Jakarta. Pakar ketahanan pangan Agus Pakpahan mengatakan, untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu adanya transformator yang bisa mengalihkan bahan makanan pokok dari beras ke yang lainnya.
"Budaya makan masyarakat harus bisa diubah, tidak hanya nasi saja tetapi bisa diganti dengan bahan makanan pokok lainnya seperti jagung, sagu ataupun ubi," kata Agus di Jakarta, Jumat (6/1).
Menurut Agus, kondisi alam di tanah air berbeda dengan negara subtropis dimana mempunyai jenis tanaman sedikit, namun memiliki volume besar. "Kalau kita, spesies banyak namun volumenya kecil," kata dia.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan ini, lanjut dia, pemerintah harus bisa melakukan transformasi pangan dari sumber bahan pokok menjadi tepung. Sama seperti Bangsa Indonesia yang disatukan oleh Bahasa Indonesia. Demikian juga dengan pangan, perlu adanya transformator yakni tepung. "Tepung ini nantinya, bisa diolah jadi bahan makanan apa saja," jelas Agus.
Selain itu juga, tambah dia, yang perlu diingat adalah pertambahan lahan pertanian, sebab mustahil produksi meningkat tanpa diiringi dengan bertambahnya lahan. Jika sudah demikian, maka ketahanan pangan yang selama ini didengung-dengungkan dapat terwujud.
Menilik dari sejarah, kata Agus lagi, bangsa ini sudah melakukan impor beras sejak zaman Hindia Belanda. "Pemerintah Hindia Belanda pada 1921 melakukan impor beras dengan nilai 109,8 juta Gulden. Ini disebabkan tidak meningkatnya kapasitas produksi," terangnya.
Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas memasukkan ketahanan pangan masuk sebagai salah satu prioritas pemerintah pada 2012 ini. Berbagai langkah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan yakni peningkatan produksi pangan, daging sapi, dan ikan.
Upaya itu dilakukan melalui perluasan areal atau ekstensifikasi dan optimalisasi lahan, intensifikasi, penyediaan sarana pertanian, peningkatan kualitas pasca panen.
Pemerintah menargetkan produksi padi 2012 mencapai 74,1 juta ton, jagung sebesar 24 juta ton, produksi kedelai sebesar 1,9 juta ton, produksi gula mencapai 4,4 juta ton, daging sapi sebesar 471.000 ton, dan produksi perikanan ditargetkan mencapai 14,86 juta ton. (ant)
Menurut Agus, kondisi alam di tanah air berbeda dengan negara subtropis dimana mempunyai jenis tanaman sedikit, namun memiliki volume besar. "Kalau kita, spesies banyak namun volumenya kecil," kata dia.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan ini, lanjut dia, pemerintah harus bisa melakukan transformasi pangan dari sumber bahan pokok menjadi tepung. Sama seperti Bangsa Indonesia yang disatukan oleh Bahasa Indonesia. Demikian juga dengan pangan, perlu adanya transformator yakni tepung. "Tepung ini nantinya, bisa diolah jadi bahan makanan apa saja," jelas Agus.
Selain itu juga, tambah dia, yang perlu diingat adalah pertambahan lahan pertanian, sebab mustahil produksi meningkat tanpa diiringi dengan bertambahnya lahan. Jika sudah demikian, maka ketahanan pangan yang selama ini didengung-dengungkan dapat terwujud.
Menilik dari sejarah, kata Agus lagi, bangsa ini sudah melakukan impor beras sejak zaman Hindia Belanda. "Pemerintah Hindia Belanda pada 1921 melakukan impor beras dengan nilai 109,8 juta Gulden. Ini disebabkan tidak meningkatnya kapasitas produksi," terangnya.
Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas memasukkan ketahanan pangan masuk sebagai salah satu prioritas pemerintah pada 2012 ini. Berbagai langkah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan yakni peningkatan produksi pangan, daging sapi, dan ikan.
Upaya itu dilakukan melalui perluasan areal atau ekstensifikasi dan optimalisasi lahan, intensifikasi, penyediaan sarana pertanian, peningkatan kualitas pasca panen.
Pemerintah menargetkan produksi padi 2012 mencapai 74,1 juta ton, jagung sebesar 24 juta ton, produksi kedelai sebesar 1,9 juta ton, produksi gula mencapai 4,4 juta ton, daging sapi sebesar 471.000 ton, dan produksi perikanan ditargetkan mencapai 14,86 juta ton. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar