SURABAYA. Bank Indonesia (BI) Surabaya meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mewaspadai kenaikan harga beras karena hal itu memicu inflasi pada bulan Juli 2011.
“Pada pekan pertama Juli ini, kami pantau harga beras di sini menunjukkan kenaikan sehingga perlu diawasi dengan baik pergerakannya,” kata Peneliti Ekonomi Madya Senior Kantor Bank Indonesia Surabaya, Soekowardojo, di Surabaya, Jumat (8/7/2011).
Menurut dia, sesuai pengamatan di pasar perdagangan Surabaya baik tradisional maupun modern, harga beras kualitas murah pada pekan pertama Juli mengalami kenaikan 6 persen menjadi Rp7.325,00 perkilogram dibandingkan akhir Juni lalu.
“Selain itu, beras kualitas murah juga naik 8 persen menjadi Rp6.725,00 dibandingkan dengan posisi sama,” ujarnya.
Sementara, rinci dia, beras kualitas medium seperti IR 64 sampai beras Rojo Lele ikut naik, meskipun angkanya minim atau kurang dari 1 persen dibandingkan akhir Juni 2011.
“Biasanya, ketika jelang bulan puasa harga beras murah turun karena ada ‘Operasi Pasar/OP’, namun kini beras murah justru mengalami kenaikan tinggi dibandingkan medium,” katanya.
Pada umumnya, terang dia, saat ini harga sejumlah kebutuhan bahan pokok masyarakat perlahan sudah menunjukkan penurunan dibandingkan tahun lalu, namun khusus beras masih tinggi.
“Kondisinya beda dengan tahun 2010, saat beras mengalami ’shock’ sampai negara pengimpor beras seperti Thailand dan Kamboja memiliki kebijakan tidak akan mengekspor komoditasnya,” katanya.
Apabila kenaikan harga beras sekarang dipicu oleh minimnya stok, ia khawatir, kejadian tahun 2010 yang diakibatkan anomali cuaca dapat terjadi saat ini, tetapi setelah memasuki awal 2011 kenyataannya kondisi cuaca tidak seburuk tahun 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar