Semarang . Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan berharap
pada tahun ini Indonesia tak lagi mengimpor beras dengan upaya keras
meningkatkan produksi dalam negeri.
"Tahun lalu, Indonesia mengimpor setidaknya 1,7 juta ton beras dari
negara lain. Tahun ini bagaimana? Saya belum berani berjanji. Namun,
saya berharap tidak ada impor beras lagi tahun ini," katanya di
Semarang, Sabtu.
Dahlan mengemukakan hal itu usai memberikan kuliah umum berjudul "Penguasaan Sains dan Teknologi untuk Kemanusiaan Bangsa dan Pengentasan Kemiskinan" yang berlangsung di Universitas Diponegoro Semarang.
Menurut dia, pemerintah pada tahun ini telah melakukan rapat
gabungan beberapa menteri membahas perlu tidaknya Indonesia mengimpor
beras, seperti pada bulan April lalu, Juni ini, dan Juli mendatang.
Dahlan mengatakan bahwa hasil rapat koordinasi menteri pada bulan
April 2012 memutuskan belum perlu mengimpor beras, kemudian pada bulan
Juni ini juga keputusannya sama, dan pada Juli mendatang mungkin ada
rapat kembali.
Pemerintah, kata dia, terus memantau perkembangan kondisi pangan,
khususnya beras setiap bulan untuk menentukan keputusan, salah satunya
berkaitan dengan perlu tidaknya Indonesia melakukan impor beras.
Pantauan dan monitor kondisi pangan, menurut dia, dilakukan rutin
untuk menjamin ketersediaan stok beras sebab jangan sampai diputuskan
tidak impor. Namun, ternyata Indonesia malah kekurangan stok beras.
"Rapat pada bulan Mei dan Juni 2012 memutuskan belum perlu impor
beras. Untuk rapat pada Juli mendatang belum tahu. Oleh karena itu, saya
belum berani berjanji. Namun, saya yakin keputusan rapat Juli mendatang
tetap sama," katanya.
Dahlan mengatakan bahwa panen padi pada tahun lalu mengalami
penurunan hingga 40 persen sehingga pemerintah pada tahun ini berupaya
untuk meningkatkan panen dengan memperhatikan aspek benih, tanah, pupuk,
dan pembasmi hama.
"Saya telah instruksikan tiga BUMN, yakni Bulog, PT Pertani, dan PT
Sang Hyang Seri untuk serius menangani ini agar panen tahun ini tak
lagi turun. Akan memalukan karena Indonesia adalah negara agraris,"
katanya.
Gerakan-gerakan pangan yang dilakukan, kata Dahlan, memanfaatkan
lahan petani hingga lebih 10 ribu hektare, dan nantinya akan terus
bekerja keras hingga mencapai 600 ribu ha sehingga hasilnya dirasakan
lebih maksimal.(ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar