Medan.
Kesuburan tanah merupakan faktor penting dalam dunia pertanian. Jika
unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi tanaman kurang, pertumbuhannya
tidak akan optimal, seperti halnya pada tanaman kopi.
“Jadi, harus ada
pengelolaan terhadap kesuburan tanah secara berkelanjutan agar produksi
kopi sesuai yang diharapkan,” kata dosen ilmu konservasi tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Abdul Rauf dalam Lokakarya
Nasional Keseimbangan Hara dan Pengelolaan Kesuburan Tanah Berkelanjutan
Pada Kopi Arabika di Sumatera Utara dan Aceh yang diselenggarakan di
Aula Supratman Fakultas Pertanian USU, Selasa (22/5).
Rauf
mengatakan, untuk memacu pertumbuhan dan produksi, kesuburan tanahnya
harus dikelola sedemikian rupa sehingga dengan komposisinya yang ideal
bibit bermutu yang ditanam di lingkungan tersebut lebih optimal. "Unsur
hara yang terkandung di dalam tanah harus memenuhi persyaratan untuk
pertumbuhan tanamannya," katanya.
Dikatakannya, dalam
pengelolaan hara yang baik dan dapat mempertahankan keberlanjutannya
dapat dilakukan dalam 2 tahap, yakni peningkatan unsur hara sampai ke
tingkat yang diperlukan tanaman dan tahap lainnya adalah pemeliharaan
unsur hara yang tinggi untuk mempertahankan kadarnya dengan pemberian
pupuk dengan dosis yang cukup.
Di samping itu, menurutnya
terdapat juga faktor-faktor umum yang harus dipertimbangkan dalam
pengelolaan hara dan pemberian pupuk, di antaranya ketersediaan fosfor,
nitrogen hilangnya amoniak, perkembangan akar tanaman, kondisi air
tanah, tingkat pertumbuhan tanaman dan kondisi alam. "Pemberian pupuk
yang tepat waktu di awal musim dan di akhir musim, sementara pemupukan
di musim kemarau harus disiram agar pupuk larut dan mudah diserap
tanaman," ujarnya.
Menurutnya, pupuk yang paling baik bagi
tanaman adalah pupuk organik, bisa berupa mulsa yang berasal dari
daun-daun, serasah sekitar tanaman kopi, rumput hasil penyiangan, hasil
pemangkasan pohon pelindung, serta daging buah kopi yang mengering.
"Diberikan diawal dan akhir musim hujan dengan cara menumpuk di sekitar
batang kopi setebal 15 cm," katanya.
Ia menerangkan, pentingnya mengetahui pengelolaan hara pada tanaman kopi secara
berkelanjutan
ini untuk mengantisipasi jika terjadi gejala kekuranganan unsur hara.
Misalnya, daun muda yang mulanya berwarna hijau berubah menjadi hijau
pucat karena kekurangan unsur nitrogen (N). Sementara jika kekurangan
unsur fosfor (P) pada daun tua, tulang daun berwarna kuning terang dan
dalam waktu lama akan sedikit tersisa yang berwarna hijau. "Ditambah
lagi dengan bercak kecoklatan yang menjadi tanda matinya sel jaringan
daun yang dapat melebar," katanya.
Sikstus Gusli, salah seorang
pengajar ilmu fisika tanah dari Universitas Hasanudin yang hadir dalam
acara tersebut mengatakan, selama ini banyak petani yang kurang dalam
melakukan pemupukan secara tepat dalam jenis, dosis dan frekuensinya.
Padahal, pemupukan merupakan suatu keharusan untuk dilakukan.
Pemupukan
itu sendiri, harus dibarengi dengan pemeliharaan pelindung, manajemen
pengelolaannya. "Pemupukan yang benar pasti dapat meningkatkan produksi
kopi secara optimal," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar