Medan. Penurunan produksi jeruk di
Kabupaten Karo harus menjadi masalah bersama. Petani tidak bisa bekerja
sendiri menghadapi masifnya serangan lalat buah. Namun, muncul dugaan
bahwa penyebab terpuruknya produksi jeruk tidak hanya disebabkan lalat
buah.
“Harus ada tim yang mengamati
terjadinya gugur buah sebelum waktunya,” kata Koordinator Pengamat Hama
Penyakit (PHP) Karo, Rabu (6/2) di Medan.
Umumnya
kata dia, orang memahami keterpurukan produksi jeruk di Karo karena
serangan lalat buah. Padahal, yang terjadi adalah banyak buah yang jatuh
lebih cepat dari waktu pembusukannya di dahan.
“Mengetahui
penyebab terjadinya gugur buah sangat penting karena berkaitan dengan
langkah penanganannya. Jika penanganan yang diberikan mulai dari
perangkap, obat-obatan, dan perlakuan lain dikhususkan untuk lalat buah
sementara ada penybab lain yang tidak bisa diselesaikan dengan
penanganan yang diberikan, tentunya akan menjadi sia-sia,” jelasnya.
Faktor
lain seperti iklim yang seringkali berubah kata dia, sangat mungkin
menyebabkan buah jeruk jatuh lebih cepat dari waktunya. "Nah, setelah
jatuh lalu membusuk, dibiarkan menjadi tempat berkembang biaknya hama
lain, salah satunya lalat buah," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala
Laboratorium Pengendalian Hama Penyakit Medan Johor, Utema Silan,
mengatakan, tidak semua buah jeruk yang gugur disebabkan lalat buah.
Penyebab lainnya adalah mati ranting, busuk tangkai buah, dan penggerek
buah.
Dikatakannya, lalat buah merupakan hama yang menjadi
perhatian secara nasional untuk dikendalikan secara cepat agar jeruk
tidak punah. Dalam satu buah jeruk yang diserang lalat buah didalamnya
terdapat 4 - 5 ekor lalat buah baik jantan maupun betina.
Lalat
buah betina bisa menelurkan 1.200 – 1.500 butir di dalam buah jeruk.
Dari jumlah tersebut yang bisa menetas sekitar 800 butir jantan dan
betina. "Itu dari satu buah saja, bisa dibayangkan berapa banyaknya jika
petani tidak mau menerapkan pola perawatan yang sehat," katanya.
Di
Sumut sendiri, lanjutnya, pengendalian lalat buah sudah dilakukan sejak
2002, dengan total pertanaman jeruk di Kabupaten Karo saat itu mencapai
11.700 hektare, 8.900 hektare merupakan tanaman produksi dan 2.800
hektare tanaman muda. Luas serangan lalat buah mencapai 426,50 hektare.
"Di
tahun 2012, pengendalian lalat buah kita pusatkan di 4 kecamatan yang
merupakan sentra produksi jeruk di Karo, yakni di Kabanjahe, Tiga
Panah, Merek, dan Simpang Empat, dengan luasan 50 hektar," tambahnya. (mb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar