Presiden: Ketersediaan Pangan Hadapi Masalah Serius
Jakarta. Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriyawan mengatakan, perubahan pola anggaran khususnya untuk subsidi pupuk dan bibit bagi petani bisa mendorong peningkatan produktivitas tanaman pangan karena pola anggaran dan pola tanam sinkron.
Kepada wartawan di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Selasa (6/12), Wamentan mengatakan, salah satu masalah dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman pangan yang harus diselesaikan adalah penyediaan pupuk dan bibit subsidi pemerintah bagi petani sesuai dengan musim tanam."Bibit belum siap pupuknya juga belum, bukan barangnya nggak ada, tapi administrasi itu menyebabkan kita menghadapi masalah. Karena itu dalam rakor kemarin diusulkan kalau kita tidak bongkar secara fundamental, program kita akan muncul terus yaitu life cycle anggaran tidak sama dengan life cycle musim tanam," katanya.
Rusman mencontohkan, saat seharusnya bibit dan tanaman siap pada November 2011, namun karena ketersediaan anggaran belum ada, bibit baru ada di luar bulan tersebut. "Misalnya kami perlu bibit dan pupuk kira-kira November, Oktober, anggaran baru ada Januari. Jadi ada yang overlap. Usul saya jangan pakai APBNP, itu kan bukan sistem anggaran, jadi awalnya pakai APBNP untuk 2012 gunakan dan anggaran pada 2012, penggunaannya awal 2013," paparnya.
Ia menjelaskan hal tersebut sudah disampaikan dalam rapat koordinasi di Kantor Menko Perekonomian dan sejumlah pihak terkait telah memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya menyesuaikan pola anggaran tersebut dengan pola tanam.
"(APBN) 2012 kan baru diketok, final, dan Pak Hatta berjanji diskusikan ini, paling tidak kemarin sudah ada kesepahaman antara Bappenas, Menko Perekonomian, serta Kemenkeu dan Kementan. Empat pihaklah duduk bareng kalau nggak, nggak selesai-selesai," katanya.
Sementara itu mengenai target produksi beras 2011, Rusman mengatakan, dari target semula 70 juta ton, kemungkinan dapat terpenuhi sebesar 68 juta ton. "Bukan jumlahnya saja tetapi juga manajemen waktu menjadi sangat berat. Belum lagi hambatan seperti musim kering panjang, organisme penyerang tanaman, akhirnya angka terakhir, aslinya 68 juta ton," katanya.
Meski tidak mencapai target, namun Rusman mengatakan hal itu tidak menganggu pasokan beras yang dikonsumsi oleh masyarakat. Menurutnya, sumber pemenuhan pasokan beras bisa dari kran manapun termasuk impor.
Hadapi Masalah Serius
Sebelumnya, saat penyerahan penghargaan ketahanan pangan di Istana Negara Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak bekerja keras untuk menjamin ketersediaan pangan khususnya untuk kebutuhan dalam negeri karena ini saat hal tersebut mengalami tantangan dan masalah yang semakin kompleks.
"Sebenarnya saya berkali-kali sampaikan bagaimana kita berupaya mengatasi masalah pangan ini, baik dengan meningkatkan produksi pangan maupun hasil panen. Dan, kita juga menyadari harga pangan saat ini bergejolak dan ini dipengaruhi harga dunia. Karena itu, kita wajib menjaga stabilitas harga pangan, namun penghasilan petani tidak boleh diabaikan," kata Presiden.
Kepala negara menjelaskan banyak masalah di daerah terkait dalam mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan. Karena itu ia meminta kepala daerah dan semua pihak bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut. "Di daerah, agar ketahanan pangan meningkat lahan harus tersedia, jangan beralih fungsi. Lahan boleh tidak berkembang (luasnya-red) tapi hasilnya meningkat dengan pengembangan, inovasi, bibit yang baik, distribusi, pupuk, dan peningkatan kemampuan teknis petani," tegasnya.
Presiden mengatakan, pemerintah bekerja keras untuk menciptakan ketersediaan dan ketahanan pangan nasional melalui sejumlah langkah.
"Pemerintah terus bekerja keras untuk meningkatkan produksi pangan, utamanya beras. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak mungkin tidak bekerja. Produktivitas pangan juga terus ditingkatkan melalui penelitian pengembangan. Anggaran makin besar kita alokasikan untuk pertanian, kebijakan di daerah juga diharapkan efektif," katanya.
Presiden juga mengajak masyarakat dan semua pemangku kepentingan di bidang ketersediaan pangan bekerja keras bersama-sama pemerintah untuk mengamankan ketersediaan pangan nasional. "Saya mengajak masyarakat luas untuk ikut aktif melakukan upaya masing-masing. Pangan adalah masalah dunia, jangan hanya diam sambil menggerutu, akhirnya jadi korban, kalau kita cerdas, mari kita lihat apapun situasi yang terjadi di dunia," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar