Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Ahmad Suryana di Jakarta, Jumat (28/10), mengatakan, pada 2008 konsumsi beras sebanyak 104,9 kg/kapita/tahun, kemudian turun menjadi 102,2 kg/kapita/tahun pada 2009 dan pada 2010 menjadi 100,8 kg/kapita/tahun.
"Penurunan konsumsi beras sebesar 1,4% tersebut hampir mencapai sasaran Perpres No 22 Tahun 2009 yang menargetkan penurunan konsumsi beras sebesar 1,5%/tahun," katanya.
Sementara itu, tambahnya, konsumsi pangan hewani menunjukkan peningkatan seperti daging ruminansia sebesar 7,5% dari 1,6 kg/kapita/tahun pada 2009 menjadi 1,7 kg pada 2010. Begitu juga dengan konsumsi daging unggas meningkat dari 3,9 kg menjadi 4,5 kg/kapita/tahun atau 15,3%, telur naik dari 6,4 kg menjadi 7,3 kg/kapita/tahun, (13,8%).
Konsumsi susu meningkat dari 1,9 kg/kapita/tahun menjadi 2,8 kg (45,4%) dan ikan meningkat dari 29,1 kg menjadi 30,5 kg/kapita/tahun (4,8%). Peningkatan konsumsi pangan hewani tersebut, tambahnya, rata-rata di atas target yang ditetapkan dalam Permentan 2010 yang mana kenaikan untuk daging ruminansia ditetapkan sebesar 2,7%, daging unggas 5,9%, telur 9,1%, susu 2,1% dan ikan 27,7%.
Peningkatan konsumsi pangan nonberas juga terjadi pada minyak dan lemah dari 7,9 kg/kapita/tahun menjadi 8,2 kg (3,8%), buah-buahan dari 23,1 kg menjadi 27,9 kg/kapita/tahun. Namun demikian konsumsi umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat lain selain beras dalam justru mengalami penurunan seperti singkong dari 9,6 kg/kapita/tahun pada 2009 menjadi 9,2 kg (4,1%), sagu dari 0,4 kg/kapita/tahun menjadi 0,3 kg (14,6%).
Konsumsi ubi jalar dan kentang terlihat mengalami kenaikan masing-masing dari 2,40 kg/kapita/tahun menjadi 2,41 kg (0,4%) dan dari 1,73 kg menjadi 1,84 kg/kapita/tahun (6,4%).
Konsumsi kacang-kacangan, gula dan sayuran juga menurun dalam dua tahun terakhir yang mana masing-masing sebesar 1,2%, 3,4% dan 0,8%. Pada 2009 konsumsi kacang-kacangan sebanyak 8,3 kg/kapita/tahun kemudian turun menjadi 8,1 kg pada 2010, gula dari 8,7 kg menjadi 8,4 kg dan sayur dari 49,7 kg menjadi 49,3 kg/kapita/tahun.
Menurut Ahmad Suryana, pemerintah menargetkan skor pola pangan harapan (PPH) pada 2014 sebesar 93,3 meningkat dari saat ini 80,6. Konsumsi beras, tambahnya, ditargekan menurun 1,5% per tahun dan diimbangi dengan peningkatan konsumsi per kapita hasil-hasil ternak, umbi, buah-buahan dan sayuran. "Dengan demikian tercapai pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman," katanya.
Untuk mencapai sasaran tersebut, menurut dia, antara lain dilakukan melalui Program Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Ketahanan Pangan Masyarakat melalui peningkatan keamanan pangan segar.
Selain itu pemanfaatan sumber pangan non beras melalui Percepatan Pengakearagaman Konsumsi Pangan (P2KP) antara lain dengan pemberdayaan kelompok wanita, optimalisasi pemanfaatan pekarangan, kerja sama dengan perguruan tinggi.
Kemudian pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan serta sosialisasi dan promosi penganekaragaman lewat sekolah-sekolah. Program tersebut akan melibatkan kelompok sasaran di 4.020 desa pada 259 kabupaten/kota di 33 propinsi. (ant)
"Penurunan konsumsi beras sebesar 1,4% tersebut hampir mencapai sasaran Perpres No 22 Tahun 2009 yang menargetkan penurunan konsumsi beras sebesar 1,5%/tahun," katanya.
Sementara itu, tambahnya, konsumsi pangan hewani menunjukkan peningkatan seperti daging ruminansia sebesar 7,5% dari 1,6 kg/kapita/tahun pada 2009 menjadi 1,7 kg pada 2010. Begitu juga dengan konsumsi daging unggas meningkat dari 3,9 kg menjadi 4,5 kg/kapita/tahun atau 15,3%, telur naik dari 6,4 kg menjadi 7,3 kg/kapita/tahun, (13,8%).
Konsumsi susu meningkat dari 1,9 kg/kapita/tahun menjadi 2,8 kg (45,4%) dan ikan meningkat dari 29,1 kg menjadi 30,5 kg/kapita/tahun (4,8%). Peningkatan konsumsi pangan hewani tersebut, tambahnya, rata-rata di atas target yang ditetapkan dalam Permentan 2010 yang mana kenaikan untuk daging ruminansia ditetapkan sebesar 2,7%, daging unggas 5,9%, telur 9,1%, susu 2,1% dan ikan 27,7%.
Peningkatan konsumsi pangan nonberas juga terjadi pada minyak dan lemah dari 7,9 kg/kapita/tahun menjadi 8,2 kg (3,8%), buah-buahan dari 23,1 kg menjadi 27,9 kg/kapita/tahun. Namun demikian konsumsi umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat lain selain beras dalam justru mengalami penurunan seperti singkong dari 9,6 kg/kapita/tahun pada 2009 menjadi 9,2 kg (4,1%), sagu dari 0,4 kg/kapita/tahun menjadi 0,3 kg (14,6%).
Konsumsi ubi jalar dan kentang terlihat mengalami kenaikan masing-masing dari 2,40 kg/kapita/tahun menjadi 2,41 kg (0,4%) dan dari 1,73 kg menjadi 1,84 kg/kapita/tahun (6,4%).
Konsumsi kacang-kacangan, gula dan sayuran juga menurun dalam dua tahun terakhir yang mana masing-masing sebesar 1,2%, 3,4% dan 0,8%. Pada 2009 konsumsi kacang-kacangan sebanyak 8,3 kg/kapita/tahun kemudian turun menjadi 8,1 kg pada 2010, gula dari 8,7 kg menjadi 8,4 kg dan sayur dari 49,7 kg menjadi 49,3 kg/kapita/tahun.
Menurut Ahmad Suryana, pemerintah menargetkan skor pola pangan harapan (PPH) pada 2014 sebesar 93,3 meningkat dari saat ini 80,6. Konsumsi beras, tambahnya, ditargekan menurun 1,5% per tahun dan diimbangi dengan peningkatan konsumsi per kapita hasil-hasil ternak, umbi, buah-buahan dan sayuran. "Dengan demikian tercapai pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman," katanya.
Untuk mencapai sasaran tersebut, menurut dia, antara lain dilakukan melalui Program Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Ketahanan Pangan Masyarakat melalui peningkatan keamanan pangan segar.
Selain itu pemanfaatan sumber pangan non beras melalui Percepatan Pengakearagaman Konsumsi Pangan (P2KP) antara lain dengan pemberdayaan kelompok wanita, optimalisasi pemanfaatan pekarangan, kerja sama dengan perguruan tinggi.
Kemudian pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan serta sosialisasi dan promosi penganekaragaman lewat sekolah-sekolah. Program tersebut akan melibatkan kelompok sasaran di 4.020 desa pada 259 kabupaten/kota di 33 propinsi. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar