JAKARTA. Pengamat ekonomi Institute for Development of
Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan kenaikan harga
bahan pokok terutama menjelang Ramadhan disebabkan adanya penentu harga
dari pihak swasta yang berakibat pada persaingan pasar tidak
kompetitif.
"Adanya pihak-pihak tertentu yang mengendalikan harga, sehingga
harga dapat ditentukan sesuai kepentingan mereka, sehingga para pedagang
tidak bisa menentukan harga sendiri. Hal itu berakibat pada persaingan
pasar tidak sempurna atau tidak kompetitif," kata Enny saat dihubungi di
Jakarta, Selasa (17/7).
Enny menjelaskan kenaikan harga musiman, seperti menjelang Ramadhan
dan hari raya merupakan bentuk permintaan inelastis, yaitu konsumen akan
tetap membeli barang tersebut berapapun harganya mengingat barang
tersebut adalah kebutuhan pokok.
Dia menjelaskan para price maker atau pengendali harga
tersebut biasanya menimbun barang- barang yang permintaannya cukup besar
bagi konsumen, seperti beras, gula, telur dan bahan pokok lainnya.
"Mereka memanfaatkan situasi-situasi dimana sebagian besar
masyarakat Indonesia mengonsumsi bahan pokok lebih banyak dari bulan-
bulan biasanya," katanya.
Menurut Enny adanya pengendali harga merupakan akibat dari kebijakan
pemerintah yang menyerahkan penentuan harga ke pasar, bukan lagi
merupakan tanggung jawab Perum Bulog.
Enny juga menambahkan selain kondisi pasar, pendistribusian dan
ketergantungan buah impor juga merupakan faktor pendorong harga-harga
bahan pokok naik.
"Infrastruktur yang tidak memadai dan adanya pungutan liar juga
menyebabkan ongkos pengiriman jadi naik, akibatnya harga barang juga
naik," katanya.
Dia menjelaskan masyarakat Indonesia semakin bergantung produk impor, terutama buah dan sayur.
"Pada awalnya memang lebih murah buah dan sayur impor, tetapi
sekarang harganya semakin naik. Lagipula, ada biaya-biaya tambahan
pengirimannya," katanya.
Enny berharap adanya upaya pemerintah untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan yang cukup.
"Sebetulnya skala ekonomi masyarakat Indonesia bisa meningkat dengan
adanya kenaikan harga musiman, hanya harus diimbangi dengan pasokan
yang cukup," katanya.
Menurut dia, jika permintaan meningkat tetapi pasokan cukup, maka harga akan murah dan skala ekonomi akan meningkat.
Hal sama juga disampaikan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri
Indonesia (Kadin) Bidang Investasi dan Transportasi Chris Kanter yang
mengatakan kenaikan harga terjadi karena pemerintah tidak melakukan
persiapan matang dalam memasok bahan-bahan pokok.
"Seharusnya pemerintah sudah mengantisipasi kapan akan memasok bahan
pokok yang banyak permintaannya mengingat Ramadhan dan Idul Fitri ada
setiap tahunnya," katanya.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan pada 10 Juli, harga
rata-rata nasional untuk daging sapi tercatat Rp75.332 per kg, daging
ayam Rp27.081 per kg, telur ayam Rp18.301 per kg, gula pasir Rp13.123
per kg, sementara cabai merah keriting Rp28.387 per kg.
Harga barang-barang tersebut naik Rp1.000-Rp3.000 per kg dibandingkan dengan harga pada awal Juni lalu. (Ant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar