Menteri Lingkungan
Hidup Prof Dr Balthasar Kambuaya menyatakan hanya 50 persen sampah
domestik dan industri yang sudah dimanfaatkan, sementara 50 persen
sisanya terbuang sia-sia.
"Nah, yang belum dimanfaatkan dan diolah secara positif ini yang
menjadi masalah karena sampah tersebut masih ada yang dibuang di sungai
atau dibakar," kata Balthasar ketika meresmikan pemanfaatan gas metan di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supiturang Kota Malang, Jawa Timur,
Jumat.
Oleh karena itu, tegasnya, persoalan yang dihadapi bangsa
Indonesia ini adalah masalah pencemaran lingkungan yang bisa berdampak
pada berbagai aspek, terumata masalah kesehatan dan lingkungan, sehingga
harus dicari penyelesaian serta solusinya dengan baik.
Untuk tingkat daerah, lanjutnya, seharusnya memang sudah ada
pengelolaan yang bernilai ekonomi tinggi serta menuju ke arah konservasi
wilayah. Hanya saja, untuk penganggaran atau pembiayaannya menjadi
kembali lagi ke APBD.
"Yang terpenting saat ini, bagaimana membiasakan masyarakat untuk
tidak lagi membuang sampah di sungai atau dibakar dan samph yang semulai
bernilai negatif menjadi sesuatu yang positif, bahkan bagi pembangunan
perekonomian yang berkelanjutan," tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota
Malang Wasto mengemukakan, potensi sampah di Kota Malang cukup besar,
yakni mencapai 616 ton/hari atau 221.716 ton/hari. Sedangkan yang masuk
ke TPA Supiturang mencapai 425 ton/hari atau 153.657 ton/hari.
Potensi yang cukup besar itu, katanya, dikelola dan diolah di TPA
yang luasnya mencapai 22,20 hektare. Sementara potensi gas metan
mencapai 4.521 ton/tahun.
Menurut dia, gas metan yang telah diproduksi itu pada tahap awal
sudah dimanfaatkan oleh 360 kepala keluarga (KK) warga sekitar dan
diberikan secara gratis. Hanya saja, dari total potensi itu yang
dimanfaatkan baru 3-5 persen saja.
"Kita upayakan setiap tahun warga yang bisa memanfaatkan gas metan
untuk keperluan rumah tangga ini akan terus bertambah karena kita juga
merencanakan pembangunan SPBU BBG di sekitar lokasi," ujarnya.
Saat ini, kata Wasto, pembangunan SPBU BBG itu masih dalam proses
pra-DED dan paling lama satu tahun ke depan sudah bisa direalisasikan
pembangunan fisiknya dengan perkiraan anggaran sekitar Rp195 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar