggunaan insektisida untuk hama serangga dan fungisida untuk hama tumbuhan harus dilakukan dengan bijaksana agar selain tidak boros juga hama tidak resistant (kebal).
Petani harus dibekali pengetahuan kalau hama itu masih dibawah ambang batas maka penggunaan pestisida dapat dipergunakan, selain itu tidak semua penyakit dapat menggunakan pestisida, untuk itu petani harus terbiasa mengidentifikasikan penyakit.
"Mereka harus melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum memutuskan pestisida seperti apa," ujar dia.
Dikatakannya, kasus ledakan ulat buah di Brebes menunjukkan hama tersebut sudah resistant terhadap pestisida. “Penggunaan pestisida secara bijak dikalangan petani dapat dimulai dari kebijakan pemerintah dalam hal ini inisiatif dapat dilaksanakan melalui komisi pestisida,” ujar Witono.
Witono mengatakan, produsen benih seperti PT East West Seed Indonesia (Ewindo) telah memproduksi produk unggul yang dirancang tahan terhadap penyakit. "Hasil penelitian Balitsa di beberapa tempat benih-benih unggul dapat menghemat penggunaan pestisida," ujar dia.
Kenyataan petani di sejumlah daerah kata dia, seringkali tidak memanfaatkan benih baru, mereka lebih suka menggunakan anakan yang kualitasnya sulit dipertanggungjawabkan. Dia mengatakan, penggunaan bibit seharusnya terus diperbarui sehingga menghasilkan bibit unggul yang tahan terhadap hama.
Sementara itu Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Glenn Pardede mengatakan, penggunaan pestisida selain mengganggu kesehatan juga membuat hama menjadi resistan.
Glenn mengatakan, Ewindo terus melakukan pembinaan terhadap petani untuk bercocok tanam sayuran yang berkualitas, saat ini sudah ada 7.000 petani binaan di seluruh Indonesia.
Glenn mengatakan, saat ini Indonesia telah menghasilkan 6.000 sampai 7.000 ton benih hortikultura berkualitas atau naik rata-rata 10 sampai 15 persen per tahun. “Ewindo saat ini telah memproduksi 160 varietas sayuran dengan produksi 3.000 ton per tahun,” katanya optimis pertumbuhan 15% benih sayuran akan tercapai mengingat masyarakat mulai menyadari pola hidup sehat, sementara pada tahun lalu konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih rendah. (ant)
Berita Pertanian : Distan - BPTP Sumut Sosialisasikan Peningkatan Hasil Pertanian
Taufik mengharapkan, sejumlah kelompok tani yang mengikuti sosialisasi tersebut benar-benar menjalankannya sehingga tercipta peningkatan hasil panen dan tata cara pengolahan lahan yang lebih mudah untuk ditanami. Selain itu para petani juga menularkan ilmu yang didapat dari sosialisasi yang berlangsung di desa ini kepada petani lainnya. “Kita tidak mau petani masih melakukan pola tanam manual sebab pertukaran teknologi harus kita ikuti,” katanya.
Kepada penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang bertugas di daerah ini Kadis juga berharap tidak bosan memberikan pengarahan kepada petani demi tercapainya panen yang maksimal. “Pola tanam serentak juga harus dilakukan untuk menghindari berbagai serangan hama penyakit yang menimbulkan penurunan hasil panen,” katanya.
Joharnas salah seorang pemberi materi dari BPTP Sumut menuturkan, kegiatan sosialisasi ini sudah berlangsung sejak bulan Agustus lalu. “Saat ini sudah memasuki masa panen. Kita buktikan bahwa apa yang dilakukan selama ini melalui pengembangan teknologi pertanian sudah dirasakan petani. Saat ini petani mendapatkan hasil panen yang signifikan dari panen sebelumnya,” katanya.
Camat Kotanopan yang diwakili stafnya Suyono mengungkapakan rasa terima kasih atas upaya yang telah dilakukan Dinas Pertanian Madina bersama BPTP Sumut dalam rangka peningkatan hasil pertanian masyarakat secara kelompok.
“Kita berharap, upaya ini tidak berhenti sampai di sini saja melainkan dilakukan secara berantai kepada sejumlah kelompok tani lainnya di luar kecamatan ini, bahkan seluruh petani yang ada di Madina. Selain itu kami juga berharap peningkatan teknologi dapat diturunkan kepada petani Madina, agar peningkatan penghasilan petani terus bertambah,” katanya.
Sementara Nurhasanah (38) salah seorang anggota kelompok tani Sejahtera di Desa Tombang Bustak mengatakan, selain ilmu teknologi yang diberikan, juga diimbangi dengan sejumlah bantuan lainnya terhadap petani Madina dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, seperti bantuan bibit, pupuk dan sarana pasca panen.
“Di luar dari bantuan itu kami mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan harga jual gabah yang selama ini masih rendah dan tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan petani,” ujarnya.
Minggu, 13 November 2011
Berita Pertanian : Belum yakin Indonesia swasembada gula
Jafar Hafsah usai melakukan tujuh hari kunjungan kerja ke tiga pabrik gula di Kabupaten Bone dan Takalar di Provinsi Sulawesi Selatan, Minggu, mengatakan, faktor yang membuat target itu sulit dilakukan karena sistem penanganan yang belum efisien dari hulu hingga hilir industri.
"Rata-rata pabrik kita peninggalan Belanda, perlu peremajaan. Kualitas batang tebu kita juga relatif rendah, rendemen (kadar gula) 7,9 persen. Pada zaman penjajahan rendemen tebu bisa mencapai sembilan persen," katanya.
Menurutnya, peremajaan mesin juga bukan hal mudah karena nilai investasinya yang cukup tinggi. Selain itu, pemerintah harus mendorong adanya penemuan varietas baru yang lebih berkualitas.
Tapi, kata dia, hal yang paling signifikan menjadi penghalang swasembada yakni masih adanya pihak yang tidak menginginkan target tersebut tercapai, karena adanya kepentingan impor gula.
"Rumit memang karena ini tentang manajemen pengelolaan, penanaman dan perlakuan. Saya dari Pabrik Gula Camming di Bone, mereka belum bisa meningkatkan produksinya. Saya katakan kepada mereka tanggungjawab produksi gula ada sama mereka. Merekalah yang setiap hari bergelut dengan gula," ujarnya.
Saat ini, Perkebunan Nusantara XIV mengoperasikan Pabrik Gula Takalar di kabupaten Takalar serta Arasoe dan Camming di Kabupaten Bone. Maksimal produksi mereka 60-80 ribu ton per tahun. Sementara kebutuhan lokal di Sulsel setiap tahun di atas 120 ribu ton.
Namun belakangan operasional ketiga pabrik itu diserahkan ke PTPN X Surabaya dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Sementara PTPN XIV lebih fokus bermain di bisnis perkebunan aneka tanaman, seperti kelapa sawit, karet, dan kakao. (ant)
Rabu, 09 November 2011
Peluang Usaha Pertanian : Gurih dan renyahnya keripik sukun datangkan omzet jutaan
Meski bukan penganan jenis baru, keripik sukun memiliki banyak penggemar. Rasanya yang gurih dan renyah tak membosankan lidah. Pengusaha keripik sukun pun mampu mendulang omzet hingga jutaan rupiah. Mereka juga berinovasi mengembangkan produk baru.
Kudapan kecil bernama keripik memang sudah sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia. Maklum, camilan ini sangat cocok dinikmati di sela-sela waktu santai berteman kopi atau teh hangat.
Salah satu adalah keripik sukun. Lihat saja rezeki yang diperoleh Hasnah, produsen keripik sukun asal Manggar, Belitung. Perempuan ini telah mulai membuat keripik sukun sejak 1996.
Ia memanfaatkan buah sukun karena, meski tak banyak, pasokannya relatif stabil. Hasnah membuat tiga jenis produk keripik, yakni keripik biasa, keripik lebar, dan stik. Jika keripik biasa dibuat dari buah sukun yang sudah tua, keripik lebar dibuat dari buah sukun muda.
Selain keripik, buah sukun yang sudah tua juga dibuat menjadi stik. "Bagian luarnya dibuat keripik, bagian dalam dibuat stik," jelas Hasnah.
Kini, Hasnah mampu memproduksi hingga 500 bungkus keripik sukun per hari. Ia membubuhi kemasan keripik sukunnya itu dengan merek Nuansa Baru. Dengan harga jual Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per bungkus, Hasnah bisa mendulang omzet hingga Rp 50 juta sebulan.
Hanya, ia masih membatasi pemasaran keripiknya di sekitar Belitung dan Bangka. Pasalnya, ia belum bisa mendapatkan pasokan buah sukun secara rutin. Pasokan sukun sangat tergantung musim. "Jika musim hujan, kami bisa mendapatkan buah sukun yang lebih banyak dan bagus," timpal Ronal Indrawan, putra Hasnah.
Jika persoalan itu bisa teratasi, Hasnah ingin menjual keripik sukun Nuansa Baru ini ke pasar yang lebih luas. Apalagi, keripik ini memiliki daya tahan hingga tiga bulan.
Selain dari Belitung, banyak pula pengusaha keripik sukun asal Yogyakarta. Salah satunya Ronny Dahlan. Pemilik CV Gema Lestari ini mulai membuat keripik sukun sejak 2009.
Meski begitu, Ronni mengakui, berbagai olahan sukun ini merupakan makanan khas masyarakat Pulau Sumatra, khususnya dari Belitung. Ia mendapatkan ide membuat olahan sukun dari orang tuanya yang berasal dari Belitung.
Tak hanya keripik, Ronni juga mengolah sukun menjadi bolu. Bahkan, mulai tahun ini, ia menambah variasi produk berupa pizza sukun. "Saya terus berinovasi mengolah buah sukun, supaya konsumen tidak bosan," ujarnya.
Memang, dari berbagai olahan itu, keripik sukun menuai penggemar paling banyak. "Keripik lebih disukai karena merupakan camilan ringan, berbeda dengan roti dan pizza yang terkesan sebagai makanan berat," ujar Ronni.
Ia menjual keripik sukun ini dengan harga Rp 15.000 per bungkus. Dalam sebulan, dari penjualan keripik, Ronni mengaku mengantongi omzet hingga Rp 20 juta.
Pria berusia 30 tahun ini optimistis, produk olahan sukun akan terus berkembang. Sebab, buah yang banyak mengandung karbohidrat ini kaya akan serat, sehingga baik untuk kesehatan.
Selain itu, sukun juga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. "Sukun memiliki indeks glikemik yang rendah," katanya.
Ronni menjual produk olahan sukun ini di beberapa minimarket yang tersebar di Yogyakarta dan Semarang. Ia juga memasok keripik, roti dan pizza sukun ke kantin-kantin kampus. Ronni sengaja mengincar pasar mahasiswa karena biasanya kaum muda tertarik mencoba produk-produk baru.(KONTAN)
Berita Petanian : Sinar Mas Gunakan Pesawat Pupuk Tanaman Sawit
"Alasan itu yang menjadi pertimbangan pihak managemen Sinar Mas melakukan pemupukan dengan pesawat. Jadi, semua kebun unit menggunakan pesawat dalam pemupukan tanaman,” jelasnya.
Sementara Jemi Arzah, salah seorang senior staf agronomi yang juga ikut dalam pengawasan pemupukan tersebut mengatakan, program pemupukan dengan pesawat dianggap lebih optimal, selain lebih cepat serta dapat menekan tingkat kehilangan pupuk yang diakibatkan oleh faktor manusia maupun lainnya.
Memang, kata dia, pemupukan dengan menggunakan pesawat lebih mahal biayanya bisa mencapai Rp 750 ribu per hektare. Namun hal ini lebih optimal dan sangat efektif. "Semua cara sudah kami coba tetapi hasil yang sangat efektif adalah menggunakan pesawat. Tidak mungkinlah perusahaan mengeluarkan biaya besar tanpa memperhitungkan manfaat yang diperoleh," jelasnya.
Berita Pertanian : Ratusan Hektare Sawah di Brebes Terancam Terendam
BREBES. Ratusan hektare lahan pertanian di Kecamatan Brebes dan Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, terancam tergenang air limpahan Sungai Pemali akibat pengeprasan tanggul sungai untuk proyek pembangunan jalur lingkar utara.
"Selain menggenangi pemukiman warga, luapan Sungai Pemali saat curah hujan tinggi juga mengancam menggenangi ratusan hektare lahan pertanian di sejumlah desa di sekitar Tanggul Tengi yang telah dikepras," kata Kepala Dusun 1 Desa Tengki, Slamet Samsudin, Kamis (10/11).
Ia mengatakan, di sepanjang bantaran Sungai Pemali terutama di sekitar tanggul Tengki terdapat ratusan hektare tanaman bawang merah berusia kurang dari satu bulan. "Sekitar 60 hektare lahan pertanian di Desa Tengki, serta ratusan hektare di desa sekitar tanggul tersebut saat ini ditanami padi dan bawang merah karena wilayah Brebes telah masuk masa tanam sejak satu bulan terakhir," katanya.
Menurut dia, saat awal musim hujan seperti sekarang curah hujan belum terlalu tinggi sehingga aliran air Sungai Pemali masih normal namun ketika curah hujan mulai tinggi maka air berpotensi meluap.
Jika tanggul di Desa Tengki yang dikepras untuk proyek jalingkut tidak segera ditutup kembali, maka saat curah hujan tinggi air sungai akan meluap kemudian menggenangi lahan pertanian yang ada di sekitar sungai karena tanggul sungai di Desa Tengi tersebut rata dengan jalan.
Sebulan lalu, katanya, warga sudah mengajukan permohonan kepada pihak pelaksana proyek jalingkut agar tanggul kembali ditutup karena sudah musim hujan, namun tanggul sepanjang sekitar 30 meter dan tinggi sekitar lima meter tersebut hingga kini tetap terbuka dan terbengkalai.
Selamatkan Pertanian! Selamatkan Ani!!!!
Lahir dan besar di daerah lumbung padi tak membuat Ani (70) bisa hidup layak. Senasib dengannya, keluarga buruh tani lain di Karawang, Jawa Barat, semakin terimpit perkembangan zaman. Pelan tapi pasti, mereka kian tergusur peran industri (Kompas 12/11/2011).
Tidak berlebihan kalau mengatakan sebenarnya negara kita sedang mengalami krisis pangan, bayangkan saja impor tidak hanya terjadi pada komoditas beras, yang paling menggelikan kita juga mengimpor garam. Kementrian Perdagangan memperkirakan tahun 2012 Indonesia akan mengimpor garam pada kisaran 1000.000-200.000 ton. Mungkin orang akan bertanya, bukankah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang membentang dari Sabang sampai Merauke, lalu dimana yang menjadi masalah? Universitas di Indonesia juga cukup masif untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli untuk memproduksi garam. Dalih cuaca yang diwarnai hujan sepanjang tahun rasanya tidak bisa diterima sepenuhnya, bukankah ada banyak daerah yang dijadikan sebagai sentra penghasil garam? Kalau kita mengimpor barang-barang elektronik yang canggih dengan kemampuan inovasi teknologi yang tinggi mungkin kita masih maklum, tapi kalau garam saja sudah di impor, entah apalagi jadinya negeri ini!
Kebijakan pengelolaan pertanian sangat erat kaitannya dengan upaya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang mensyaratkan pertumbuhan tidak hanya berorientasi kuantitatif tetapi juga kualitatif. Hal ini bisa tercermin dari kemajuan kualitas manusia Indonesia. Faktor pangan menjadi pendukung untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas. Pendapatan petani yang rendah yang tercermin malalui Nilai Tukar Petani (NTP) manambah mimpi buruk para petani kita. Hal ini diperparah dengan sejumlah bencana lain yang dialami petani. Bayangkan saja, dari hasil perhitungan yang dilakukan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), kerugian yang diderita petani padi pada tahun 2011 mencapai Rp 4,8 trilliun, hal ini dipicu oleh penurunan produktivitas tanaman padi.
Lalu yang menjadi pertanyaan harus dari manakah kita mulai mengurai benang kusut pertanian kita? Sejumlah persoalan pelik tengah menerpa, yang kalau di inventarisasi rasanya tidak akan pernah habis. Misalnya saja kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam penggantian biaya gagal panen sebesar 3,7 juta per hektar hingga saat ini belum terealisasi, ironisnya sebagian besar petani tidak tahu. Belum lagi masalah infrastruktur pertanian yang tak kunjung selesai. Pembangunan irigasi disejumlah daerah sentra penghasil pangan selalu terkendala, mulai dari segi pembiayaan sampai manajemen penanganan proyek yang carut marut. Laju konversi lahan pertanian juga menjadi isu yang berkembang saat ini. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang memberikan sanksi bagi siapa saja yang mengonversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian serasa tak bergaung.
Pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi dalam menangani sejumlah persoalan yang ada. We can’t do business as usual! Hal ini bisa dimulai dengan penerapan kebijakan atas undang-undang yang telah dikeluarkan. Kebijakan pertanian juga perlu diarahkan pada pola yang sifatnya swadaya. Maka dari itu tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL) perlu ditingkatkan sebagai motor penggerak pertanian. Kebijakan moratorium pengangkatan PNS baru tenaga penyuluh perlu dipertimbangkan ulang, karena saat ini kebutuhannya mendesak. Banyak petani kita yang mengalami gagal panen karena minimnya pendampingan dari tenaga ahli dibidang pertanian yang mampu mengoptimalkan produksi. Maka tidak heran sepertinya petani kita berjuang sendiri ditengah hiruk-pikuk yang ada.
Berani Spesialisasi!
Dalam teori ekonomi dikenal istilah spesialisasi, teori ini lahir dari ekonom besar Adam Smith. Dia percaya kalau sejumlah orang mengerjakan bagiannya sesuai dengan spesialisasi dan kemampuannya maka produktivitas dari orang tersebut akan meningkat, hal ini dikarenakan setiap orang terbiasa mengerjakan pekerjaan yang sama, sehingga hal ini akan mendorong peningkatan keahlian dalam bidangnya. Selanjutnya teori ini dikenal division of labour. Rasanya Indonesia perlu untuk mengambil pelajaran penting dari teori ini. Tidak usah latah dalam mengembangkan nano-teknologi, pengembangan tenaga nuklir atau bidang lain yang perlu energi besar dalam mengembangkannya, bukan berarti tidak perlu. Hanya saja saat ini rasanya tidak terlalu urgen untuk dikerjakan, kalaupun mau dikerjakan hendaknya diarahkan kepada hal-hal yang mendukung pertanian kita. Misalnya saja dalam hal pengembangan industri. Tentu kita jauh ketinggalan dibanding AS atau Jepang, namun kita bisa mendorong pengembangan industri yang berbasis pertanian.
Selanjutnya kembangkan konsep link and match. Di kampus tempat penulis belajar ada sebuah fakultas yang menekuni masalah pertanian, setiap tahun dihasilkan sejumlah penelitian penting dalam bidang pertanian, belum lagi dikampus-kampus lain yang memiliki fakultas pertanian. Yang menjadi pertanyaan kemanakah selanjutnya hasil penelitian tersebut diterapkan? Sayang kalau hanya berujung pada penulisan diatas kertas belaka alias penulisan skripsi. Mari mulai memberdayakan sejumlah sumber yang ada. Pemerintah perlu menjemput bola dengan memanfaatkan hasil penelitian tersebut untuk mengembangkan pertanian di daerah-daerah. Sayang kalau sarjana-sarjana pertanian yang ada dan penelitian yang mereka hasilkan tidak diberdayakan. Maka tidak heran kalau fenomena yang penulis lihat sarjana pertanian justru bekerja di bank. Entah karena faktor penghasilan? Prestise? Atau karena pemerintah yang kurang perhatian? Tak ada yang bisa menjawab, karena jawaban bersifat relatif.
Ya… terlepas dari sejumlah persoalan yang ada, rasanya masih ada kesempatan untuk berubah, asalkan ada niat yang baik dari sejumlah stakeholder. Hal ini demi menyelamatkan jutaan penduduk yang hidup dari pertanian, juga jutaan penduduk yang masih dan akan terus makan dari hasil pertanian, termasuk penulis sendiri sebagai mahasiswa yang nge-kost, yang tiap paginya harus keluar kamar cari makanan untuk sarapan. Semua itu hasil dari pertanian kita. Maka selamatkan pertanian! Selamatkan Ani!
Penulis ialah mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan USU, yang hidup dari hasil pertanian.
Tips Ampuh : Makanan Diet yang Justru Menggemukkan
UNTUK Anda yang tengah berdiet, jangan tertipu dengan makanan yang disebut-sebut bisa membantu Anda menhilangkan berat badan, Karena, ada beberapa jenis makanan yang justru akan membuat Anda bertambah gemuk karena meningkatkan nafsu makan.
Berikut beberapa jenis makanan untuknd diet yang menurut Marjorie Nolan, RD, juru bicara nasional untuk American Dietetic Association, justru bisa membuat kita bertambah gemuk:
1. Light yoghurt
Rasa manis yang biasanya dari pemanis buatan menyebabkan perut memproduksi asam lambung. Dengan hanya 4-6 ons yogurt tanpa lemak, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk mencerna sehingga perut pun meminta lebih banyak makanan. Untuk itu, pilih saja yoghurt jenis plain.
2. Kue beras
Satu stik kue beras memang baik, tapi empat stik kue beras bisa berlebihan. Makanan ini rendah serat dan mengandung indeks glikemik tinggi. Camilan diet klasik ini tidak akan membuat perut terasa kenyang lebih lama.
3. Permen karet
Ada beberapa pendapat bahwa permen karet dapat mencegah kita untuk ngemil. Namun, Nolan tidak setuju. Ia menjelaskan bahwa rasa dalam permen karet membuat cairan dalam lambung mengalir. Tindakan mengunyah permen membuat sistem pencernaan lebih siap menerima makanan. Jika ingin mengunyah sesuatu, lebih baik pilih kacang-kacangan sehat seperti almon atau buah.
4. Diet soda
Seperti permen karet, rasa manis dalam diet soda membuat proses pencernaan merangsang nafsu makan. Kafein dan karbonasi dapat mengurangi rasa lapar Anda untuk waktu yang singkat hanya, tapi rasa lapar akan kembali datang menderu-deru bersama dengan penurunan energi. Sebuah penelitian yang dilakukan University of Texas Health Center di San Antonio menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi diet soda mengalami peningkatan 7-50 persen lemak perut lebih dalam 10 tahun jika dibandingkan dengan mereka yang tidak minum diet soda.
5. Apel
Ya, apel memang mengandung banyak vitamin dan serat, tetapi hanya makan apel untuk makan siang akan membuat nutrisi dalam tubuh tidak seimbang. Jika Anda tidak makan apa-apa lagi selain apel untuk makan siang, Anda dapat makan berlebihan saat makan malam.
Berita Pertanian : Pemerintah Didesak Tunda Impor Gula
JAKARTA. Rencana pemerintah yang akan mengimpor gula sebanyak 269.618 ton tahun depan harus ditunda, karena alasan produksi gula tahun 2011 mengalami penurunan dinilai Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) tidak tepat.
"APTRI meminta pemerintah agar menundanya dengan alasan harus dihitung dulu stok gula di pasar termasuk gula rafinasi yang beredar di pasaran dan ex-gula selundupan," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pembina Nasional APTRI M Nur Khabsyin dalam keterangan pers yang diterima Media Indonesia, Selasa (8/11).
Ia menegaskan saat ini stok gula melimpah, hal ini dibuktikan pasar gula lesu dan harga gula tani di kisaran Rp 8.300-8.500/kg. Hal ini dikarenakan maraknya peredaran gula rafinasi di beberapa daerah, khususnya Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTB. "Ini sangat merugikan petani tebu, dampaknya harga gula tani turun. Saat ini harga gula tani Rp 8.300-8.500/kg tidak beranjak naik. Padahal musim giling sudah hampir selesai," jelasnya.
Padahal, pada tahun lalu harga gula mencapai Rp 9.500 /kg. Ini berarti petani mengalami kerugian Rp1,4 triliun, dengan perhitungan selisih harga Rp 1.200/kg X 1,2 juta ton gula petani. Disamping itu ada kerugian karena penurunan produksi gula sebesar 20% atau 200.000 ton gula X Rp 8300= Rp. 1,7 triliun.
Oleh karena itu Nur menegaskan APTRI mendesak pemerintah untuk segera mengumumkan audit distribusi industri gula rafinasi. Hal ini untuk memastikan kebutuhan riil gula rafinasi yang diserap makanan dan minuman. "Harus ada sanksi yang tegas bila ada yang melanggar," tegasnya.
Berita Pertanian : RJPP Pertanian Diharapkan Terealisasi 2013
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono di Jakarta, Selasa (8/11), mengatakan, pada 2010 pihaknya membentuk tim Penyusun Pembangunan Pertanian Jangka Panjang dengan Bomer Pasaribu sebagai pemimpin tim.
Konsep RJPPP tersebut, tambahnya, memberikan satu arah pembangunan pertanian yang komprehensif, juga arah bagi sektor-sektor lain yang terkait dengan pembangunan pertanian, sehingga problem pertanian dapat terjawab.
Selain itu, lanjutnya, juga untuk mendapat gambaran dan tantangan pertanian ke depan hingga 2045. "Saya targetkan dua tahun (perencanaan). Diharapkan 2013 sudah menggunakan RJPPP yang sudah dirumuskan oleh tim ini," katanya usai pertemuan dengan Tim Pengarah RJPPP 2013-2045.
Anggota tim pengarah tersebut selain Mentan Suswono juga para mantan Menteri Pertanian Syarifudin Baharsyah, Yustika Baharsyah, Soleh Solahudin, Bungaran Saragih, Prakosa, dan Anton Apriyantono. Dengan RJPP Pertanian tersebut, menurut Suswono, diharapkan memperjelas arahan pembangunan pertanian. "Menteri-menteri pertanian yang akan datang diharapkan juga mengacu pada RJPPP ini karena produk ini benar-benar disusun oleh berbagai kalangan yang benar-benar ingin membangun pertanian secara utuh tanpa ada unsur ataupun motif politis di dalamnya," katanya.
Menyinggung isi RJPP Pertanian tersebut, Menteri menyatakan, salah satu yang diangkat yakni problem lahan pertanian karena selama ini dinilai menjadi "bottleneck" pembangunan pertanian.
Secara garis besar, tambahnya, kerangka yang ada sudah cukup bagus tinggal melengkapi isinya yang sudah ada saat ini. Mengenai produk akhir RJPPP, dia menyatakan, tim mengusulkan nantinya dalam bentuk Perpres, namun demikian hal itu masih akan dibahas dengan Sekretariat Negara. (ant)
Berita Pertanian : Optimalkan Pertanian, Tebingtinggi akan Buka “Klinik Pertanian”
Pada kesempatan itu, Walikota berharap terjalin kerja sama antara Pemko Tebingtinggi dengan PT SHS. “Saya berharap PT SHS dapat membuka outlet-nya di Tebingtinggi dikarenakan Pemko Tebingtinggi akan membuka Klinik Pertanian, dan kami berharap outlet yang ada nantinya dapat memicu hasil pertanian dan tanaman hortikultura di daerah kami,” kata Walikota berharap.
Umar Hasibuan juga mengungkapkan pengalamannya dalam mengelola lahan pertanian saat berkunjung ke Surabaya beberapa waktu lalu. “Saya baru dari Surabaya dan merasa terkesan dengan kota itu, sebab mereka dapat menghasilkan 40 ton cabai dalam seminggu dikarenakan pengoptimalisasi lahan pertanian yang ada. Surabaya yang terbatas lahan pertaniannya bisa, kenapa Tebingtinggi yang cukup luas lahan pertaniannya tidak bisa,” kata dia.
