Padang. Penerapan konsep pertanian organik di Sumatera Barat yang dimulai sejak tahun 1990 hingga saat ini telah berhasil menghasilkan 20 komoditas pertanian serta mendapat sambutan yang baik di kalangan petani serta masyarakat.
Pengurus Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat Fauzan Azim, di Padang, Selasa (26/7), mengatakan, seiring berjalannya waktu, saat ini pertanian organik telah berkembang dan mendapat tempat di kabupaten/kota daerah ini dengan menghasilkan berbagai produk organik.
Ia menyebutkan 20 komoditas hasil pertanian organik yaitu, padi, pisang, kangkung, kacang panjang, kakao, terung, buncis, pare, daun bawang, bawang merah, wortel, cabai merah, cabai rawit, kol, sayur manis, kacang ripi, bayam, durian, cabai kopay, pitulo, sirsak, rebung dan jagung.
Namun, menurutnya, ke depan diperlukan penguatan kelembagaan petani organik guna membangun jaringan pemasaran komoditas pertanian, sehingga produk organik lebih dihargai daripada nonorganik.
"Selain itu, agar pemasaran produk pertanian organik lebih optimal petani perlu dibekali pelatihan bisnis khusus guna meningkatkan kemampuan komunikasi bisnis dalam memasarkan produk," kata dia.
Sebelumnya, untuk mengembangkan pertanian organik di Sumbar, PPO menggelar acara Galanggang Alam Pertanian Organik (Gapo) pada 21-23 Juli 2011 sebagai wadah pertemuan petani organik, yang diikuti 200 peserta.
Pada acara tersebut dihasilkan lima rekomendasi yang diserahkan langsung kepada Gubernur Sumatra Barat.
Lima rekomendasi yang diserahkan yaitu pendidikan rakyat untuk kemandirian, pengembangan potensi lokal dan adaptasi mitigasi terhadap perubahan iklim, pengembangan pertanian organik dan energi alternatif, jaringan dan marketing produk organik serta pengurangan risiko bencana.
Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyambut baik konsep pertanian organik yang telah dikembangkan di Sumatra Barat dan diharapkan kedepan semakin berkembang dan produknya diminati masyarakat.
Ia yakin jika diminta tanggapan dari petani mereka pasti semuanya sepakat konsep pertanian organik karena kualitas produk yang dihasilkan jauh lebih baik daripada pertanian nonorganik.
Kemudian, lanjutnya, masyarakat sebagai konsumen tentunya akan lebih memilih produk pertanian organik karena lebih alami dan terjamin keamanannya untuk dikonsumsi secara kesehatan.
Namun, menurutnya, konsep pertanian organik belum sepenuhnya bisa diwujudkan karena fakta di lapangan belum semua kebutuhan petani organik bisa dipenuhi.
"Saat ini jumlah petani organik di Sumbar baru mencapai satu persen karena sebagian besar petani lainnya masih membutuhkan pupuk dan pestisida dalam menggarap lahan pertanian mereka," kata dia.
"Untuk itu, Pemerintah Sumatera Barat telah mencanangkan program satu petani satu sapi, di mana jika program ini telah terlaksana 100% maka kebutuhan pupuk organik bisa dipenuhi," kata dia.
Ia mengatakan untuk kebutuhan satu hektare lahan pertanian, kebutuhan pupuk organiknya bisa dipenuhi dari kotoran dua ekor sapi atau lima ekor kambing. (ant)
Ia menyebutkan 20 komoditas hasil pertanian organik yaitu, padi, pisang, kangkung, kacang panjang, kakao, terung, buncis, pare, daun bawang, bawang merah, wortel, cabai merah, cabai rawit, kol, sayur manis, kacang ripi, bayam, durian, cabai kopay, pitulo, sirsak, rebung dan jagung.
Namun, menurutnya, ke depan diperlukan penguatan kelembagaan petani organik guna membangun jaringan pemasaran komoditas pertanian, sehingga produk organik lebih dihargai daripada nonorganik.
"Selain itu, agar pemasaran produk pertanian organik lebih optimal petani perlu dibekali pelatihan bisnis khusus guna meningkatkan kemampuan komunikasi bisnis dalam memasarkan produk," kata dia.
Sebelumnya, untuk mengembangkan pertanian organik di Sumbar, PPO menggelar acara Galanggang Alam Pertanian Organik (Gapo) pada 21-23 Juli 2011 sebagai wadah pertemuan petani organik, yang diikuti 200 peserta.
Pada acara tersebut dihasilkan lima rekomendasi yang diserahkan langsung kepada Gubernur Sumatra Barat.
Lima rekomendasi yang diserahkan yaitu pendidikan rakyat untuk kemandirian, pengembangan potensi lokal dan adaptasi mitigasi terhadap perubahan iklim, pengembangan pertanian organik dan energi alternatif, jaringan dan marketing produk organik serta pengurangan risiko bencana.
Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyambut baik konsep pertanian organik yang telah dikembangkan di Sumatra Barat dan diharapkan kedepan semakin berkembang dan produknya diminati masyarakat.
Ia yakin jika diminta tanggapan dari petani mereka pasti semuanya sepakat konsep pertanian organik karena kualitas produk yang dihasilkan jauh lebih baik daripada pertanian nonorganik.
Kemudian, lanjutnya, masyarakat sebagai konsumen tentunya akan lebih memilih produk pertanian organik karena lebih alami dan terjamin keamanannya untuk dikonsumsi secara kesehatan.
Namun, menurutnya, konsep pertanian organik belum sepenuhnya bisa diwujudkan karena fakta di lapangan belum semua kebutuhan petani organik bisa dipenuhi.
"Saat ini jumlah petani organik di Sumbar baru mencapai satu persen karena sebagian besar petani lainnya masih membutuhkan pupuk dan pestisida dalam menggarap lahan pertanian mereka," kata dia.
"Untuk itu, Pemerintah Sumatera Barat telah mencanangkan program satu petani satu sapi, di mana jika program ini telah terlaksana 100% maka kebutuhan pupuk organik bisa dipenuhi," kata dia.
Ia mengatakan untuk kebutuhan satu hektare lahan pertanian, kebutuhan pupuk organiknya bisa dipenuhi dari kotoran dua ekor sapi atau lima ekor kambing. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar