Tampilkan postingan dengan label akibat pemanasan global. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label akibat pemanasan global. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juni 2011

Berita Pertanian : Kemarau Mudahkan Petani Kluet Timur Panen Padi

Tapaktuan. Musim kemarau yang sedang berlangsung lebih dari sebulan terakhir, tidak selamanya memberikan dampak buruk bagi sebagian warga di Aceh Selatan, seperti warga di Kecamatan Kluet Timur yang sedang memanen padi musim tanam tahun ini. Pasalnya, dengan suasana tanpa hujan, para petani di udik Kluet Timur itu, dengan mudah melakukan panen padi.

"Walaupun sumur penduduk di sini mulai berkurang airnya, tetapi masih bisa untuk memenuhi kebutuhan dan dengan tofografi alamnya penduduk mempunyai akses untuk mengambil air di sungai sebagaimana lazimnya," kata Anwar (56) warga Kluet Timur kepada Analia di Tapaktuan, Senin (20/6).

Begitupun, dia mengakui, selama musim kemarau terakhir ini, suhu udara juga meningkat panas dan diperkirakan mencapai 34 derajat celsius dan mengakibatkan belahan daerah lainnya di Aceh Selatan mengalami kekeringan.

Hal itu menjadi fenomena alam, di mana satu wilayah memerlukan musim dan wilayah lain juga menghindari musim tertentu. "Itulah kehidupan. Tetapi bagi petani di Kluet Timur kemarau saat ini memudahkan mereka panen padi, karena jika musim hujan panen akan terjadi pembusukan gabah," kata tokoh masyarakat di Lawesawah.

Trumon Timur Kekeringan

Sementara itu, dua wilayah kecamatan di Aceh Selatan dan beberapa lokasi di kecamatan lain seperti Kluet Utara dan Kluet Selatan, musim kemarau yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan dampak buruk bagi petani, di mana sebagian mereka sedang membutuhkan air untuk bercocok tanam dan keperluan sehari-hari.

Camat Trumon Timur H. Lahmuddin, S. Sos kepada Analisa di Tapaktuan, Senin, mengakui, bahwa warganya mulai mengeluhkan soal ketersediaan air di sumur-sumur yang selama ini menjadi andalan mereka untuk memenuhi keperluan sehar-hari.

Bahkan, menurut camat, sebagian warga terpaksa mandi dan mencuci dengan air sungai yang keruh dan sudah terkontaminasi limbah rumah tangga. "Sebagian warga juga harus membeli air bersih isi ulang untuk minum dan memasak dan lainnya," kata Lahmuddin.

Sejumlah desa di kecamatan yang berbatasan dengan Pemko Subulusaalam itu, selama ini mengandalkan air sumur yang ditimba dari kedalaman 4-5 meter. Daerah ini dikenal dengan dataran rawa dan air payau sehingga sangat riskan terjadinya kekeringan.

Menurutnya, kehadiran sarana air bersih sangat didambakan warga setempat. Namun pembangunan sarana air bersih tersebut yang menelan dana Rp5,7 miliar bersumber dari APBN 2011, baru akan dinikmati warga pada tahun 2012. "Pembangunan fasilitas air bersih itu hendaknya jangan sia-sia sehingga dapat memenuhi kebutuhan air di kawasan itu," katanya.

Minggu, 05 Juni 2011

Jaga Hutan Untuk Menyangga Kehidupan

Jakarta. Penyelamatan lingkungan dan hutan akhir-akhir ini semakin gencar dikampanyekan mulai dari tingkat lokal, nasional hingga global karena pengaruh perubahan iklim yang kian dirasakan.

Bahkan, Hari Lingkungan Hidup yang diperingati setiap 5 Juni kali ini tema yang ditetapkan United Nations Environment Programme (UNEP) adalah Forest: Nature At Your Service yang disesuaikan dengan konteks Indonesia menjadi Hutan Penyangga Kehidupan.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono membuka Pekan Lingkungan Indonesia 2011 yang gelar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup yang berlangsung sejak Rabu, 1 Juni hingga Minggu 5 Juni di Parkir Timur Senayan Jakarta.

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, Indonesia sebagai negara yang mempunyai hutan terbesar ketiga di dunia harus lebih serius memperhatikan kondisi hutan yang dimilikinya.

"Kerusakan-kerusakan hutan akibat ilegal logging, kebakaran hutan atau pengalihan lahan memperparah kondisi lingkungan hidup dan menambah daftar bencana yang terjadi di tanah air kita," katanya.

Hutan sebagai sumber penyedia keanekaragaman hayati tertinggi tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi juga berfungsi dan mempunyai peranan penting dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Hutan memiliki lebih dari 5.000 jenis produk, mulai dari minyak yang diolah dari daun yang digunakan sebagai obat-obatan herbal, bahan bakar, pangan, furnitur dan pakaian, mencegah erosi tanah dan membantu mengatur iklim, menyediakan air bersih, serta penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat diseluruh dunia.

Berdasarkan hasil pengukuran taksonomi pada 2007, keragaman spesies tumbuhan tinggi Indonesia yang telah terekam dan dipertelakan/diteliti hingga saat ini adalah 31.746 spesies.

Dalam hal keanekaragaman spesies, jumlah spesies tumbuhan di Indonesia termasuk dalam lima besar dunia, dan 55 persen diantaranya merupakan tumbuhan endemik.

"Mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati hutan akan membantu kita untuk menghadapi krisis iklim, mengurangi kemiskinan, mendukung kesehatan manusia, dan mewariskan dengan keindahan hutan seperti yang masih kita nikmati hari ini kepada anak dan cucu kita," katanya.

Membangun kesadaran masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan dan melindungi hutan adalah sebuah tantangan. Guna menjawab tantangan itu dikatakan Agung, perlu dibuat program-program cinta lingkungan yang melibatkan partisipasi masyarakat.

Kerusakan Hutan

Data Kementerian Kehutanan pada 2008 menyebutkan bahwa luas hutan Indonesia mencapai 120,35 juta hektare namun setiap tahunnya jumlahnya terus berkurang.

Apabila laju deforestasi mampu dikurangi sampai 2020 dan mampu mengembalikan 15 persen dari hutan yang terdegradasi, serta mengelola semua hutan lestari, dan meningkatkan cakupan kawasan lindung menjadi 17 persen, maka Indonesia tidak hanya berperan dalam mencapai target global tetapi juga sekaligus melestarikan hutan.

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta menambahkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan masyarakat dari garis kemiskinan, khususnya masyarakat sekitar hutan perlu lebih ditingkatkan.

Gusti mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup memiliki program dalam melindungi dan meningkatkan peranan lingkungan,terutama menghadapi dampak perubahan iklim.

Dikatakannya, pemerintah mempunyai kebijakan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada 2020 serta berbagai kebijakan menurunkan kerusakan hutan.

"Seluas 1,6 juta hektare hutan Indonesia berkurang setiap tahunnya, sedangkan kemampuan menanam hanya setengahnya, namun saat ini dengan program yang dilakukan bersama kemampuan penanaman 1,06 juta hektare," katanya.

Dikatakan Gusti, kerusakan lingkungan yang terjadi semua karena ulah manusia, dari berbagai kegiatan dan teknologi yang digunakan sehari-hari.

Bahkan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Bambang Sudibyo mengatakan lingkungan menjadi isu sentral dalam Al Quran, karena isu itu dibahas dalam beberapa surat.

"Isu lingkungan sangat sentral dalam Al Quran dalam beberapa suratnya terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan," katanya.

Inpres Moratorium Hutan

Keseriusan pemerintah dalam perlindungan hutan salah satunya adalah melalui moratorium hutan dengan mengatur penggunaan hutan primer dan lahan gambut terutama untuk mengurangi emisi.

Inpres moratorium sendiri sudah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis (19/5). Inpres tersebut merupakan penjabaran dari Letter of Intent (LoI) antara Indonesia dengan Norwegia atau disebut Kesepakatan Oslo.

Kesepakatan Oslo merupakan kerja sama konservasi kehutanan untuk mengurangi emisi karbon senilai satu miliar dolar AS antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia yang ditandatangani pada 26 Mei 2010 di Oslo, Norwegia.

Saat ini berbagai program sudah dilakukan pemerintah di antaranya penanaman pohon yang sudah mencapai 1,3 miliar pohon, program One Man One Tree dan program perempuan menanam.

"Mari mengubah pola pikir kita untuk berusaha menanam pada setiap kesempatan meskipun hanya sebutir biji pohon dan harus berpikir seribu kali untuk menebang pohon. Dengan menanam pohon kita dapat mewariskan kepada anak cucu kita berupa lingkungan hidup yang lebih baik," ujar Agung Laksono.

Kementerian Lingkungan Hidup juga menggandeng Kementerian Pendidikan Nasional untuk memasukkan materi lingkungan hidup dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan agar melahirkan kesadaran generasi muda untuk mencintai lingkungan.

Program lain yang dicanangkan pemerintah adalah membuat prasasti Taman Keanekaragaman Hayati untuk Propinsi Jawa Barat, Provinsi Sulawesi Utara dan Jawa Timur.

Taman Keanekaragaman Hayati merupakan wujud komitmen Pemerintah Daerah dalam pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya sumber daya genetik lokal dan endemik.

Sementara Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan juga mengajak ikut mensukseskan program Adopsi Pohon untuk merehabilitasi dan restorasi lahan kritis di kawasan konservasi khususnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Komitmen Untuk Lingkungan

Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup terus dilakukan tanpa mengenal batas usia, seperti komitmen mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang terus memperjuangkan perbaikan lingkungan diusianya yang ke-70 tahun.

"Insya Allah saya akan terus berjuang, tidak ada istilah pensiun atau berhenti," kata Rachmat pada perayaan ulang tahunnya ke-70 yang digelar di Jakarta, Jumat (3/6) malam.

Pada hajatan ulang tahun itu juga sekaligus diluncurkan buku "Rachmat Witoelar dan Perubahan Iklim".

Melalui buku tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah masalah lingkungan hidup dalam hal ini perubahan iklim perlu menjadi kepedulian masyarakat sebab tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah maupun lembaga tertentu.

Di balik perubahan iklim dan lingkungan juga rusak karena masyarakat, karena itu melalui buku tersebut ia mengajak masyarakat untuk membayar kembali apa yang dinikmati dari lingkungan hidup.

"Kita ini hidup dari lingkungan, hutan yang baik, air yang jernih. Manusia yang merusaknya maka kita harus mengembalikan dan itu akan menjadi panggilan hidup saya," tambahnya.

Sabtu, 14 Mei 2011

Gubernur: 90 Persen Hutan Bakau Sumut Rusak

Medan. Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho mengaku prihatin dengan kondisi hutan bakau atau mangrove di daerah itu yang mengalami kerusakan cukup parah mencapai sekitar 90 persen.

"Dari laporan Badan Lingkungan Hidup, sekitar 90 persen rusak," katanya usai melepas rombongan penelusuran ekowisata hutan bakau dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011 di Medan, Kamis.

Gatot mengatakan, dari pemantauan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut, hutan bakau di pesisir pantai provinsi semakin berkurang.

Tentu saja, kata dia, kondisi sangat mengkhawatirkan karena berpotensi menimbulkan masalah dan hal-hal yang tidak diinginkan.

Selain menimbulkan abrasi pantai, habisnya hutan bakau itu juga mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat sekitarnya yang umumnya berprofesi sebagai nelayan.

Dengan menyusutnya jumlah hutan bakau itu, maka semakin sedikit pula lokasi pertumbuhan dan pengembangbiakan biota laut seperti ikan dan udang.

Hal itu disebabkan hutan bakau (mangrove) yang menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan biota laut semakin sulit didapatkan.

Menurut Gatot, masih banyak lagi manfaat hutan bakau tersebut seperti menjadi bersosialisasi dan rekreasi masyarakat perkotaan serta dapat menjadi lokasi penelitian.

Sedangkan untuk kepentingan global, hutan bakau juga menyerap karbon dibandingkan dengan hutan tropis.

Karena itu, punahnya hutan bakau tersebut dapat semakin mengurangi kemampuan alam dalam mengurangi efek buruk emisi gas rumah kaca.

Namun pihaknya mengharapkan semua pihak tidak berputus asa dulu sebelum melakukan tindakan konkrit meski keberadaan hutan bakau di Sumut sangat mengkhawatirkan.

"Kita harus dapat mengubah krisis menjadi peluang," katanya.

Sementara itu, Kepala BLH Sumut Hidayati mengatakan, kegiatan penelusuran ekowisata hutan bakau ini dilaksanakan sebagai bentuk keprihatinan terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, khususnya ekosistem di kawasan pesisir pantai timur.

Kegiatan penelusuran itu akan dimulai dari desa Nelayan Indah Belawan Kecamatan Medan Labuhan hingga ke kawasan Paluh Merbau dan berakhir di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Dalam kegiatan itu, pihaknya akan menyerahkan bantuan bibit bakau kepada masyarakat serta menyampaikan informasi tentang pentingnya keberadaan tumbuhan pantai tersebut.(ant)