Pemalang . Menteri Pertanian Suswono mengatakan pengurangan impor sapi
bakalan menguntungkan peternak karena harga sapi potong meningkat dan
membuat peternak bergairah untuk meningkatkan populasi ternaknya.
"Langkah pemerintah mengurangi impor sapi bakalan sudah tepat dalam
rangka menggairahkan usaha ternak sapi di Indonesia sehingga populasi
meningkat mencapai angka yang mendukung swasembada daging tahun 2014,"
katanya saat berkunjung ke Kelompok Tani Ternak "Global Lestari" di Desa
Banjaranyar, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Minggu.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi impor sapi
bakalan pada 2013 hanya 288.000 ekor yang akan dibagi habis untuk 24
perusahaan penggemukan baik skala besar maupun kecil, padahal pada 2009
total impor sapi bakalan mencapai 765.000 ekor.
Ia menilai populasi sapi Indonesia bisa berkembang karena usaha itu
cukup prospektif, terbukti saat ini tumbuh usaha penggemukan sapi yang
sejumlah daerah termasuk yang didorong melalui Program Unit Pengolah
Pupuk Organik (UPPO) sejak tahun 2011.
"Kelompok tani kita berikan sapi lalu mereka mengolah kotoran sapi
menjadi kompos dan terbukti ada kelompok yang mampu mengembangkan usaha
produksi kotoran dan urine sapi menjadi usaha utama sementara
penggemukannya menjadi sampingan," katanya.
Ia mencontohkan Kelompok Tani Ternak "Global Lestari" yang dipimpin
Jefri (35) mampu meraih pendapatan sehari dari penjualan kotoran dan
urine sapi mencapai Rp22.000 per ekor, sementara pembelian pakan hanya
Rp7.000 per ekor.
"Dia juga mampu menggunakan probiotik di pakan hingga pertumbuhan
bobot badan sapi mencapai satu kilogram per hari. Pendapatan harian
peternak dari jual kotoran dan tabungannya dari penggemukan sapi,"
ungkapnya.
Mentan mengungkapkan, populasi sapi di daerah-daerah "kantong sapi"
mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB dan NTT mengalami pertumbuhan
cukup baik, bahkan di Papua, populasi sapi mengalami pertumbuhan di atas
tujuh persen.
"Populasi cukup, hanya saja sebarannya tidak merata dan demikian
juga kebutuhan daging di Jawa lebih tinggi karena jumlah penduduk lebih
banyak," katanya.
Karena itu, Mentan mengatakan, saat ini tengah dipikirkan untuk
dibangun Rumah Potong Hewan (RPH) di daerah "kantong sapi" seperti NTT,
NTB dan Papua, kemudian dagingnya yang akan dikirim ke Pulau Jawa.
Sebelumnya Mentan juga mengunjungi UPPO di Desa Salit, Kecamatan
Kajen, dan Desa Purwodadi, Kecamatan Sragi Kedua UPPO itu juga mampu
meningkatkan populasi sapi sekaligus membuat berbagai pupuk organik baik
kompos maupun pupuk cair.
Rata-rata harga kompos di UPPO berkisar antara Rp600 sampai Rp750 per kilogram yang diserap petani setempat.(ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar