Jakarta. Produksi kakao lokal yang turun menjadi 450.000 ton di 2011 dibarengi dengan harganya yang anjlok hingga 40%. Pasalnya, pasokan di negeri "surga" kakao seperti Pantai Gading masih menumpuk hingga lebih dari 500.000 ton.
"Kondisi ini membuat harga kakao dunia jatuh, termasuk juga harga kakao Indonesia. turunnya harga mencapai sekitar 40%, pada 2010 harga kakao mencapai 340.000 dolar/ton saat ini (2011) hanya 210.000-220.000 dolar/ton," kata Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang, kepada detikFinance, Sabtu (24/12).Jatuhnya harga kakao ini, kata dia, karena negara-negara pemasok dan produksi kakao terbesar di dunia seperti Pantai Gading dan negara di benua Afrika kelebihan produksi.
"Untuk Pantai Gading saja, sudah kelebihan produksi sebanyak 500.000 ton hampir sebanding dengan total produksi Indonesia yang mencapai 450.000 ton, itu belum dari negara lainnya di Afrika," ujarnya.
Selain itu, ekspor kakao Indonesia juga agak sedikit menurun yakni hanya sekitar 200.000 ton biji kakao dan 250.000 ton biji kakao yang diolah di dalam negeri.
"Hal ini dikarenakan situasi perekonomian di Amerika dan Eropa yang sedang krisis, dan sebagaimana diketahu Amerika dan Eropa adalah pasar utama kakao Indonesia," ucapnya. Makanya, pada 2012, Zulhefi menargetkan ekspor biji kakao hanya mencapai 150.000 ton, sisanya sebanyak 350.000 ton lagi diolah di dalam negeri.
"Tapi positifnya tahun depan, harga kakao bisa naik antara 220.000-280.000 dolar/ton seiring berkurangnya produksi negara-negara penghasil kakao di Afrika dikarenakan mengenjot produksinya tahun ini. Dan bisa dipastikan tahun depan produksi mereka akan turun," tandasnya. (dtc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar