Medan.
Ratusan ton sayuran dari berbagai jenis beredar di pasaran di Kota Medan
dan sekitarnya. Dan, ratusan juta rupiah uang berputar dari rantai
perdagangan sayuran antara petani dengan pedagang dan kemudian berakhir
kepada pembeli. Karenanya, untuk bisa memenuhi kebutuhan sayuran dan
persaingan, harus ada peningkatan produksi dan kualitasnya.
Hal tersebut dikemukakan
salah seorang petani kol di Sigarang-garang Kecamatan Naman Teran,
Kabupaten Karo, Bremen Sitepu, Jumat (8/7) di Medan.
Menurutnya,
Tanah Karo sebagai kawasan penghasil tanaman hortikultura sudah lama
dikenal dengan produknya yang sangat banyak dan mudah didapatkan di
pasar Sumut ataupun sekitarnya. Namun, jumlah produksinya bisa dikatakan
menurun seiring dengan tingkat kesuburan tanah yang menurun. "Itu yang
saat ini dirasakan petani Karo sekarang ini," katanya.
Ia
menjelaskan, setiap harinya, dari pukul 20.00 banyak mobil pick up
pengangkut sayuran yang datang untuk membeli sayuran dari petani untuk
dijual di pasaran lokal maupun keluar kota, salah satunya Medan.
"Ratusan ton sayuran dikeluarkan dari sini, ratusan juta berputar dari
sayuran di sini, tapi sepertinya petani terus kesulitan," ujarnya.
Dikatakannya,
dari biaya produksi, petani harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang
tidak sedikit untuk kebutuhan benih, pupuk, dan tenaga. Selama ini,
cukup banyak beredar pupuk kimia yang terpaksa dibeli petani guna
memompa produksi karena diyakini pupuk tertentu dapat menunjang
produksi.
Untuk jangka pendek menurutnya produksi memang
terpompa namun dalam jangka yang lebih panjang justeru merusak tanah
yang bisa ditandai dengan berkurangnya kadar kesuburan. "Petani sayur
ini dijepit dua kali, pertama produksi yang menurun, kedua kesuburan
tanah yang berkurang yang ujungnya sayuran kami sulit menembus pasar
yang lebih luas," katanya.
Menurutnya, jika saat ini impor
sayuran Sumut cukup tinggi menandakan bahwa produksi dari petani tidak
memenuhi pasaran meskipun ratusan ton keluar dari ladang petani setiap
harinya. Selain itu hal tersebut juga menandakan bahwa banyak hal yang
harus dikerjakan semua pihak yang peduli dengan kondisi petani.
"Petani
kesulitan meningkatkan produksi karena kesuburan tanahnya yang
berkurang, dipupuk tanahnya rusak, sayuran yang dipetik juga tak bisa
menembus pasar internasional karena residu pupuk kimia yang tertinggal,"
tambahnya.(MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar