Tampilkan postingan dengan label bisnis manisan buah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bisnis manisan buah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 April 2011

Peluang Usaha Pertanian : Pasar Ramai, pusat manisan tertua di Medan


Sebagai salah satu tujuan wisata kuliner di Kota Medan, Pasar Ramai bak surga bagi para penggemar manisan. Sentra manisan ini sudah berdiri lebih dari tiga dekade. Tak heran, jenis manisan yang tersedia di pasar ini juga paling lengkap. Pedagang saling beradu kualitas manisan yang dijualnya.

Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Selain menyimpan banyak potensi wisata alam di sekitar Medan, ibukota Provinsi Sumatra Utara itu juga terkenal dengan wisata kuliner.

Kota ini punya banyak makanan khas. Sebut saja, soto medan, bikang ambon atau bolu meranti. Satu yang tak boleh terlewatkan saat ke Medan adalah mengunjungi Pasar Ramai yang terkenal sebagai pusat manisan di Medan.

Pasar yang terletak di Jl Thamrin ini menyediakan berbagai macam manisan. Mulai dari manisan salak, mangga, kedondong, ceremai, jeruk kesturi, mangga kering hingga pala kering. Ada sekitar 15 kios yang berjejer menjajakan beragam jenis manisan di sana.

Akses ke sentra ini, juga cukup mudah. Pasar ini terletak persis di sebelah Thamrin Plaza, salah satu pusat belanja ternama di Medan. Dari Kantor Walikota Medan hanya berjarak sekitar dua kilometer.

Menurut Tommy, salah satu pengelola kios, Pasar Ramai sudah menjadi pusat penjualan manisan sejak awal 1970-an. Yang unik, pemilik kios manisan ini sebagian besar masih satu keluarga. "Kebanyakan turun temurun dari keluarga," ujar Tommy.

Begitu pula dengan Leni yang meneruskan usaha sang nenek. "Awalnya, saya agak ragu menjalankan usaha ini, namun, setelah berjalan, ternyata sangat menguntungkan," ujarnya.

Banyak pengunjung yang memburu manisan di sini karena memang pasar inilah yang menyediakan manisan paling lengkap di Sumatra Utara. Namun dari sekian banyak jenis, manisan jambu biji yang paling banyak diminati.

Keunggulan manisan jambu yang telah terkenal tiga generasi ini lantaran keaslian rasa dan tidak menggunakan bahan pengawet. "Jambu yang dibuat manisan ini benar-benar diseleksi dengan baik. Selain itu, kami tak memakai pewarna dan hanya menggunakan gula asli," katanya.

Harga yang ditawarkan untuk tiap jenis manisan pun beragam. Untuk manisan jambu biji, ditawarkan mulai dari Rp 18.000 hingga Rp 35.000 per kg tergantung kualitas jambunya. Manisan mangga muda bahkan dijual hingga Rp 70.000 per kg, sementara harga jenis manisan lainnya bervariasi mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 50.000 per kg.

Leni mampu menjual hingga 100 kg segala jenis manisan per bulan. Dia bisa menikmati untung besar karena memproduksi sendiri mayoritas manisan buah dagangannya.

Harga manisan Leni relatif lebih tinggi ketimbang dagangan Tommy, yakni rata-rata, Rp 10.000 lebih tinggi ketimbang manisan milik Tommy. Toh, sah-sah saja memasang harga lebih mahal asalkan lebih tinggi pula kualitasnya.

Ketenaran Pasar Ramai sebagai pusat manisan diakui Sehat, salah seorang pengunjung pasar. Menurutnya, hampir seluruh keluarganya selalu berbelanja manisan ke pasar ini karena lebih lengkap dan paling lama berdiri. "Begitu juga kalau ada saudara yang datang ke Medan, pasti mereka membeli oleh-oleh manisan di sini," ujarnya.

Sebagai pusat jajanan manisan yang paling lengkap di Medan dan Sumatra Utara, pengunjung yang datang tidak cuma dari penduduk lokal dan wisatawan domestik. Banyak wisatawan asing yang juga datang untuk mencicipi kesegaran manisan. Sayang, para pedagang tak selalu bisa memenuhi semua permintaan.

Kebutuhan akan beragam jenis buah-buahan sebagai asupan vitamin bagi tubuh ikut mendongkrak penjualan beragam manisan di Pasar Ramai, Medan Sumatra Utara.

Sebagai pusat penjualan manisan terbesar di Medan, sentra manisan Pasar Ramai hampir selalu dipenuhi oleh pengunjung. Tidak hanya dari Medan, tapi juga pengunjung dari Pulau Jawa. Bahkan tidak jarang ada pembeli dari Malaysia, Hongkong, Thailand, dan China. Ini menandakan nama Pasar Ramai sudah dikenal hingga ke negeri tetangga.

Menurut Lenny, salah satu pedagang di Pasar Ramai, meski permintaan pengiriman manisan ke luar negeri cukup banyak, tidak semua pesanan dia layani. "Kami khawatir sampai di negeri tujuan, manisan tidak lagi segar," ujarnya. Ini tentu mengurangi kualitas manisan.

Secara umum manisan bisa tahan hingga tiga bulan kalau disimpan di dalam kulkas. Ia khawatir, kondisi manisan tak lagi layak konsumsi sesampainya di tempat tujuan. Apalagi, sudah terjadi proses perpindahan dari satu kontainer ke kontainer lain dalam pengiriman.

Lenny mengaku, hingga kini, ia masih melakukan trik-trik tertentu agar bisa mengirimkan satu kilogram manisan ke luar negeri. "Banyak persyaratannya," ujarnya singkat tanpa mau menjelaskan lebih lanjut.

Bulan lalu, ia baru saja menolak permintaan 12 ton manisan ke Hongkong dan Singapura. Padahal, kalau dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh bisa mencapai miliaran rupiah. Namun, Lenny memilih untuk tidak berurusan dengan pihak yang berwenang dan mencari aman dengan memfokuskan penjualan di dalam negeri.

Tidak semua manisan yang dijajakan di sentra ini berbahan baku dari Medan. Ada beberapa bahan baku buah yang dipasok dari Jakarta, bahkan ada yang impor dari negara Asia Tenggara seperti jeruk madu dan buah kana dari Malaysia.

Tommy, pedagang manisan lainnya, mengatakan bahwa para pemilik toko buah manisan di Pasar Ramai sangat berambisi menjadikan tempat ini sebagai pusat manisan paling lengkap. "Tidak masalah bahan bakunya dari wilayah lain, yang penting diolah dan dijualnya di tempat ini," ujarnya. Total, saat ini ada sekitar 23 jenis manisan yang siap dinikmati di sentra ini.

Karena persaingan antarpenjual cukup sengit, setiap toko harus pintar-pintar memberikan layanan yang memuaskan pelanggan. Tidak hanya keramahan, berbagai inovasi pun dilakukan untuk menarik minat pelanggan. Salah satu caranya dengan mengemas manisan dengan plastik yang dihiasi bermacam hiasan yang menarik.

Berdasarkan pengamatan, hanya sekitar lima toko yang memberikan kemasan khusus. Toko lain hanya menggunakan kemasan plastik biasa. Tommy, adalah salah satu pedagang yang menggunakan plastik khusus dengan pernak-pernik warna-warni. "Berdasarkan pengalaman selama ini, kemasan khusus memberikan nilai plus di mata konsumen," ujarnya bangga.

Pasar Ramai Medan sebenarnya juga tidak hanya menjual manisan. Seperti laiknya pasar lain, di sini banyak toko-toko busana serta makanan kering.

Sentra manisan Pasar Ramai kian ramai ketika hari raya dan musim liburan lain. Pada musim itu, penjualan para pedagang bisa mencapai lebih dari dua kali hari-hari biasa, bahkan hingga Rp 5 juta sehari. Untuk mempertahankan pelanggan, para pedagang terus menjaga kualitas berbagai produk yang dijual di jantung kota Medan ini.

Terletak di pusat kota Medan dan hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Lapangan Merdeka, sentra manisan Pasar Ramai punya posisi yang sangat strategis karena berada tepat di jantung kota Medan.

Faktor lokasi ini pula yang mendukung ramainya sentra manisan yang buka sejak jam 8 pagi sampai pukul 17.00. Jumlah pengunjung akan meningkat drastis ketika memasuki hari-hari khusus yakni masa liburan, bulan puasa, dan hari-hari besar lainnya. Saat itu, penghasilan para pedagang tentu ikut membengkak.

Tommy, salah satu pemilik kios mengatakan, kalau omzetnya bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta saat hari-hari besar. "Tapi, itu setahun sekali," ujarnya.

Ketika Imlek atau hari besar etnis Tionghoa tiba, Pasar Ramai juga akan kebanjiran pembeli. Apalagi, mayoritas pemilik kios merupakan warga Tionghoa yang sudah turun temurun berdagang di pasar ini. Tidak jarang satu orang pemain besar memiliki dua atau tiga toko, yang terdiri dari kios manisan atau pun menjual makanan-makanan khas Medan lainnya. Para pembeli yang datang dari China juga tidak terlepas dari pengaruh terkenalnya pasar ini di kalangan etnis Tionghoa.

Dani Lubis yang sudah menjual manisan di Pasar Ramai sejak tahun 1982 mengaku kalau saat Imlek dan bulan ramadhan, omzet tokonya meningkat hingga dua kali lipat. Ia bisa meraih Rp 1,2 juta hingga Rp 2 juta. "Kalau hari biasa hanya Rp 800.000," akunya.

Namun, di balik cerita ketenaran Pasar Ramai, tidak ada gading yang tak retak. Tommy mengeluhkan kondisi drainase yang buruk. Ketika hujan deras, tokonya kerap kebanjiran. "Memang tidak sampai terendam, tapi tetap saja jadi agak becek," keluhnya. Bau tak sedap terkadang ikut muncul saat musim hujan tiba.

Padahal, Tommy dan para pedagang lainnya sudah mematuhi berbagai macam aturan mulai dari iuran per bulan hingga uang sampah. Untungnya, kondisi pasar yang terkadang kurang nyaman tidak mempengaruhi para pelanggan yang datang.

Secara umum, para pedagang di Pasar Ramai mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki pasar. Menurut mereka, kondisi pasar yang rapi akan lebih meningkatkan daya tarik Pasar Ramai. Saat ini saja, Pasar Ramai, sesuai namanya, selalu dipadati pengunjung meskipun pasar tidak selalu dalam kondisi menyenangkan.

Keunggulan sentra manisan Pasar Ramai, selain jenisnya yang beraneka ragam, juga karena produk-produknya terkenal sangat segar. Tommy hanya menyimpan manisan buatannya paling lama tiga hari.

Pembuatan manisan yang sepenuhnya dilakukan sendiri pun menjamin standar kualitas manisan Tommy. Meski ia memasok beberapa bahan mentah di tempat lain, Tommy mengolah sendiri bahan baku tersebut menjadi manisan.

Tommy menceritakan secara singkat proses pembuatan manisan jambu biji. Jambu biji dikupas, dibuang bijinya, dan dipotong-potong. Setelah itu, jambu direndam dalam larutan air kapur selama dua jam, dicuci bersih, dan ditiriskan.

Jambu itu lantas dimasukkan dalam larutan gula yang telah dimasak bersama air hingga mengental. Untuk memberikan aroma yang sedap, ia menambahkan cengkeh dan kayu manis, jeruk nipis, dan garam. Jambu dimasukkan setelah larutan gula dingin dan dibiarkan sekitar 12 jam. "Dengan begitu, jambu biji terjaga kesegarannya saat dinikmati," ujarnya.

Para pedagang di Pasar Ramai yakin sentra ini akan bertahan dengan mempertahankan standar kualitas. Mereka tidak khawatir dengan makin banyaknya supermarket modern karena konsep pasar tradisional masih memiliki pelanggan. "Kami selalu percaya, manisan yang ada di pasar ini lebih orisinal dan lebih tahan lama," ujar Dani Lubis.

Selasa, 05 April 2011

Peluang Usaha Pertanian : Mengecap manisnya laba bisnis manisan buah


Pepaya, cabai, dan pala bisa disantap manis dan segar. Caranya, buah-buahan ini diolah menjadi manisan buah. Proses pembuatannya sederhana. Dari berniaga manisan buah ini, seorang perajin manisan di Bogor bisa menikmati omzet Rp 10 juta sebulan dari penjualan ke berbagai kota. Pasar manisan buah semakin segar ketika bulan puasa dan Lebaran tiba.

Mulyaningsih belajar membuat manisan buah dari nenek dan ibunya. Tahun 1980, sang nenek mendirikan usaha manisan buah di Desa Cimahpar. Ia adalah satu-satunya pengrajin manisan buah di desa yang terletak di Kecamatan Bogor Utara, Jawa Barat itu.

Sekarang, perajin manisan buah di Cimahpar berkembang menjadi 10 orang. Tahun 2005, usaha manisan buah bernama Mawar Sari itu diwariskan ke tangan Mulyaningsih. Ia mengurus produksi sampai distribusi manisan buah.

Mulyaningsih mempekerjakan 10 pegawai yang memproduksi tujuh varian manisan Mawar Sari. Ketujuh varian itu adalah pepaya, cabai, ceremai, pala, mangga, leunca, dan kolang-kaling. Produksi Mawar Sari paling besar adalah manisan pepaya. "Sepekan saya bisa menghasilkan 30 kilogram (kg) manisan pepaya," kata Mulyaningsih.

Perempuan 31 tahun ini memproduksi manisan pepaya berbentuk belimbing, jambu, dan stroberi. Tapi, rasanya tetap pepaya. Mulyaningsih menjual manisan pepaya seharga Rp 45.000 per kg.

Manisan cabai juga banyak peminatnya. "Kalau saya ikut pameran banyak orang cenderung pilih manisan cabai karena unik," kata Mulyaningsih. Meski namanya manisan cabai, tak ada rasa pedas di manisan ini. Rasa pedas ini tertutup rasa manis segar.

Sebulan Mulyaningsih mampu menghasilkan 40 kg manisan cabai. Harga manisan ini Rp 70.000 per kg. Pernah harga manisan cabai melonjak jadi Rp 80.000 per kg ketika harga cabai naik pada Januari 2011. Setelah harga cabai berangsur pulih, harga manisan cabai turun kembali.

Serupa manisan pepaya, manisan ceremai pun dijual Rp 45.000 per kg, sementara harga manisan pala Rp 35.000 per kg dan manisan kolang-kaling Rp 45.000 per kg. Dari penjualan seluruh varian manisan selama satu bulan, Mawar Sari bisa meraup omzet Rp 10 juta. Omzet akan melonjak tajam saat bulan puasa dan Lebaran. "Bisa sampai 50 kg manisan pepaya terjual dalam sehari," kata Mulyaningsih.

Manisan keluaran Mawar Sari tak hanya merambah Bogor. Produk berasa manis segar ini sudah melanglang ke Jakarta, Bengkulu, dan Batam. "Permintaan pemesan paling banyak dari Pulau Jawa," kata Mulyaningsih.

Para pemesan mengenal manisan Mawar Sari dari Facebook. Mulyaningsih bilang ia hanya mengandalkan situs jejaring sosial itu untuk memasarkan manisan Mawar Sari.

Ia menghitung, penjualan manisan buah Mawar Sari via pemasaran online bisa mencapai 50% dari seluruh penjualan dalam sebulan. Selain lewat dunia maya, Mulyaningsih menjual manisan buahnya ke banyak toko oleh-oleh di Bogor. "Saya ingin membuka toko tapi modalnya belum cukup," kata dia.

Pembuatan manisan ini cukup sederhana. Misalnya manisan cabai. Langkah pertama, biji dibuang dari tubuh cabai. Setelah tak ada lagi biji, kulit cabai direndam dalam air kapur sirih semalam. Setelah direndam, cabai itu dicuci bersih. "Kemudian cabai direbus dengan air biasa biar tak ada lagi sisa kapur sirih dan jernih," kata Mulyaningsih.

Setelah itu kulit cabai direbus dalam air gula. Dua kali sehari selama lima hari kulit cabang direbus agar gula meresap dan rasa pedas lenyap. "Cara membuat manisan lain sama saja. Hanya saja, kalau buah itu semakin asam, masa merebus di air gula lebih lama," tutur Mulyaningsih.

Perajin manisan juga dapat ditemui di Jakarta. Salah satunya, Imam Bastori, pemilik Bio Agrofarm Sarana. Ia mengolah buah carica, buah khas Dieng menjadi manisan carica. Dulu, manisan carica sempat diminati banyak orang. Sayang, belakangan ini pesanan manisan carica terus menurun.

Di Tanah Air, olahan buah mirip pepaya ini kurang begitu digemari. Padahal rasanya lumayan enak dan terasa menyegarkan, apalagi bila dikonsumsi saat cuaca terik.

Lagi pula, carica mengandung vitamin B kompleks dan vitamin E. Manisan buah ini juga aman dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa, serta dipercaya memiliki berbagai manfaat lai. "Bahkan, carica mampu menghancurkan sel kanker bagi yang mengalami penyakit kanker payudara," klaim Imam memuji kehebatan manfaat carica dagangannya.

Nyatanya, kendati memiliki seabrek kelebihan dan terasa segar, permintaan carica dan manisan carica semakin merosot. Kalaupun ada penambahan penjualan produk, paling banyak ketika Lebaran tiba. Ketika itulah pesanan membeludak.

Imam merasa heran lantaran penurunan pesanan carica semenjak krisis moneter 2008 sampai saat ini belum juga pulih. Jika dulu Imam bisa mengekspor manisan carica ini hingga Eropa dan Meksiko, sekarang ini Bio Agrofarm hanya bergantung pada pasar lokal.

Imam bisa menjual manisan carica 150 botol tiap pekan. Imam memproduksi produk sirup dan manisan dari buah carica ini. Harganya Rp 15.000 per botol.

Selama ini Imam memasarkan produk manisan carica ke Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk mengantisipasi penurunan penjualan, Imam kerap memasok manisan carica ke berbagai supermarket, toko, serta koperasi.