Karena itu, lanjut Umar Hasibuan, Sebagai kepala daerah, beliau tertantang untuk meningkatkan hasil pertanian di Tebingtinggi. “Untuk itulah kami datang ke sini (SHS-red),” ungkapnya.
Menurut walikota, rencana kerja sama tersebut bukan untuk memutus mata rantai swasta ke petani melainkan untuk membantu peningkatan taraf hidup masyarakat Kota Tebingtinggi di sektor pertanian. “Dan saya tidak mau mengurus ini semua setengah-setengah, harus tuntas dan berhasil dalam mengusahakan peningkatan masyarakat tani,” katanya.
Menanggapi hal itu, Manager PT SHS Tanjungmorawa, Syofian mengaku pihaknya siap bekerjasama dengan Pemko Tebingtinggi. “Kami menyambut baik tawaran yang disampaikan Bapak Walikota. Sebenarnya kami ingin menawarkan kepada seluruh pimpinan daerah, namun belum tentu kerja sama dibidang pertanian dan peternakan ini dapat di terima semua daerah. Dan kami pun menyadari masih banyak petani yang belum mengetahui tentang kami (PT SHS),” kata Syofian.
Syofian juga mengakui selama ini PT SHS telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan untuk menolong para petani. “Kami telah bekerja sama dengan perusahaan BUMN untuk menolong petani dengan cara, memodali petani mulai dari pengolahan lahan, bibit, pupuk dan obat-obatan yang dibayar setelah panen. Sedangkan hasil panen akan kami beli di atas harga pasaran yang sebelumnya mengadakan musyawarah tentang harga penjualan hasil panen petani,” jelasnya.
Untuk merealisasikan hal tersebut, Syofian menganjurkan Pemko Tebingtinggi untuk membuat permohonan melalui Dinas Pertanian Propinsi Sumut. PT Sang Hyang Seri akan mengadakan bantuan langsung pupuk dan bibit melalui dinas pertanian propinsi.
“Sekarang ini kami punya stok bibit padi, jagung dan kedelai. Sedangkan rencana kerjasama PT SHS dan Pemko Tebingtinggi ini akan kami sampaikan kepada pimpinan kami dan akan segera ditindak lanjuti,” imbuhnya.
Melihat Pertanian dari Sisi Pariwisata
Kita negeri agraris dengan tanah yang tak hanya subur tapi juga indah. Dengan topografi daerah yang bergunung-gunung, berlembah dan memiliki banyak kawasan pantai, memungkinkan hamparan tanaman di lahan pertanian kita menciptakan pemandangan yang cukup indah. Di Sumatera Utara, pemandangan indah pertanian atau perkebunan itu dapat dilihat, misalnya, perkebunan teh di Simalungun, perkebunan karet di Asahan, pertanian sayur di Tanah Karo, Samosir atau hamparan padi yang sering dikunjungi bangau-bangau putih di Deliserdang, Sergai dan lainnya.
Dibanding luasnya lahan dan banyaknya ragam komoditi pertanian kita, agrowisata kita belum menawarkan banyak pilihan. Selain pilihannya sedikit, agrowisata belum dikemas secara baik.
Mewujudkan obyek wisata agro sehingga banyak diminati wisatawan tentu membutuhkan kreativitas dan pengelolaan yang baik.
Seorang petani yang ingin mengembangkan wisata agro di kebunnya, tentu tidak cukup dengan hanya mengajak wisatawan memetik sendiri hasil kebunnya. Sentuhan kreativitas harus dilakukan dengan memanjakan wisatawan dengan cara memenuhi layanan yang mereka butuhkan.
Gampangnya, ketika orang berwisata tentu sedang ingin rekreasi, bersantai dan sedang ingin dimanjakan hidupnya dengan berbagai aktivitas menyenangkan dan kemudahan memperoleh kesenangan yang dibutuhkan. Ketika wisatawan mengunjungi kebun pertanian tentu tidak sekadar ingin merasakan bagaimana rasanya memetik buah dari kebun layaknya kebun sendiri. Mereka juga ingin menikmati suasana yang kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan menyediakan berbagai fasilitas di kebun, misalnya, tempat-tempat beristirahat, taman bermain dan tentu saja kuliner yang menyediakan menu khas berkaitan dengan tema obyek wisata agro yang dikunjungi. Alangkah berkesannya bila kita berkunjung ke kebun durian, di sana bisa menikmati suasana bersama keluarga layaknya kebun sendiri bersantai di pondok-pondok menikmati suasana kebun sambil memesan kolak durian atau masakan lainnya sesuai dengan komoditas kebun yang dihasilkan.
Ada ragam pertanian kita yang tentu saja bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan petani dengan memberi inspirasi mereka membuka wisata agro dengan tema khusus yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Para petani maupun pengelola wisata bisa berkreativitas dengan mendesain paket-paket wisata agro bertema khusus, misalnya, wisata kebun jeruk, durian, apel, mangga, rambutan atau tanaman holtikultura yang menjual sayur mayur.
Tentu saja diperlukan investasi untuk menarik wisatawan. Di sinilah dibutuhkan investor yang memiliki kecintaan terhadap pertanian dan memiliki kemampuan serta kepedulian dalam rangka mengangkat kesejahteraan petani kita melalui sub sektor agrowisata.
Perkebunan
Lahan pertanian bukan satu-satunya potensi agro wisata kita. Perkebunan kita yang luas, sudah lama memberi inspirasi investor melirik wisata agro di daerah ini. Mungkinkah perkebunan dapat dikembangkan sebagai obyek wisata yang dapat memancing minat wisatawan? Jawabnya, pasti bisa!
Menjadikan perkebunan sebagai obyek wisata alternatif memang bukan satu hal aneh dan baru lagi. Beberapa lokasi perkebunan teh di lereng perkebunan yang sejuk di Jawa Barat sudah lazim dijadikan tempat tujuan rekreasi. Bagaimana dengan Sumatera Utara yang konon banyak memiliki perusahaan perkebunan pemerintah dan swasta.
Tentu saja kita tidak dapat mengesampingkan potensi ini. Udara perkebunan yang sejuk dan bersih dari polusi amat cocok untuk kegiatan wisata sambil olahraga: lintas alam atau cross country, rally, outbound, napak tilas dan sebagainya. Menyusuri alam perkebunan dengan kendaraan pribadi, trail atau jib menimbulkan kesan tersendiri. Tentu saja, sekali lagi untuk menarik wisatawan, para pengelola bisnis wisata dalam mendesain wisata agro butuh kreativitas.
Pesona alam perkebunan merupakan tawaran yang menarik buat negara-negara yang tak memiliki perkebunan semacam itu. Konon warga Eropa yang sudah lanjut usia sering mengunjungi beberapa lokasi perkebunan di daerah ini. Mereka tidak lain keluarga mantan penguasa zaman kolonial di perkebunan tersebut. Kabarnya, motif mereka sekadar ingin bernostalgia atau menelusuri jejak perjalanan sejarah orangtua atau kakek buyut mereka.
Dengan demikian semakin menguatkan keyakinan kita untuk menjadikan perkebunan sebagai obyek wisata. Tidak hanya pesona alamnya yang khas, untuk pasar Eropa perkebunan memiliki latar belakang sejarah yang unik. Fakta ini dapat kita lihat sebagai asset pariwisata dengan pasar negara-negara khusus bekas penjajah republik ini.
Karena itulah beberapa bangunan kuno peninggalan zaman kolonial pantas dipertahankan. Seni arsitektur bangunan kolonial yang antik itu dengan nilai sejarahnya merupakan asset yang layak diabadikan sebagai komoditas wisata.
Di Medan ada Kantor Pos Besar Medan, Titi Gantung Medan dan sebagainya. Sementara di beberapa perkebunan kita masih dapat menyaksikan bangunan tua peninggalan zaman Belanda, mulai bangunan bangsal, gudang, sampai bangunan rumah administratur kebun.
Di beberapa perkebunan, kompleks perkantoran kebun dengan fasilitasnya merupakan lokasi wisata menarik. Di kantor Direksi PTPN II Tanjungmorawa misalnya, dilengkapi dengan lapangan golf, lapangan tenis dan taman rekreasi.
Dengan demikian, mengembangkan obyek wisata di perkebunan merupakan sebuah alternatif. Tentu saja masih banyak yang harus dibenahi, baik kemasan maupun melibatkan peran pihak lain, misalnya mengajak even organizer untuk mengemas acara sehingga banyak orang bisa berbondong mendatangi perkebunan. Agenda-agenda olahraga maupun budaya bisa dijadikan daya tarik untuk menggaet wisatawan datang ke perkebunan.
Penulis peminat masalah lingkungan, pariwisata, pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
Selasa, 08 November 2011
Berita Pertanian : Panen Hibrida di Pasuruan
PASURUAN - Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA bersama puluhan anggota Kelompok Tani Rukun Tani di Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, melakukan panen raya Varietas Padi Sembada 168 pada lahan seluas 10 hektar. Dari hasil ubinan, panen kali ini menghasilkan 6,45 kg atau setara dengan 10,32 kwintal per hektar gabah kering atau 89,28 kwintal per hektar gabah giling.
Varietas Padi Sembada 168 ini memang memiliki keunggulan dibandingkan varietas lainnya seperti pontensi produksi lebih tinggi, posisi tanaman tegak dan ketahanan terhadap hama penyakit lebih tangguh. Dalam kesempatan itu, Bupati Pasuruan, Dade Angga menjelaskan bahwa Kabupaten Pasuruan memiliki potensi lahan yang sangat strategis terdiri dari sawah seluas 39.323,9 Ha, pekarangan 9.165,62 Ha, Tegal 44.516,34 Ha dan hutan 27.808,33 Ha. Potensi tersebut semakin terlihat dengan adanya dukungan Pemerintah Pusat melalui program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman pangan dan holtikultura serta berbagai bantuan mulai dari alsintan hingga bibit tanaman kedelai, jagung hibrida, padi hibrida dan non hibrida untuk 431 kelompok tani, 327 desa dan 24 kecamatan.
“Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan pemerintah pusat,” ungkap Dede. Sementara itu, Mentan mengaku senang dengan hasil panen padi hibrida kali ini sebab pertanaman padi hibrida dinilai memiliki banyak kendala dalam budidayanya, apalagi pada kondisi iklim yang kurang bersahabat pada akhir - akhir ini. "Namun hal itu tidak berlaku bagi kelompok tani Rukun Tani yang dapat melakukan panen dengan sukses dan mendapatkan produktivitas tinggi. Hal ini membuktikan bahwa padi hibrida dapat dibudidayakan secara baik di Indonesia," jelas Mentan.
Lebih lanjut Mentan mengatakan bahwa padi hibrida merupakan salah satu hasil inovási teknologi maju, untuk menjawab tantangan makin meningkatnya jumlah permintaan beras, sementara lahan sawah terus berkurang sehingga peningkatan produksi harus dilakukan melalui peningkatan produktivitas.
Mentan menghimbau kepada semua kelompok tani untuk melakukan penanganan yang intensif terhadap padi hibrida ini, yaitu pemupukan secara maksimal, pengairan dan pembasmian terhadap hama. Selain itu, Mentan berpesan agar varietas hibrida ini harus dibuat di dalam negeri. Pada kunjungan ini, Mentan juga menyerahkan bantuan berupa benih kepada beberapa kelompok tani yang memenangkan lomba ubinan. Sumber: Biro Umum dan Humas
Berita Pertanian : Harga Pakan Itik Naik akibat Hujan
"Kenaikan dan kelangkaan nasi aking sebagai bahan utama pakan itik disebabkan saat musim hujan proses penjemuran nasi sulit karena sinar matahari berkurang, sehingga warga tidak dapat menjemur sisa nasi mereka untuk dijadikan masi aking," katanya, Senin (7/11).
Peternak itik lainnya, Syarif (45) mengaku kesulitan mendapatkan nasi aking karena jika sudah masuk musim hujan sebagian peternak itik melakukan aksi borong nasi aking dan bekatul untuk persediaan selama musim hujan.
Biasanya kata dia, sebelum musim hujan dirinya sudah menimbun nasi aking untuk persediaan selama tidak ada panas matahari, namun karena harga pakan ternak beberapa bulan lalu sempat naik maka pada musim hujan sekarang dia tidak menimbun nasi aking.
"Kalau cuaca normal sehari rata-rata mendapat pasokan 1-1,5 kuintal nasi aking, tetapi jika sudah mulai hujan seperti sekarang sehari paling banyak satu ton, bahkan bila curah hujan sudah tinggi sehari hanya 25 kilogram dengan harga sebelumnya Rp2.100 per kilogram naik menjadi Rp2.600-Rp3.000 per kilogram," katanya. (ant)
Berita Pertanian : BPTP Sumut Kembangkan Pertanian dengan M-P3M
“M-P3MI mendukung program Kementerian Pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing ekspor dan kesejahteraan petani,” kata Siti Suryani, Staf Penyuluhan BPTP Sumut, Senin (7/11).
Dikatakannya, program ini akan memperbaiki teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil dan pemberdayaan masyarakat tani. Dalam hal ini akan tarjadi proses pembelajaran dan diseminasi teknologi.
Dalam koordinasi ini telah disepakati lokasi M-P3MI untuk kabupaten Mandailing Natal, yakni di Desa Tombang Bustak Kecamatan Kota Nopan. “Penetapan lokasi ini dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian Topik Jonhar, Kabid Julie, dan Kasubdis Produksi Madhan, beserta staf UPTD, Koordinator PPL, PHP, PPL, Gapoktan/Poktan kepala desa dan staf peneliti/penyuluh BPTP Sumut Jonharnas, Darmawati Nazir dan Sarman Tobing,” sebutnya.
Siti juga mengatakan, pada tahun pertama ini akan dilaksanakan pelatihan petani, koorperator dan non kooperator, denfarm perbanyakan benih padi sawah seluas 4 hektare, serta demplot uji adaptasi beberapa varietas unggul baru 0,5 hektare.
Ditambahkannya, dalam program peningkatan produksi tanaman padi masalah yang utama adalah ketersediaan benih unggul di daerah ini. Sehingga dalam M-P3MI isu yang diangkat selain pembenahan kelompok tani adalah membuat denfarm tanaman padi untuk dijadikan benih bersertifikat. Perbanyakan benih ini diharapkan dapat mensuplai benih di Kabupaten Madina.
Berita Pertanian : Diguyur Hujan, Tanaman Tomat Terancam Busuk Batang
Saat ini, katanya, empat di antara 28 anggota kelompok tani di Dusun Gowok Ngringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, di kawasan barat puncak Merapi itu tetap menanam tomat meskipun menghadapi risiko busuk batang atas tanaman tersebut.
Ia mengatakan, petani setempat menanam aneka sayuran secara tumpang sari. Panenan sayuran petani setempat, katanya, diambil para bakul untuk dibawa ke sejumlah pasar seperti Pasar Muntilan, Kabupaten Magelang, Pasar Giwangan, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Pasar Ambarawa, Kabupaten Semarang. “Kami juga memasok sayuran terbaik untuk pasar modern skala besar," katanya.
Harga panenan tomat di tingkat petani setempat sejak sekitar dua minggu lalu naik dari Rp1.500 menjadi Rp2.000 perkilogram. Seorang petani sayuran di Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, di kawasan barat puncak Merapi Suyud mengatakan, hujan yang mulai turun di kawasan itu juga memudahkan jamur cepat berkembang dan menyerang tanaman tomat.
"Tetapi bisa diatasi dan dicegah dengan pemberian obat-obatan. Selain itu tanaman tomat juga mengalami busuk batang dan hasil panennya diperkirakan menurun kualitasnya," katanya.
Petani sayuran setempat menanami lahan mereka secara tumpang sari dengan berbagai jenis sayuran wi seperti sawi, loncang, cabai, cesin, buncis, dan tomat.
Dikatakannya, harga panenan tomat belum lama ini, hanya Rp1.500 per kilogram atau naik dari sekitar dua minggu sebelumnya yang Rp 1.000 per kg. "Yang panen terakhir bisa 10 kali petik, satu kali petik bisa dapat 1,5 kuintal," katanya.
Sedangkan harga kubis stabil Rp2.000 per kilogram, cabai rawit merah Rp12.000, dan wortel Rp4.000, sedangkan harga bawang merah turun dari Rp12.000 menjadi Rp10.000 dan bawang putih turun dari Rp10.000 menjadi Rp8.000. "Stok barang cukup dengan distribusi lancar," katanya. (ant)
Minggu, 06 November 2011
Tips Ampuh : Bahan Makanan Pas untuk Kantong Irit
UANG Anda tinggal sedikit dan bingung mau makan apa? Ada sedikit trik untuk mengatasi permasalahan satu ini.
Simak lima bahan makanan yang bisa Anda konsumsi saat Anda mengalami krisis keuangan, seperti dilansir Recipefinder:
Kentang
Salah satu bahan utama ini tergolong enak dimakan dengan cara pengolahan yang cukup mudah. Kentang bisa lezat dengan dirrebus, dibuat salad, dipanggang, dimasak sup, dan sebagainya.
Kacang
Kalau Anda suka sekali dengan makanan dari daratan Italia, Anda tinggal menambahkan kacang pada spaghetti, misalnya. Anda bisa merebusnya, digoreng juga bisa.
Sebagai kreasi untuk menambah selera makan, tinggal tambahkan saus tomat. Terlebih, kacang mengandung serat cukup tinggi dan bagus untuk pencernaan.
Musiman
Untuk menghilangkan rasa jenuh terhadap makanan, Anda bisa membeli bahan utama yang ingin Anda buat di musim tertentu, seperti buah-buahan atau sayur-sayuran. Meskipun hanya ditemukan saat musim tertentu, Anda tetap harus memilih yang segar dari bahan-bahan tersebut.
Usahakan Anda membeli buah karena di saat musiman, buah cenderung lebih murah ketimbang hari-hari biasa. Buah pun bisa dibuat untuk makanan pembuka hingga ke makanan penutup.
Ayam
Kebutuhan Anda untuk mengonsumsi daging juga perlu. Pilihan daging ayam dinilai sangat pantas untuk saat Anda tidak punya banyak uang.
Walaupun rasanya tidak enak seperti daging sapi, daging ayam juga pas untuk menutup rasa lapar. Tidak usah membeli satu ekor ayam, cukup beli bagian mana yang akan Anda olah karena semua bagian ayam sangat enak untuk dimasak.
Agar tidak repot, Anda tinggal meminta si penjual daging ayam untuk membersihkan serta memotong bagian daging yang Anda inginkan. Jadi saat tiba di rumah, Anda tinggal memasaknya.
Makanan manis
Untuk penambah variasi dalam makanan, Anda juga membutuhkan rasa manis sebagai kalori atau tenaga di saat bekerja. Pilihlah yang sebisa mungkin tidak mengeluarkan banyak anggaran.
Anda bisa membeli choco chip cookies untuk dibuat kue sesuai selera. Buat di rumah lebih baik karena akan menghemat uang Anda.
Tukar Beras dengan Kentang
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyarankan agar masyarakat Indonesia mulai mengurangi konsumsi beras guna menjaga laju inflasi dan mengatasi permasalahan impor beras.
"Kalau mulai hari ini makan kentang lebih banyak, apapun lah selain beras. Ini akan meningkatkan kapasitas kita untuk mengembangkan antara pasokan dan demand," ungkap Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, kala ditemui saat penyembelihan hewan kurban, di parkir kantor Kemendag, Jakarta, Senin (7/11/2011).
Menurut dia, dengan menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan, maka akan membantu menjaga Indeks Harga Konsumen (IHK) atau yang dikenal dengan istilah inflasi. "Karena semakin banyak demand untuk beras, akan semakin mendorong inflasi," tambah Gita.
Hal ini menyangkut tingginya konsumsi beras masyarakat Indonesia di dunia, yaitu sebesar 130-140 kilogram (kg) orang per tahun, dibandingkan negara tetangga yang hanya mengkonsumsi 60-70 kg
"Itu kan drastis, saya rasa harus dilakukan penyikapan-penyikapan untuk mengalterasi atau menyesuaikan pasokan ya supaya pasokannya bisa meningkat dan demand-nya bisa lebih terjaga," pungkasnya.
Berita Pertanian : Kementerian Pertanian Kembangkan Inovasi Teknologi Perkebunan
JAKARTA. Pemerintah akan terus mengembangkan inovasi teknologi perkebunan sebagai antisipasi perubahan lingkungan strategis baik domestik maupun internasional dalam bidang pertanian dan perkebunan.
”Perubahan lingkungan ini menuntut produk pertanian kita khususnya perkebunan agar mampu berdaya saing di pasar global,” kata Menteri Pertanian Suswono dalam acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (14-10)
Ia mengatakan untuk meningkatkan daya saing global dan peningkatan ekspor perkebunan, akan lebih mudah tercapai melalui penerapan inovasi teknologi pertanian. Oleh karena itu, pihaknya ke depan akan focus terhadap program intensifikasi yang memerlukan inovasi teknologi hasil riset.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menambahkan, dalam melaksanakan program pertanian, Kementerian Pertanian telah menggunakan introduksi inovasi baru dari hasil hasil riset. “Pengembangan kakao misalnya, telah dimanfaatkan bibit unggul kakao hasil tekhnologi Somatic Embryogenesis,” jelasnya.
Bukan hanya itu, dia juga mengatakan siap membantu dalam program MP3EI dalam menyuplai data hasil riset untuk para investor agar tertarik untuk investasi di Indonesia. “Kementrian pertanian sudah menyiapkan data dukung untuk investor dalam program MP3EI, inovasi hasil kajian riset yang andal,” imbuh dia.
Sebagai informasi, ENIP yang baru diresmikan oleh Menteri Perekonomian Hatta Radjasa mewakili Wakil Presiden Boediono, digelar sejak Jumat ini hingga Minggu (16/10) mendatang. ENIP 2011 bertujuan untuk memperkenalkan teknologi perkebunan kepada masyarakat, sekaligus untuk menjalin umpan balik pengguna teknologi perkebunan dan meningkatkan daya saing komoditass hasil perkebunan melalui penelitian perkebunan.
Expo yang mengambil tema “Inovasi Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor Perkebunan” memiliki beragam kegiatan. Yakni, pameran karya inovasi perkebunan, seminar nasional inovasi perkebunan, seminar nasional pestisida nabati, workshop integrasi ruminansia kecil dan perkebunan, serta temu bisnis inovasi dan produk perkebunan.
Kementerian Pertanian pun sebelumnya sudah mencanangkan empat target pembangunan pertanian, yakni pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani.Berita Pertanian : Urea pun Dipoles Pink
Tidak saja perusahaan yang beralih dari PT Pusri ke PT PIM. Tapi atas nama keamanan dan tepat sasaran ke petani, maka urea yang selama ini dikenal berwarna putih dipoles sedemikian rupa. "Urea sekarang tidak lagi putih tapi sudah pink (merah jambu)," kata Kepala Penjualan Wilayah (KPW) PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Aliussani, Kamis sore pekan lalu.
Dikoordinasikan oleh PT Pusri dengan Kementan dalam hal ini Direktorat Jenderal PSP. Isinya antara lain, produsen pupuk segera memproduksi urea berwarna untuk Tahun Musim Tanam (TMT) 1 Oktober 2011. Kemudian, warna urea untuk bersubsidi adalah pink. "Dan, per 1 Januari 2012, diharapkan tidak ada lagi urea putih bersubsidi di lapangan," jelasnya.
Jadi, lanjut Ali, dalam masa transisi ini, masih akan ditemui lagi produk urea berwarna putih. Itu berarti penyaluran urea putih yang masih ada untuk kebutuhan subsidi diprioritaskan. "Tapi, kita harapkan, stok urea putih sudah habis pada tanggal 31 Desember mendatang. Sehingga 1 Januari 2012, urea yang disalurkan ke petani diharapkan semuanya sudah berwarna pink," paparnya.
Lantas apakah pewarnaan tersebut berdampak negatif terhadap tanaman maupun lingkungan? Menurut Ali, sifat pewarna yang dilakukan pada urea sama sekali tidak akan mengganggu pertanaman begitu juga dengan lingkungan. Sebab, pewarna yang diberikan adalah bubuk pigmen dari bahan organik yang dicampurkan ke dalam larutan anti caking sehingga tidak berhamburan ke lingkungan.
Dengan kata lain, zat warna yang diberikan ramah lingkungan, pelarutan urea berwarna dalam air tidak menyebabkan air berubah warna secara signifikan serta tidak menimbulkan gejala toksisitas terhadap tanaman. "Untuk pewarnaan ini telah dilakukan uji laboratorium oleh masing-masing produsen pupuk," ucap Ali.
Tidak hanya itu, kandungan hara yang terdapat di dalam urea juga tidak berubah atas pewarnaan tersebut. Artinya, kadar nitrogen (N) nya tetap 46%. "Secara spesifikasi urea pink ini adalah unsure N nya 46%, kadar air (maksimal) 0,5%, kadar biuret (maksimal) 1%, bentuk prill, ukuran butir 90% minimum 1 - 3,55 mm dan warna pink," paparnya.
Sosialisasi
Menyahuti perubahan baik manajemen dari PT Pusri ke PT PIM maupun warna dari putih ke pink, Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara (Sumut) M Roem melalui Kabid Pengelolaan Lahan Air dan Sarana Prasarana Adam Brayun Nasution, pihaknya sudah melakukan sosiasliasi.
"Sosialisasi telah kami lakukan ke seluruh dinas kabupaten/kota di Sumatera Utara begitu juga dengan petani. Mudah-mudahan sejauh ini belum ada masalah," kata Adam didampingi Kasie Sarana Pertanian Nurhijjah, Selasa pekan lalu.
Adam mengatakan, untuk warna pupuk urea yang kemungkinan masih ada stok lama yakni berwarna putih dan karung berlabelkan PT Pusri diharapkan habis didistribusikan hingga akhir Desember mendatang. Sehingga per Januari 2012, pupuk urea yang beredar ke petani sudah milik PT PIM.
Pihaknya juga berharap Komisi Pengawas Pupuk Pestisida (KP3) kabupaten/kota dapat melaksanakan pengawasannya mengingat saat ini sudah memasuki musim tanam.
Terhadap realisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian mulai Januari hingga September 2011 menurut Adam sudah di atas 50% dari alokasi SK Gubsu No 12/2011.
"Kecuali untuk NPK dan organik, realisasinya masih sangat kecil. Karena bagi petani hal yang paling pokok dan harus ada tersedia adalah pupuk urea, SP -36 dan ZA," terang Adam.
Apalagi untuk pupuk organik, menurut Adam penerimaan petani hingga September 2011 masih sangat rendah masih berkisar 20%. Itu disebabkan, petani belum terbiasa menggunakan pupuk organik. "Petani kita belum terbuka hatinya untuk menggunakan pupuk organik, petani masih terfokus pada tiga jenis pupuk itu tadi, yakni urea, SP-36 dan ZA," katanya lagi.
Lantas bagaimana dengan alokasi untuk tahun 2012? Menurut Adam, pihaknya telah membuat usulan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan untuk tambak udang tahun 2012.
"Berdasarkan hasil pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk tahun 2012 tanggal 14 - 16 September 2011 di Yogyakarta, maka rencana alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2012 Propinsi Sumatera Utara sebesar 565.000 ton," jelasnya.
Angka itu terdiri dari Urea sebanyak 250.000 ton, SP-36 sebanyak 40.000 ton, ZA 60.000 ton, NPK 155.000 ton dan Organik 60.000 ton. "Dengan kata lain ada peningkatan sekira 1% dibanding tahun lalu sebesar 537.640 ton," ujarnya