Tampilkan postingan dengan label budidaya belimbing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budidaya belimbing. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Juni 2011

Peluang Usaha Pertanian : Belimbing bangkok merah, Mudah perawatannya dan ranum hasil panennya













Memiliki rasa manis dan kadar air hingga 80%, belimbing bangkok merah disukai konsumen. Dengan budidaya yang mirip belimbing lainnya, pohon ini membutuhkan pupuk kandang usai panen. Serangan ulat dan genangan air bisa menjadi ancaman.

Banyak varian buah belimbing (Averrhoa carambola) di Indonesia. Tepatnya ada 19 jenis buah belimbing. Salah satu yang menjadi idola adalah belimbing bangkok merah. Ini jenis belimbing yang berasal dari hasil okulasi, yakni penempelan mata tunas belimbing bangkok merah dan belimbing lokal.

Sugeng Rahayu, pembudidaya belimbing dengan bendera CV Subur Tunas Mandiri, bercerita, bibit belimbing bangkok merah kebanyakan berasal dari Blitar, Jawa Timur. “Awalnya, ia berasal dari hasil okulasi belimbing asli Blitar dengan belimbing malaya dari Malaysia,” ujarnya.

Berbeda dengan belimbing jenis lainnya, belimbing merah lebih disukai konsumen. Selain rasanya yang manis, kadar air belimbing merah yang tinggi yakni mencapai 70% hingga 80% dari daging buah. Belimbing lainnya umumnya hanya memiliki kadar air 50% sampai 60%. "Tekstur dagingnya lebih keras, tak lembek," ujar pria berusia 50 tahun itu.

Secara kasat mata, mudah membedakan belimbing bangkok merah dengan belimbing lain. Memiliki tekstur lebih panjang yakni mencapai 15 cm sampai 20 cm, warna daging belimbing merah juga oranye atau kuning kemerah-merahan. Belimbing kebanyakan warnanya kuning dengan panjang buang maksimal 15 cm. “Keunggulan lain, belimbing bangkok merah bisa tahan tujuh hari sampai 10 hari di suhu kamar,” kata Sugeng. Belimbing madu yang juga banyak disukai konsumen umumnya hanya bertahan dua hari.

Meski memiliki berbagai kelebihan, tapi budidaya belimbing merah tak jauh berbeda dengan belimbing lainnya. Sejak okulasi hingga siap tanam membutuhkan waktu enam bulan. Dari masa tanam hingga berbuah membutuhkan waktu sampai setahun. "Tanaman belimbing dengan tinggi 80 cm biasanya sudah bisa berbuah, tapi belum maksimal karena akarnya belum kuat," ujarnya.

Makanya, banyak petani memilih menunggu sampai tanaman belimbing berusia tiga tahun. Saat itu, tanaman belimbing punya akar yang cukup kuat serta buah yang lebat. "Masa produktivitas buah saat usia delapan tahun sampai 20 tahun," ujarnya. Setelah usia di atas 20 tahun, pohon belimbing tidak produktif lagi.

Puncak produktivitasnya ketika pohon belimbing berusia 10 tahun. Satu pohon bisa menghasilkan 200 kilogram (kg) buah. Bila satu kilogram belimbing merah seharga Rp 10.000, satu pohon belimbing di usia puncak bisa menghasilkan omzet Rp 2 juta. Masa buah pohon belimbing bisa sampai tiga kali panen dalam satu tahun.

Setelah panen usai, petani harus memupuk pohon dengan pupuk kandang agar tetap tanaman tetap tumbuh subur dan berbuah maksimal. "Ranting-ranting kecil harus dipotong agar nutrisi masuk," ujar Robby, pembudidaya lain di Tulung Agung.

Hal yang patut dihindari adalah genangan air yang bisa menyebabkan buah rontok serta serangan ulat. Tanda-tanda datangnya serangan ulat bisa dilihat dari buah belimbing yang banyak bintik-bintik coklat. "Kalau sudah begini, petani harus siap rugi," ujarnya.

Makanya, petani memilih mencegah serangan ulat. Caranya dengan membungkus buah dengan plastik atau kertas koran.

Labanya datang dari bibit dan buahnya

Penjualan belimbing bangkok merah semanis rasanya. Tidak hanya buah, bibitnya juga laris. Seorang pembudidaya di Surabaya bisa menjual 150 pot pohon belimbing bangkok merah per bulan. Petani di Tulungagung mengunduh segarnya buah dari 60 pohon.

Buah belimbing bangkok merah memang segar dilahap, apalagi saat terik matahari membakar kulit. Sugeng Rahayu, Pemilik CV Subur Tunas Mandiri, juga merasakan segar manisnya bisnis belimbing hasil persilangan belimbing lokal dan belimbing malaya ini. Maklum, Sugeng adalah salah satu pembudidaya belimbing bangkok merah ini di Surabaya, Jawa Timur.

Sugeng yang berbisnis budidaya tanaman buah ini bisa menjual 100 hingga 150 pot belimbing bangkok merah berusia satu tahun hingga dua tahun setiap bulan. Dengan harga satu pot mencapai Rp 300.000, dari bibit pohon belimbing bangkok merah ini, Sugeng bisa mengantongi omzet sebesar Rp 30 juta hingga Rp 45 juta per bulan.

Kebanyakan pembeli bibit dengan usia dua tahun adalah pembeli dari Surabaya. Dengan masa berbuah sejak tanam tiga tahun, "Mereka tinggal menunggu setahun sampai dua tahun untuk memetik buah," ujarnya. Adapun, bibit belimbing bangkok merah dengan usia 6 sampai 7 bulan biasanya dibeli oleh pembudidaya di luar Surabaya.

Sejak awal 2011, Sugeng mendapat pesanan 80 sampai 100 bibit per bulan dari mereka. Jumlah ini menurun lebih dari 100% dibandingkan 2007. Saat itu, ia bisa mengirim 200 sampai 250 bibit per bulan ke banyak pembudidaya. “Sejak April sampai kemarin stok bibit kami habis," ujarnya. Hari ini (7/6), Sugeng baru mendapat pasokan 200 bibit belimbing bangkok merah yang ia pesan dari Blitar, Jawa Timur.

Itu pun langsung berkurang 90 bibit yang sudah dipesan pembeli dari kawasan timur Indonesia dan Kalimantan. "Pelanggan saya itu pengusaha besar yang sukses di daerahnya," ujar Sugeng yang menjual bibit dengan usia enam bulan hingga tujuh bulan itu dengan harga Rp 25.000.

Sugeng fokus jual-beli bibit dan pohon belimbing merah dengan usia muda. Dari usaha ini, ia hanya perlu mengeluarkan sedikit biaya pemeliharaan lantaran pohon belimbing ini hanya membutuhkan pupuk organik dari kotoran sapi dan kambing. Setiap tiga bulan sekali, ia akan memupuk, serta menyiram tanaman sekali sehari. "Selanjutnya, tingga ikuti irama irama cuaca saja," ujarnya.

Meski fokus ke pembibitan, Sugeng tak ketinggalan informasi harga buah belimbing ini. Di Surabaya, buah belimbing bangkok merah dijual dengan harga Rp 10.000 per kg. Harga ini naik sejak awal April. Sebelumnya, hanya di kisaran Rp 8.000-Rp 9.000. “Saya perkirakan di Agustus sampai Desember mendatang harganya mencapai Rp 15.000 per kg,” tutur Sugeng, memprediksi. Saat itu, banyak tanaman buah tidak menghasilkan buah. Sebaliknya, belimbing pada masa panen. Alhasil, sepinya buah di pasar membuat harga melonjak.

Robby, petani belimbing di Tulungagung, Jawa Tengah menambahkan, saat pasokan melimpah, harga sekilogram belimbing bangkok merah di petani berkisar Rp 4.000. Saat pasokan sedikit, harganya Rp 5.000 per kg. "Kalau langsung menjual ke pasar buah, bisa capai Rp 7.500 per kg," ujar Robby yang memiliki 60 pohon belimbing.

Satu pohon belimbing milik Roby yang berusia 5 tahun baru mampu menghasilkan minimal 100 buah belimbing dengan masa panen 1,5 bulan sampai dua bulan sekali. Dengan rata-rata satu kilogram berisi 3 buah dengan harga Rp 4.000, satu pohon bisa menambah isi kantong Robby sekitar Rp 133.2000

Jika dikalikan dengan 60 pohon yang ia miliki, omzet Robby bisa sekitar Rp 7,992 juta tiap 1,5 bulan hingga dua bulan sekali. Pada masa puncak yakni pohon berusia 10 tahun, satu pohon belimbing bisa menghasilkan 100 kg buah. Segar nian, kan?

Jumat, 21 Januari 2011

Berita Pertanian : Sukses dari Budidaya Belimbing

Sekali Panen Untung Rp 60 Juta

Shutterstock Ilustrasi

Depok. Dalam setahun, Suhaemi (41), petani belimbing di Sawangan, Depok, Jawa Barat, bisa panen tiga kali. Melalui Koperasi Belimbing ia memasarkan produknya ke hipermarket Carrefour, toko buah Total, serta beberapa gerai di Bandung dan Yogyakarta.

Dalam sekali panen ia bisa mengantongi Rp 100 juta dari 200 pohon belimbing di lahan 9.000 meter persegi miliknya. Satu pohon menghasilkan 50 kilogram (sekitar 500 buah belimbing). Harga jualnya Rp 1.000 per buah, dengan perhitungan Rp 400 modal dan Rp 600 keuntungan per buah. Melihat angka sebesar itu, hasil penjualan belimbing cukup menggiurkan.

Menghasilkan belimbing dewa dengan ukuran layak jual tidaklah mudah. Suhaemi bahkan harus berkeliling dari Garut, Jawa Barat; Sleman, Yogyakarta; dan Malang, Jawa Timur; untuk menimba ilmu menanam dan merawat tanaman buah yang baik. Meskipun varietasnya berbeda di setiap daerah, masalah sistem irigasi, pemberantasan hama, atau pengolahan tanah hampir sama. Pengetahuan itulah yang kemudian ia terapkan dalam budidaya belimbing dan ternyata berhasil. "Pendapatan itu sepadan dengan perawatan buah ini dari awal sampai panen," ucap Suhaemi.

Panen tergantung pesanan

Berbeda dengan kebanyakan buah konsumsi, belimbing tidak mengenal musim, setiap saat bisa berbuah. "Kuncinya adalah pasokan air. Apalagi, 80 persen daging buah belimbing mengandung air. Kalau air cukup, pohon akan terus berbuah," ujar Suhaemi yang memulai budidaya belimbing sejak tahun 1989.

Tak ada resep khusus dalam budidaya belimbing. Sebelum menanam, tanah diolah terlebih dulu. Jarak tanam antarpohon sekitar 7 meter. "Bibit ditanam dengan lebar lubang 1 meter dan kedalaman 70 sentimeter," katanya. Tanah kemudian diberi pupuk kandang dan sedikit NPK mutiara. Pupuk kandang ini membuat buah belimbing terasa manis. Umur dua tahun, belimbing sudah mengeluarkan buah sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Namun, untuk menghasilkan 50 kg buah per pohon biasanya perlu lebih dari lima tahun.

Agar belimbing cepat berbunga, batang pohonnya disemprot dengan perangsang buah. "Batang pohon juga harus dibersihkan dari ranting yang tidak produktif . Sebab, buah yang menempel di batang butuh penyinaran matahari paling tidak tujuh jam agar cepat pembungaan," papar Suhaemi. Setelah berbunga dalam rentang waktu tiga mingu sampai satu bulan, muncul buah belimbing kecil. Sebulan kemudian buah sudah bisa dibungkus dengan mulsa. Agar belimbing yang dihasilkan lebih berkualitas, baik rasa maupun besarnya, dilakukan penjaringan. Jumlahnya juga dibatasi. Satu pohon biasanya hanya 500 buah.

Buah belimbing bisa dipanen setelah umur 35-40 hari (indeks 3-4) atau umur 45-50 hari (indeks 4-5) dihitung dari masa pembungkusan. "Memanennya tinggal mengikuti konsumen. Seperti toko buah di Bandung, mereka ingin yang masih hijau (indeks 3-4), sedangkan Carrefour maunya yang sudah berwarna kuning (indeks 4-5)," ungkapnya. Total dari masa pembungaan sampai panen memakan waktu 3,5 bulan.

Tambah modal

Untuk mengembangkan usahanya, tahun 2007 Suhaemi meminjam dana PKBL dari Bank Mandiri Rp 20 juta. "Sekarang saya sudah memasuki tahun ke-3 dan hampir lunas," ujarnya tersenyum. Dana tersebut untuk mengembangkan lahan dan menambah produktivitas belimbing. Sisanya ia gunakan untuk bertanam jambu biji merah dan bangkok putih. la bersyukur selama ini tidak pernah telat membayar cicilan.

Proses peminjamannya relatif mudah. "Tidak sampai sebulan dana keluar dan saya tidak menggunakan agunan pribadi," katanya. Yang dijadikan agunan adalah koperasi di mana Suhaemi menjadi anggota. Awalnya Suhaemi mengajukan lewat Koperasi Usaha Bersama. Belakangan, karena Koperasi Belimbing sudah terbentuk, ia memindahkan urusan administrasinya ke Koperasi Belimbing. Setiap bulan ia membayar Rp 660.000, sudah termasuk bunga cicilan 6 persen per tahun dan iuran wajib koperasi.

Ke depan, Suhaemi optimistis usaha belimbingnya tetap berjalan dengan lancar. Apalagi, buah ini sudah menjadi ikon Kota Depok. Lantaran koperasi tempatnya bernaung sudah mempunyai partner pemasaran, Suhaemi tidak menjual buah belimbingnya ke tempat lain, hanya ke koperasi. Meski harganya tidak setinggi kalau dijual di tempat lain, lewat koperasi permintaan selalu stabil.

ANALISIS USAHA

Biaya

Bibit dan perawatan satu buah belimbing sampai bisa dipetik menghabiskan biaya Rp 400, meliputi bibit, olah lahan, pemupukan, karyawan, transportasi, pemerantasan hama, dan lain-lain. Terdapat 200 pohon di mana satu pohon terdapat 500 buah belimbing, 200 x 500 x Rp 400 = Rp 40 juta.

Hasil usaha

Harga jual satu buah belimbing panen Rp 1.000. Untuk 200 pohon, dengan setiap pohon terdapat 500 buah, 200 x 500 x Rp 1.000 = Rp 100 juta.

Keuntungan

Hasil usaha dikurangi biaya, Rp 100 juta - Rp 40 juta = Rp 60 juta.

Catatan:

Keuntungan tersebut didapat bila usaha berjalan normal. Namun, pendapatkan akan menurun bila ada kendala, seperti gangguan cuaca. (kompas)