Tampilkan postingan dengan label tebu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tebu. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Mei 2011

Berita Pertanian : Lahan Perluasan Perkebunan Tebu Masih Diinventarisir


Jakarta. Kementerian Kehutanan (Kemenhut) sedang menginventarisir lahan hutan produksi yang penggunaannya masih bisa dialihkan untuk areal perkebunan tebu guna mendukung upaya pencapaian swasembada gula tahun 2014. "Di peta masih ada 16 juta hektare lahan yang bisa digunakan, kami dalam tahap menginventarisasi mana yang benar-benar bisa dikonversi," kata Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Kementerian Kehutanan Tri Joko Mulyono di sela seminar tentang investasi industri gula di Jakarta, Kamis (5/5).
Kementerian Kehutanan, menurut dia, juga sedang mengevaluasi izin prinsip penggunaan lahan hutan produksi. Lahan dengan izin prinsip lebih dari lima tahun yang sudah tidak bisa diperpanjang, ia melanjutkan, akan diprioritaskan untuk perkebunan tebu. "Tanggal 21 Maret lalu kami sudah umumkan 182 izin prinsip lebih dari lima tahun yang belum memenuhi syarat. Kami akan evaluasi, kalau tidak dilanjutkan akan kami batalkan untuk diberikan ke investor yang serius, termasuk untuk perkebunan tebu," katanya.

Menurut dia, luas areal dari ke-182 izin prinsip pengelolaan itu sekitar 103 ribu hektare. Ia menambahkan tahun 2010 pemerintah telah menerbitkan izin prinsip pengelolaan lahan seluas 40 ribu hektare di Merauke untuk perkebunan tebu.

Pada awal 2011, lanjut dia, satu pemerintah kabupaten di Sumatera Selatan juga telah mengalihkan izin pengelolaan lahan seluas 40 ribu hektare untuk areal perkebunan tebu. "Pemerintah pusat juga telah mendorong pemerintah daerah yang lain untuk memprioritaskan lahan untuk perkebunan tebu," katanya.

Menurut Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi, paling tidak 500 ribu hektare tambahan lahan diperlukan guna mendukung pencapaian swasembada gula.

Lahan tersebut diperlukan untuk membangun setidaknya 20 unit pabrik gula beserta perkebunan tebu baru untuk menambah produksi gula sesuai target.

Menurut peta jalan yang sudah dibuat pemerintah, revitalisasi industri gula nasional dilakukan dengan target produksi gula nasional yang pada 2009 sebanyak 2,6 juta ton dan turun jadi 2,2 juta ton tahun 2010, bisa naik menjadi 5,7 juta ton, sesuai kebutuhan nasional, pada 2014.

"Kalau lahan untuk itu sudah ada akhir tahun ini, kami optimistis swasembada tercapai, tapi kalau sampai pertengahan tahun depan belum tersedia akan sulit karena untuk membangun pabrik butuh setidaknya dua tahun, menyiapkan perkebunan tebu sampai menghasilkan juga butuh waktu dua tahunan," kata Benny.

Ia menambahkan sampai saat ini investor yang berminat menanamkan modal untuk pembangunan pabrik gula dan perkebunan tebu serta produsen gula yang berencana memperluas lahan untuk meningkatkan produksi belum bisa merealisasikan rencana karena sulit memperoleh lahan. (ant)

Selasa, 15 Maret 2011

Berita Pertanian : Ratusan Petani Tebu Rugi akibat Anomali Iklim

Sumber. Ratusan petani tebu rakyat di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, rugi akibat anomali cuaca 2010, tetapi pada 2011 mereka tetap menanam tebu karena telanjur, kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Raykat Indonesia (APTRI) Jawa Barat Anwar Asmali.
"Sedikitnya 572 hektar lahan petani tebu rugi akibat hujan berkepanjangan tahun lalu, tetapi kini mereka tetap tanam tebu," kata Anwar Asmali kepada wartawan di Sumber, Selasa (15/3).

Dia mengatakan, petani tebu tersebut biasanya menyewa lahan sampai dua tahun. "Karena itu, kendati merugi tahun lalu, mengingat ada tebu rakat panen dua kali, maka tebu yang ada sekarang yakni tunas tebu tahun lalu dibiarkan sampai panen," katanya.

Menurut dia, ada tiga tingkatan kerugian petani tebu tersebut. Pertama, mendapat sisa hasil usaha (SHU) hanya cukup untuk membayar biaya operasional. Kedua, petani rugi sedang, apabila kewajiban dipenuhi termasuk sewa lahan. Ketiga, merugi berat apabila tidak mendapat SHU sama sekali. "Ratusan petani yang mengelola lahan 572 hektare itu termasuk rugi berat," katanya.

Di pihak lain, dalam penggarapan lahan tahun 2011 petani juga harus menambah biaya karena lahan rusak. Rusaknya lahan tersebut akibat penebangan tahun lalu tidak normal. Biasanya tebu diangkut dengan truk langsung dari sawah, akibat hujan terus menerus hampir sepajang tahun 2010 terpaksa ada yang diangkut dengan perahu.

Bekas pengakutan seperti itu merusak lahan, kata dia, akibatnya petani harus mengeluarkan uang lagi. Petani juga merugi karena rendemen gula sangat rendah yakni antara 5 dan 6, sedangkan tahun lalu rendemen gula di Cirebon antara 6 dan 7.

Sebelumnya, Kabag Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Perkebunanan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ade Hassan mengatakan, akibat anomali cuaca tersebut areal tanaman tebu rakyat di Kabupaten Cirebon tahun 2011 seluas 65.000 hektar atau turun sekitar 1.000 hektar dibanding tahun lalu. (ant)

Senin, 21 Februari 2011

Berita Pertanian :Prospek Cerah Tebu Merah Brastagi




Kabupaten Karo, yang terletak di Propinsi Sumatera Utara tidak hanya dikenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan atau komoditas hortikultura lainnya. Tapi, di kota sejuk tersebut juga tumbuh subur tanaman tebu, yang merupakan bahan baku gula putih. Namun, tebu yang akan dibicarakan di sini bukan tebu biasa melainkan tebu merah yang banyak dikembangkan petani di Kota Berastagi.
Karena itu, kalau berkunjung ke Kota Brastagi, nikmatilah secangkir air tebu merah yang hanya dihargai Rp 2.500 per gelas. Pemandangan penjualan tebu manis itu memang selalu tampak di kota sejuk penghasil komoditas hortikultura terbesar di Sumut tersebut. Melihat potensi pasar dan kekhasan air tebu manis itu pun, membuat petani di Kabupaten Karo itu tidak menyia-yiakan kesempatan untuk mengembangkan tanaman tebu merah.

Modal Ginting, petani tebu di Desa Beras Tepu Kecamatan Simpang Berastagi mengakui, mendapatkan penghasilan Rp 600.000 perbulan dari hanya penjualan tebu yang ditanamnya di luas lahan sekitar 7,5 rante atau 3.000 meter persegi. Dengan memiliki tanaman tebu sebanyak 400 batang, ia menjual tebu yang siap panen atau berusia satu tahun, sekitar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 perbatang kepada para pedagang di daerah tersebut.

Ayah dari tiga orang anak ini bermula mengembangkan berbagai komoditas tanaman di lahan pertanian miliknya mulai dari jagung, kentang, cabai, kol dan bermacam lainnya. Namun dengan alasan keuntungan yang didapat kurang memuaskan, ia pun memilih tanaman tebu merah.

"Modal yang dibutuhkan pada tanaman tebu sangat sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung. Selain itu juga permintaan masih banyak sehingga omset terus memadai hingga pertanaman dapat terus dilakukan," ujarnya kepada MedanBisnis belum lama ini.

Jika terjadi pembelian tebu merah dari pemborong, tebu yang berkualitas besar dan panjang dua meter, bisa dihargai Rp 15.000 perikat atau sekitar 10 batang. Sedang kualitas kecil, tebu dijual dengan harga Rp12.000 perikat.

Selain itu, tanaman tebu masih bisa ditumpangsari dengan tanaman kopi dan cabai kecil sehingga ia masih memiliki keuntungan. Namun memang disayangkan, setelah adanya peristiwa erupsi Gunung Sinabung lima bulan yang lalu, kini hama merusak batang tebu itu mulai bermunculan, seperti daun pujuk yang mudah kering kemudian mati muda.

Hama yang menyerang tanaman tebu milik mereka pada saat ini, mereka sebut hama bala kering (nematode), ane-ane, bubur (semacam jamur).

Tanaman yang termasuk pada budidaya tanaman semusim ini terdapat berbagai jenis yakni berwarna merah gelap, merah terang, kuning terang, atau hijau kekuningan. Namun semua jenis tebu ini bisa tumbuh di daerah tropis terutama di iklim berudara sedang dan panas. Daerah tumbuhnya menyebar dari 1-1.300 meter di atas permukaan laut (m dpl).

Dalam klasifikasi ilmiah, tebu yang paling dikenal adalah Sacharumo. Tanaman yang berdaun panjang satu hingga dua meter dengan lebar empat dan delapan centimeter ini sengaja dibudidaya dan dikembangbiakkan untuk memenuhi industri gula di tanah air.

Dikatakan Modal tebu yang dihasilkannya hampir setiap hari memenuhi para pedagang air tebu baik di Kota Berastagi maupun di kawasan Kota Medan dan sekitarnya, sehingga para petani tebu di dua desa ini sudah mengikat kontrak jual beli antara para petani tebu dan pedagang dari luar kota seperti pedagang asal Kota Medan.

Keuntungan menanam tebu merah juga dirasakan Marita beru Sitepu. Ia yang memulai dari lima tahun yang lalu bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 700 ribu per bulan.

"Luas perkebunan tebuku hanya 2.000 meter per segi atau 300 batang. Tapi sudah sangat lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sebulannya," aku Marita.

Dikatakan Marita, tanaman tebu hanya membutuhkan modal yang relatif murah berkisar Rp 300 ribu. Untuk mendapatkan tanaman berkualitas, petani harus rajin membersihkan lahan perladangan, setelah tumbuh memasuki usia 3 bulan baru diberikan pupuk urea dan kemudian di usia 7 sampai 8 bulan barulah bisa dilakukan pemotongan secara silih berganti, sehingga terjadilah pemotongan tebu rata-rata satu bulan sekali.

Untuk tanaman tumbuh dengan baik, disarankan tebu dikembangkan pada daerah beriklim panas dan lembab. Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang dan ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dari permukaan laut (dpl).

Tanaman tebu tidaklah sesulit merawat tanaman jagung dan sejenisnya, sehingga perlu untuk di kembangkan. Untuk tanaman tebu merah, menurut Modal cocoknya dikembangkan pada tanah yang bersifat kering-kering basah yakni curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH di atas 6,4 dengan ketinggian kurang dari 500 m dpl.
Menanam tebu bisa menggunakan bibit yang terlebih dahulu bisa diseleksi di luar kebun dengan menanam berhimpitan agar jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

Bibit yang telah tumbuh, batangnya terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring. Jika bibit rayungan bermata dua, batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman sekitar satu centimeter.

"Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata," jelas Modal.

Untuk bibit yang akan ditanam yakni bibit pucuk, batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan. Bibit pucuk bisa diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2 hingga 3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.

"Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk juga tidak memerlukan banyak air," jelas Modal.

Sedangkan bibit dari batang muda, menurutnya berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.

Satu hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar. Dan, agar tanaman dapat terus tumbuh baik, dilanjutkan Modal harus dilakukan penyiraman. Namun disarankan tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. "Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yakni berkisar usia 10 bulan hingga setahun," pungkasnya.

Serangan Hama
Terhadap serangan hama Modal mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir memang banyak. Hama menyerang tanaman tebu mulai dari akar sampai ke dalam batang, sehingga sulit untuk membasmi hama semacam nematode tersebut.

Segala jenis tanaman kata Modal, memiliki hama penyakit masing-masing. Namun setiap penyakit ada obatnya begitulah pemikiran para petani tebu di Desa Beras Tepu dan Kuta Tengah Kecamatan Simpang Empat ini. Dua desa penghasil tebu merah ini, sudah puluhan tahun penduduk setempat membudidayakan tanaman yang menghasilkan air manis.

Para petani tebu kini mulai mencari akal agar lepas dari serangan hama, sehingga bermacam upaya sudah mereka laukan, mulai dari insektisida dosis tinggi sampai fungisida nabati sudah mereka lakukan, namun belum memberikan hasil yang memuaskan dalam pembasmian hama tersebut.

Untuk menyambut kebutuhan para konsumen, para petani tidak pernah kehilangan akal, walau kondisi tanaman tebu sekarang banyak di serang hama, sejenis Nematoda dan bubur-bubur. "Tanaman yang bisa diolah menjadi gula atau minuman segar karena rasa kemanisan yang dikandung tanaman tebu tersebut banyak disenangi hama atau binatang semut sejenisnya," jelas Modal.

Hal ini sudah berulang kali ditemukan para petani tebu tentang hama yang menyerang, namun belum juga dapat teratasi secara maksimal. Untuk itu minta Modal, Dinas Perkebunan Kabupaten Karo maupun Propinsi Sumatera Utara dapat meneliti hama yang menyerang tanaman tebu sekarang ini.

"Menanam tebu ini, kehidupan kami lebih baik karena kepercayaan agen pembeli kepada para petani untuk memberi pinjaman uang sebagai modal. Pembayaran utang bisa dilakukan dengan pemotongan dari hasil penjualan tebu," aku Modal.

Selain itu, hama penggerek pucuk dan batang juga sering dialami petani pada tanaman tebunya yang menyerang mulai umur 3 hingga 5 bulan. Belum lagi serangan hama tikus meskipun mengendalikannya bisa dilakukan dengan gropyokan, musuh alami yaitu ular, anjing atau burung hantu.

Siapa yang tidak mengenal tanaman tebu. Sebagai penghasil gula tebu yang dikenal mempunyai batang dengan rasa manis sangat disenangi masyarakat untuk dikonsumsi sehingga sering juga diolah menjadi minuman segar. Ternyata bukan hanya manis dan segar, tapi tebi juga berkhasiat untuk pengobatan.
Dahulu tebu telah digunakan sebagai salah satu tanaman obat tradisional seperti untuk meredakan jantung berdebar, meredakan sakit panas, dan batuk. Untuk kepentingan pengobatan ini, bagian tebu yang digunakan adalah akar dan batangnya yang manis.

Tebu termasuk dalam tanaman keluarga rumput-rumputan (Graminae). Namun ukurannya lumayan besar ketimbang jenis rumput ilalang yang dikenal setinggi empat meter. Bagian batangnya yang berbuku-buku adalah bagian yang memiliki serat kasar dan mengandung cairan yang manis.

Untuk pemanfaatan sebagai pengobatan, tebu yang digunakan adalah tebu hitam (jenis yang berwarna merah gelap). Seperti pembuatan ramuan untuk meredakan jantung berdebar adalah tiga genggam akar tebu hitam. Akar tebu tersebut dicuci dan direbus dengan dua gelas air sampai mendidih dan tersisa satu gelas. Rebusan ini diminum dua kali sehari.

Sementara untuk sakit panas, bahannya terdiri batang tebu hitam secukupnya. Batang tersebut diperas dan diambil airnya. Air tebu inilah yang diminum penderita. Lalu untuk penyembuhan batuk, digunakan 3-5 ruas tebu hitam. Tebu tersebut disesap dan diminum aimya. Atau tebu tersebut dibakar, kemudian dikupas dan diperas untuk diambil airnya.

Meskipun diakui Modal, manfaat tebu untuk kesehatan ini sudah jarang dilakukan masyarakat seiring dengan perkembangan zaman. Kini masyarakat hanya mengetahui tebu sebagai penghasil gula yang sangat dibutuhkan untuk bahan pokok. Dan juga merasakan manisnya air tebu yang melegahkan dahaga.

"Tebu merah ini memang sangat dikenal masyarakat akan manfaat airnya yang sangat manis dan penghilang haus. Padahal manfaat bagi kesehatan sangat bagus dan dari jenis tebu lainnya yang juga banyak dikembangkan di berbagai daerah," tutur Modal.(MB)