Medan. Banyak cara untuk tetap bertanam
meskipun lahan yang dimiliki tak begitu luas. Di antaranya, dengan pola
hidroponik yang menggunakan media sederhana hasilnya tetap
menguntungkan.
Menurut Albana, seorang petani yang
sejak 1,5 tahun lalu mempraktikkan pertanian hidroponik, dirinya tidak
memiliki lahan yang luas namun memiliki kegemaran bertani. Dari situ,
muncul kreativitasnya membuat teknologi sederhana untuk bisa bertani
meskipun tanpa tanah. "Dengan pola hidroponik, kita tak memerlukan
tanah, karena kita menggantinya dengan bahan lain," katanya, Kamis (7/3) di Medan.
Ia hanya mengeluarkan uang Rp
500.000 untuk membuat bak yang digunakan sebagai media bertanam sayuran
yang tidak seperti biasanya. Dari bak yang sama, ia bisa memanen sayuran
berkali-kali dengan cara yang sangat mudah. "Kita cukup membuang airnya
saja, kemudian mengganti bibitnya," katanya.
Dikatakan Albana,
dengan konsep hidroponik juga memangkas ongkos produksi secara
signifikan. Dari penggunaan media yang ada, ia hanya membersihkan sisa
tanaman yang ada, menggantikan air kemudian didiamkan beberapa saat
untuk selanjutnya ditanami kembali.
Selain itu, dari sisi modal,
dari setiap kilogram sayuran yang dihasilkan, Albana mengeluarkan modal
Rp 4.000. Padahal sayuran yang dijualnya bisa laku dengan harga Rp
8.000 per kilogram. “Konsep hidroponik potensial untuk dikembangkan
masyarakat yang ingin bercocok tanam di lahan yang terbatas,” sebutnya.
Dari
keseluruhan sayuran yang ditanamnya, setiap hari ia bisa memasarkan
sayuran kepada pelanggan sebanyak 2-3 kg. Jika dihitung secara total
selama sebulan, sebanyak 60 kilogram sayuran yang dijualnya. Dengan
harga jual Rp 8.000 per kilogramnya, ia bisa mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 480.000.
Sementara modal awal yang dikeluarkannya di
awal memulai bertanam bisa kembali dalam masa panen tak sampai dua kali.
"Sayuran ini bisa dipanen di usia 40 hari. Ini sudah 1,5 tahun, dan
tidak keluar modal lagi karena ini bisa digunakan berkali-kali,"
katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar