Jakarta. Penelitian menunjukkan pemakaian benih hortikultura berkualitas mampu mengurangi penggunaan pestisida sampai dengan 20%.
"Kalangan petani seharusnya dapat memahami ini karena akan menghemat penggunaan pestisida yang berarti akan memberi keuntungan sangat signifikan," kata Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian, Witono Adiyoga di Litbang Hortikultura Jakarta, Selasa (15/11), pada pertemuan "Train the Chain".
Witono mengatakan, kenyataan di lapangan petani beranggapan dengan memperbanyak penggunaan pestisida justru akan menghasilkan sayuran dan buah yang optimal. "Petani kita mungkin terlalu kreatif menggunakan pestisida berlebih padahal penggunaan bahan kimia seperti itu ada ambang batasnya," kata Witono.
Dia menunjuk hasil penelitian terhadap tanaman bawang merah dan cabai merah antara yang menggunakan pupuk dan pestisida menunjukkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijaksana hanya menimbulkan pemborosan.
Produksi untuk bawang merah dan cabai merah sama-sama naik antara yang menggunakan pupuk dan pestisida secara bijak dengan yang berlebih, akibatnya terjadi perbedaan keuntungan masing-masing 10% dan 20%.
Penggunaan insektisida untuk hama serangga dan fungisida untuk hama tumbuhan harus dilakukan dengan bijaksana agar selain tidak boros juga hama tidak resistant (kebal).
Petani harus dibekali pengetahuan kalau hama itu masih dibawah ambang batas maka penggunaan pestisida dapat dipergunakan, selain itu tidak semua penyakit dapat menggunakan pestisida, untuk itu petani harus terbiasa mengidentifikasikan penyakit.
"Mereka harus melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum memutuskan pestisida seperti apa," ujar dia.
Dikatakannya, kasus ledakan ulat buah di Brebes menunjukkan hama tersebut sudah resistant terhadap pestisida. “Penggunaan pestisida secara bijak dikalangan petani dapat dimulai dari kebijakan pemerintah dalam hal ini inisiatif dapat dilaksanakan melalui komisi pestisida,” ujar Witono.
Witono mengatakan, produsen benih seperti PT East West Seed Indonesia (Ewindo) telah memproduksi produk unggul yang dirancang tahan terhadap penyakit. "Hasil penelitian Balitsa di beberapa tempat benih-benih unggul dapat menghemat penggunaan pestisida," ujar dia.
Kenyataan petani di sejumlah daerah kata dia, seringkali tidak memanfaatkan benih baru, mereka lebih suka menggunakan anakan yang kualitasnya sulit dipertanggungjawabkan. Dia mengatakan, penggunaan bibit seharusnya terus diperbarui sehingga menghasilkan bibit unggul yang tahan terhadap hama.
Sementara itu Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Glenn Pardede mengatakan, penggunaan pestisida selain mengganggu kesehatan juga membuat hama menjadi resistan.
Glenn mengatakan, Ewindo terus melakukan pembinaan terhadap petani untuk bercocok tanam sayuran yang berkualitas, saat ini sudah ada 7.000 petani binaan di seluruh Indonesia.
Glenn mengatakan, saat ini Indonesia telah menghasilkan 6.000 sampai 7.000 ton benih hortikultura berkualitas atau naik rata-rata 10 sampai 15 persen per tahun. “Ewindo saat ini telah memproduksi 160 varietas sayuran dengan produksi 3.000 ton per tahun,” katanya optimis pertumbuhan 15% benih sayuran akan tercapai mengingat masyarakat mulai menyadari pola hidup sehat, sementara pada tahun lalu konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih rendah. (ant)
Witono mengatakan, kenyataan di lapangan petani beranggapan dengan memperbanyak penggunaan pestisida justru akan menghasilkan sayuran dan buah yang optimal. "Petani kita mungkin terlalu kreatif menggunakan pestisida berlebih padahal penggunaan bahan kimia seperti itu ada ambang batasnya," kata Witono.
Dia menunjuk hasil penelitian terhadap tanaman bawang merah dan cabai merah antara yang menggunakan pupuk dan pestisida menunjukkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijaksana hanya menimbulkan pemborosan.
Produksi untuk bawang merah dan cabai merah sama-sama naik antara yang menggunakan pupuk dan pestisida secara bijak dengan yang berlebih, akibatnya terjadi perbedaan keuntungan masing-masing 10% dan 20%.
Penggunaan insektisida untuk hama serangga dan fungisida untuk hama tumbuhan harus dilakukan dengan bijaksana agar selain tidak boros juga hama tidak resistant (kebal).
Petani harus dibekali pengetahuan kalau hama itu masih dibawah ambang batas maka penggunaan pestisida dapat dipergunakan, selain itu tidak semua penyakit dapat menggunakan pestisida, untuk itu petani harus terbiasa mengidentifikasikan penyakit.
"Mereka harus melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum memutuskan pestisida seperti apa," ujar dia.
Dikatakannya, kasus ledakan ulat buah di Brebes menunjukkan hama tersebut sudah resistant terhadap pestisida. “Penggunaan pestisida secara bijak dikalangan petani dapat dimulai dari kebijakan pemerintah dalam hal ini inisiatif dapat dilaksanakan melalui komisi pestisida,” ujar Witono.
Witono mengatakan, produsen benih seperti PT East West Seed Indonesia (Ewindo) telah memproduksi produk unggul yang dirancang tahan terhadap penyakit. "Hasil penelitian Balitsa di beberapa tempat benih-benih unggul dapat menghemat penggunaan pestisida," ujar dia.
Kenyataan petani di sejumlah daerah kata dia, seringkali tidak memanfaatkan benih baru, mereka lebih suka menggunakan anakan yang kualitasnya sulit dipertanggungjawabkan. Dia mengatakan, penggunaan bibit seharusnya terus diperbarui sehingga menghasilkan bibit unggul yang tahan terhadap hama.
Sementara itu Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Glenn Pardede mengatakan, penggunaan pestisida selain mengganggu kesehatan juga membuat hama menjadi resistan.
Glenn mengatakan, Ewindo terus melakukan pembinaan terhadap petani untuk bercocok tanam sayuran yang berkualitas, saat ini sudah ada 7.000 petani binaan di seluruh Indonesia.
Glenn mengatakan, saat ini Indonesia telah menghasilkan 6.000 sampai 7.000 ton benih hortikultura berkualitas atau naik rata-rata 10 sampai 15 persen per tahun. “Ewindo saat ini telah memproduksi 160 varietas sayuran dengan produksi 3.000 ton per tahun,” katanya optimis pertumbuhan 15% benih sayuran akan tercapai mengingat masyarakat mulai menyadari pola hidup sehat, sementara pada tahun lalu konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih rendah. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar