JAKARTA. Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia,
Don P Utoyo, mengatakan impor jagung mempengaruhi harga ayam dan telur
di dalam negeri karena sebagian besar pakan ternak unggas itu masih
bergantung pasokan dari luar negeri.
"Kami beli pakan ternak unggas impor karena produksi dalam negeri
yang katanya cukup ternyata tidak ada dan kami terpaksa harus membeli
secara impor," katanya di Jakarta, Senin (16/7).
Don P Utoyo menjelaskan pada beberapa waktu belakangan ini kondisi
cuaca yang buruk terjadi di negara penghasil jagung, seperti Amerika
Utara, sehingga pasokan berkurang dan mendongkrak naik harga jagung
jenis "Genetic Modified Organism" (GMO) atau jagung rekayasa genetika.
Oleh karena itu, kata Utoyo, harga bibit ayam meningkat. Sebelumnya biaya produksi Rp3.500,00 menjadi Rp4.000,00 per ekor.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan jagung impor sebagai pakan bisa mencapai 50% dari kebutuhan pakan ayam di Indonesia.
Pada tahun 2011, Indonesia mengimpor jagung untuk pakan ayam
sebanyak 3,3 juta ton dengan total kebutuhan jagung untuk pakan ayam
se-Indonesia sekitar 7 juta ton.
"Pada semester I-2012 ini kami masih mengimpor juga sekitar 1-1,5
juta ton jagung yang berasal dari Amerika Utara, Brasil, dan India,"
katanya tanpa menjelaskan harga jagung impor.
Menurut Utoyo, data Kementerian Pertanian menjelaskan produksi
jagung dalam negeri bisa mencapai 20 juta ton. Namun, produknya belum
pasti.
Kemungkinan pada tahun 2012, lanjut dia, kebutuhan pakan ayam dari
jagung bisa meningkat mejadi 7,5 juta ton dan peternak masih akan
mengandalkan jagung impor.
Utoyo menilai 1 hektare ladang jagung GMO dapat menghasilkan sekitar
10 ton, sedangkan jagung lokal per hektarnya hanya 2 ton dan jagung
hibrida menghasilkan 5 ton per hektare.
Selain harga pakan yang naik, Utoyo juga menjelaskan bahwa harga
ayam dan telur yang naik pada waktu belakangan ini terjadi karena
sebelumnya terdapat perebutan bibit ayam di kalangan peternak yang
mengejar panen pada saat menjelang Hari Raya Idulfitri 1433 Hijriah.
"Harga naik juga dikarenakan peternak menghitung 30--35 hari harus
panen pada waktu Lebaran maka mereka rebutan membeli bibit, dan terjadi
kekurangan bibit ayam pada waktu sementara," kata Utoyo.
Namun, dia meyakinkan pada dua pekan ke depan harga bibit ayam turun kembali.
Menurut Utoyo, pada saat dua pekan dalam bulan puasa, pembelian
bibit ayam biasanya akan menurun sekitar 5--10 persen dan pasca-Lebaran
harga ayam akan normal kembali. (Ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar