“Kalau memang kita mau bekerja, mulailah bekerja sesuai kemampuan, hayati dan jiwai serta jangan iri melihat orang yang berhasil. Sebab rasa iri itu akan menyengsarakan diri kita sendiri. Karenanya, sebagai petani tetaplah bekerja ber-inovasi,” kata Sanggam Hutagalung pada kegiatan pelatihan Standar Prosedur Operasional tanaman jeruk kepada Masyarakat petani Jeruk Indonesia (MJI) Taput, Kamis (17/11), di Desa Huta Namora, Kecamatan Siatas Barita, Taput.
Dikatakannya, jika melihat produksi jeruk saai ini, Tapanuli Utara berpotensi menjadi salah satu daerah penghasil jeruk yang berkualitas bagus. “Untuk itu, saya imbau jangan malu menjadi petani. Kebutuhan ekonomi harus terus dipenuhi. Bayangkan, kalau dunia pertanian ditinggalkan,” katanya.
Ketua MJI Taput Jakub Tarigan mengungkapkan, tanaman jeruk di Taput mulai menggeliat.
Karenanya dalam kegiatan ini, dirinya mengajak para petani jeruk yang hadiruntuk menyatukan teknik perawatan jeruk, agar kualitas jeruk yang dihasilkan mempunyai ciri khas dan berkualitas sempurna.
Kegiatan itu, sebut Tarigan, untuk mendapatkan masukan, bagaimana petani jeruk mampu meningkatkan produksi dan kualitas jeruk yang bagus. “Saat ini lahan pertanian jeruk di Taput sekitar 500 hektar dan sekitar 200-an hektar sudah berproduksi,”sebutnya.
Tarigan menuturkan, faktor penyebab tanaman jeruk rusak, juga dipengaruhi kualitas bibit yang digunakan, faktor tanah, alam dan penggunaan pestisida yang tidak seimbang. Sebab itu, petani diharapkan mengantisipasinya sejak pembibitan sekaligus melakukan pemangkasan daun/buah yang sudah terserang penyakit, guna menghindari meluasnya penyakit tanaman.
Acara tersebut, diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan dihadiri ratusan petani jeruk se-Taput dan pakar-pakar jeruk dari Berastagi, Kabupaten Karo diantaranya, Usaha Barus
Dikatakannya, jika melihat produksi jeruk saai ini, Tapanuli Utara berpotensi menjadi salah satu daerah penghasil jeruk yang berkualitas bagus. “Untuk itu, saya imbau jangan malu menjadi petani. Kebutuhan ekonomi harus terus dipenuhi. Bayangkan, kalau dunia pertanian ditinggalkan,” katanya.
Ketua MJI Taput Jakub Tarigan mengungkapkan, tanaman jeruk di Taput mulai menggeliat.
Karenanya dalam kegiatan ini, dirinya mengajak para petani jeruk yang hadiruntuk menyatukan teknik perawatan jeruk, agar kualitas jeruk yang dihasilkan mempunyai ciri khas dan berkualitas sempurna.
Kegiatan itu, sebut Tarigan, untuk mendapatkan masukan, bagaimana petani jeruk mampu meningkatkan produksi dan kualitas jeruk yang bagus. “Saat ini lahan pertanian jeruk di Taput sekitar 500 hektar dan sekitar 200-an hektar sudah berproduksi,”sebutnya.
Tarigan menuturkan, faktor penyebab tanaman jeruk rusak, juga dipengaruhi kualitas bibit yang digunakan, faktor tanah, alam dan penggunaan pestisida yang tidak seimbang. Sebab itu, petani diharapkan mengantisipasinya sejak pembibitan sekaligus melakukan pemangkasan daun/buah yang sudah terserang penyakit, guna menghindari meluasnya penyakit tanaman.
Acara tersebut, diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan dihadiri ratusan petani jeruk se-Taput dan pakar-pakar jeruk dari Berastagi, Kabupaten Karo diantaranya, Usaha Barus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar