Medan. Meski pola konsumsi buah dan sayur-mayur masyarakat Sumatera Utara (Sumut) lebih rendah dari sasaran berkisar 250 gram/kapita/tahun, namun permintaan impor komoditas hortikultura tersebut terus melonjak. Seperti impor buah meningkat 57,38% dan nilai impor sayur meningkat 166,06% dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai impor buah periode Januari hingga Mei 2011 mencapai US$ 22.881 juta atau naik 57,38% dibandingkan tahun lalu di periode yang sama, dengan nilai US$ 14.539 juta. Sedangkan untuk komoditas sayur-sayuran melonjak, baik dari tahun lalu atau bulan sebelumnya yakni dengan nilai US$ 12.183 juta pada periode Januari hingga Mei 2011 atau naik 166,06% dan US$ 4.036 juta untuk Mei 2011 atau naik 157,23%."Untuk impor buah dilihat dari bulan sebelumnya menurun 21,72% tapi kalau lihat periode dari awal tahun tetap naik. Begitu juga dengan impor sayur-sayuran yang terus melonjak," ujar Kepala BPS Sumut, Suharno, Selasa (12/7).
Menurutnya, impor sayur-mayur Sumut berasal dari China, Myanmar (Burma), Australia, India, Thailand, Ethiopia, Malaysia, Vietnam, United Kingdom (UK), Kenya dan AS.
"Kenaikan ini didukung dengan banyaknya permintaan pasar baik dari hotel, restauran dan masyarakat umum," katanya.
Sementara impor buah saat ini juga berasal dari China, Amerika, Thailand, Afrika Selatan, Australia, Vietnam, Peru, Mesir, Taiwan, Myanmar (Burma), Jepang, Perancis, Malaysia, Greece, Italia, New Zealand, Pakistan dan Turki serta Korea Selatan, India dan Israel.
Kasubdis Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumut, Ernita mengatakan, konsumsi pola pangan sayur dan buah masyarakat Sumut belum mencapai target yakni 250 gram/kapita/tahun, meski sudah mengalami kenaikan tipis setiap tahun yakni dari 223 gram/kapita/tahun pada tahun 2009 dan tahun 2010 naik 225 gram/kapita/tahun.
"Tahun ini kita harap bisa naik lagi, tapi belum mendatanya. Kami juga telah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan konsumsi pangan buah dan sayurnya," ujar Ernita.
Peningkatan konsumsi komoditas hortikultura tersebut yakni dengan pola pangan Bergizi, Beragam, Berigam (3B) dan Aman khususnya pada masyarakat yang ekonomi rendah. "Rata-rata konsumsi buah dan sayur impor itu untuk masyarakat kelas menengah ke atas," katanya.
Rendahnya konsumsi buah dan sayur lokal ini, lanjut Ernita, karena kurangnya penghargaan masyarakat terhadap produk lokal dan terlalu bangga dengan mengonsumsi produk impor.
Padahal untuk jaminan kualitas komoditas impor tersebut belum tentu lebih baik dibandingkan yang buah lokal.
"Naiknya impor ini, karena didukung dari imej masyarakat yang bangga mengonsumsi produk impor. Padahal lebih baik mengonsumsi produk dalam negeri sehingga pendapatan petani pun ikut bertambah dan sejahtera," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar