Jakarta . Serikat Petani Indonesia mengusulkan kepada pemerintah
menyiapkan tiga strategi mencapai ketahanan pangan nasional yaitu tanah
diberikan pada petani, pemberian bibit unggul dan teknologi serta
industri pengolahan pasca panen.
"Itu kunci utamanya jika ingin mewujudkan ketahanan pangan. Masalah
distribusi, kemasan produk dan tata niaga diatur setelah hal utama
dilakukan," kata Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI), Ahmad Yakub di
Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan produksi pertanian perlu didukung teknologi yang
murah, massal dan efisien sehingga hasilnya bisa maksimal. Setelah itu,
ketika masa pasca panen dibutuhkan industri nasional yang berbasis di
kabupaten dan kecamatan agar bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.
"Petani menjual bahan mentah, diolah di level kabupaten menjadi
pangan olahan. Kunci utama itu merupakan rangkaian strategi yang
seharusnya bisa dijalankan di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, menurut Ahmad, pemerintah juga harus memiliki kebijakan
politik anggaran berbasis pertanian dan melindungi produksi pangan dalam
negeri.
Dia mengatakan, kebijakan nasional Indonesia selama ini lebih
berbasis pada industri dan perkotaan dibandingkan basis pedesaan dan
pertanian. Menurut Ahmad, jika pemerintah ingin mengembangkan sektor
pertanian maka alokasi anggaran pada sektor tersebut harus di perbesar.
Menurut dia besarnya anggaran di sektor industri dan perkotaan
menyebabkan tidak adanya orientasi jelas dalam pembangunan nasional
Indonesia dan menyebabkan pemerintah bimbang ketika berhadapan dengan
perdagangan bebas dan akhirnya membuka produk pertanian dari luar
negeri.
"Akibatnya ketika di forum APEC dan WTO kita bimbang sehingga
meliberalkan sektor pangan dan pertanian, dan petani kita tidak bisa
bersaing," katanya.
Menurut Ahmad, pemerintah harus melindungi produksi pertaniannya
dengan langkah memberikan subsidi ekspor dan dukungan domestik.
Dia mengatakan, pemerintah seharusnya bisa memberikan pajak nol
persen bagi produk ekspor Indonesia dan melobi negara penerima untuk
memberikan bea masuk yang rendah.
Selain itu, menurut Ahmad seharusnya pemerintah bisa memberikan
perlindungan produk dalam negeri dengan sistem proteksi yang ketat dan
juga memberikan insentif bagi usaha pertanian.
"Beberapa negara di Eropa, Jepang, dan Korea Selatan mereka
melindungi pertanian dalam negerinya. Karena produk ini jangan
diliberalkan," ujarnya.
Dalam pertemuan pemimpin forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC)
ke 24 di Vladivostok-Rusia pada 7-9 September 2012 diangkat empat tema
sentral, yaitu integrasi regional melalui perdagangan dan investasi,
ketahanan pangan, sistem rantai nilai, dan intensifikasi kerja sama
untuk pertumbuhan yang inovatif.
Forum tersebut menyerukan kepada anggotanya untuk selalu siap
menghadapi tantangan dan meredam risiko di tengah lingkungan ekonomi
global termasuk pasar keuangan yang masih rentan terhadap krisis.(ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar