Medan. Petani khususnya hortikultura di
Sumatera Utara (Sumut) diminta untuk waspada terhadap serangan hama dan
penyakit seiring dengan tingginya curah hujan yang terjadi akhir-akhir
ini. Hama dan penyakit tanaman akan bermunculan dan sulit dikendalikan.
“Imbauan ini juga sesuai dengan surat
edaran dari Dirjen Hortikultura agar waspada menghadapi curah hujan yang
tinggi. Komoditas hortikultura yang paling diberi perhatian khususnya
cabai dan bawang karena kedua komoditas tersebut bisa memicu inflasi,"
kata Kepala UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT
BPTPH) Sumut, Nurhijjah, Senin (26/8) di Medan.
Ia
menjelaskan, periode April - Agustus yang cenderung merupakan musim
kemarau basah kemudian dilanjutkan dengan curah hujan yang terus
meningkat pada bulan September hingga akhir tahun, dapat memicu
perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Jenis OPT yang
diperkirakan meningkat serangannya antara lain penyakit
patek/antraknose, virus kuning, kutu kebul, lalat buah Thrip Aphid pada
cabai dan ulat pada bawang, penggerek daun, Thrips, penyakit embun bulu,
bercak ungu/trotol dan layu fusarium pada bawang.
Menurutnya,
dengan kemunculan serangan hama tersebut, jika pengendaliannya terlambat
akan berpengaruh terhadap produktivitas dan akhirnya bisa memicu
inflasi.
"Sebagaimana kita tahu, kedua komoditas tersebut rentan terhadap serangan hama dan penanganannya harus cepat," katanya.
Nurhijjah
menuturkan, untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit, pihaknya
akan terus melakukan pengawalan dan memaksimalkan kerja petugas di
lapangan.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan gerakan
pengendalian OPT serta menerapkan teknologi pengendalian OPT terbaru
dengan tetap menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu dan ramah
lingkungan seperti penggunaan lampu trap, feromon untuk mengendalikan
ulat bawang dan ulat grayak.
Selain itu, pihaknya juga akan
menggunakan lekat kuning untuk kutu kebul, penggorok, trips, aphid dan
lalat buah. "Peran kelompok tani dan agens hayati harus dimaksimalkan
khususnya untuk menerapkan teknologi spesifik lokasi misalnya penggunaan
Trychoderma spp, pseudomonas fluorescens, plant growth dan mikoryza,"
tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar