Jakarta. Pengamat pertanian HS Dillon
mengatakan pemerintah perlu menyusun struktur insentif yang memadai
untuk membantu petani lokal dalam meningkatkan produksi pertanian.
Insentif yang memadai berupa pemberian
bibit yang berkualitas, pengadaan infrastruktur yang baik guna mendukung
distribusi hingga pembebasan pungutan liar dinilai bisa mendukung
produktivitas petani lokal.
"Semua buah dan sayur bisa kita
hasilkan sendiri, tidak ada alasan untuk kita tidak bisa menghasilkan
kalau petani diberikan insentif yang memadai," kata Dillon saat
dihubungi di Jakarta, Jumat (8/2).
Insentif yang tidak memadai,
lanjut Dillon, berpengaruh pada harga jual produk pangan lokal yang
lebih tinggi dibanding produk impor. Harga yang tinggi, menurut dia,
disebabkan oleh biaya distribusi yang mahal akibat buruknya
infrastruktur serta pungutan "preman" atau calo. "Kalau harga untuk
produksinya lebih kecil, tentu petani bisa menurunkan harga menjadi
lebih murah," ujarnya.
Menurut Dillon, aturan impor produk pangan
yang diberlakukan pemerintah menunjukkan ketidakberpihakkan terhadap
nasib petani sebagai produsen. Dia menilai elit politik lebih
mengedepankan kepentingan sendiri ketimbang merangkul petani.
Dia
mengemukakan Indonesia memiliki sejumlah daerah yang berpotensi
menghasilkan produk pertanian. Padi, yang merupakan pangan kebutuhan
utama masyarakat Indonesia, menurut dia juga bisa dihasilkan sepanjang
tahun. "Kalau masalah kualitas, kita juga tidak kalah, bibit yang ada
sekarang juga sudah cukup baik menurut saya. Hanya saja sekarang
struktur insentifnya keliru," katanya.
Dillon menilai kebijakan
mengenai larangan impor sejumlah produk hortikultura seperti buah dan
sayur tidaklah cukup untuk mendorong produksi dalam negeri.
Menurut
dia, harus ada langkah kebijakan utuh mengenai pengembangan pertanian
seperti masalah lahan yang memihak petani. "Larangan impor tidak cukup,
harus ada langkah ke depan yakni kebijakan yang utuh mengenai
pengembangan dan pertanahan pertanian yang pro petani," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar