Jakarta. Pmerintah harus terus meningkatkan daya saing produk pertanian nasional untuk menghadapi serbuan produk impor. Pasalnya, naiknya daya saing produk pertanian akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal itu dikatakan anggota Komisi IV DPR Hermanto di Jakarta, Kamis (19/1), menanggapi terjadinya surplus perdagangan komoditas pertanian nasional selama Januari-September 2011 yang mencapai US$ 17,02 miliar atau naik 44,2% dari 2010.
Menurut anggota DPR dari Dapil Sumatera Barat tersebut, pencapaian kinerja ekspor ini harus terus ditingkatkan khususnya untuk komoditas pertanian yang dihasilkan oleh kebun-kebun rakyat.
"Bahkan dengan terjadinya pertumbuhan PDB pertanian mencapai 3,07% yang lebih tinggi dibandingkan 2010 sebesar 2,86%, harus terus memacu pemerintah untuk memperkuat sektor pertanian dengan mengoptimalkan peran para penyuluh pertanian," ujarnya.
Sebagaimana terdapat di dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, secara jelas dinyatakan bahwa tentang fungsi sistem penyuluhan diantaranya memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha, mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
"Dengan demikian, kedepan peran dan fungsi penyuluh pertanian perlu terus ditingkatkan tidak sebatas menfasilitasi pelaksanaan program-program peemrintah. Namun lebih dari itu harus mulai dioptimalkan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian yaitu produk dengan kualitas tinggi yang dihasilkan dari sebuah proses yang efisien," katanya.
Sementara berdasarkan data Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, hingga Agustus 2011 ekspor komoditas pertanian nasional mencapai US$ 25,13 miliar, sedangkan impor sebanyak US$ 11,08 miliar atau masih surplus US$ 14,05 miliar.
Sedangkan dari segi volume, ekspor komoditas pertanian mencapai 17,3 juta ton dan impor sekitar 15,86 juta ton, sehingga mengalami surplus 1,49 juta ton. Mengenai investasi pada sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan, Mentan Suswono menyatakan pada tahun lalu mencapai Rp 8,3 triliun atau US$ 1,03 miliar. (ant)
Menurut anggota DPR dari Dapil Sumatera Barat tersebut, pencapaian kinerja ekspor ini harus terus ditingkatkan khususnya untuk komoditas pertanian yang dihasilkan oleh kebun-kebun rakyat.
"Bahkan dengan terjadinya pertumbuhan PDB pertanian mencapai 3,07% yang lebih tinggi dibandingkan 2010 sebesar 2,86%, harus terus memacu pemerintah untuk memperkuat sektor pertanian dengan mengoptimalkan peran para penyuluh pertanian," ujarnya.
Sebagaimana terdapat di dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, secara jelas dinyatakan bahwa tentang fungsi sistem penyuluhan diantaranya memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha, mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
"Dengan demikian, kedepan peran dan fungsi penyuluh pertanian perlu terus ditingkatkan tidak sebatas menfasilitasi pelaksanaan program-program peemrintah. Namun lebih dari itu harus mulai dioptimalkan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian yaitu produk dengan kualitas tinggi yang dihasilkan dari sebuah proses yang efisien," katanya.
Sementara berdasarkan data Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, hingga Agustus 2011 ekspor komoditas pertanian nasional mencapai US$ 25,13 miliar, sedangkan impor sebanyak US$ 11,08 miliar atau masih surplus US$ 14,05 miliar.
Sedangkan dari segi volume, ekspor komoditas pertanian mencapai 17,3 juta ton dan impor sekitar 15,86 juta ton, sehingga mengalami surplus 1,49 juta ton. Mengenai investasi pada sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan, Mentan Suswono menyatakan pada tahun lalu mencapai Rp 8,3 triliun atau US$ 1,03 miliar. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar