Rabu, 04 April 2012

Peluang Usaha Pertanian : Budidaya Melon Ladika

Bisnis Manis Dari Melon Ladika

Buah melon merupakan salah satu buah tropis yang banyak digemari orang Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kini muncul varian baru dari tanaman ini. Salah satu yang mulai populer adalah melon ladika.

Melon ini merupakan melon hibrida hasil pemuliaan tanaman di daerah Karanganyar, Jawa Tengah. Bentuknya lebih oval dari melon biasa. Selain itu, rasanya juga lebih manis dengan tekstur daging lebih renyah dan berwarna oranye.

Bobot per buah melon ini bisa mencapai dua hingga tiga kilogram (kg). Budidaya melon ini mulai ramai sejak dua tahun terakhir. Kendati ditemukan di Jawa, melon ini sudah mulai banyak dibudidayakan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Sumatra Utara, misalnya, banyak petani yang membudidayakan melon jenis ini dalam skala besar.

Salah satu pembudidaya melon di daerah ini adalah Amin, 45 tahun. Ia tertarik membudidayakan melon ini karena permintaan pasar cukup besar. Ia sudah menekuni budidaya melon ladika sejak tahun 2010.

Ia membudidayakan melon ladika di lahan seluas 8 hektare (ha). Lokasinya berada di Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Deli Serdang. Dengan lahan seluas itu, ia mengaku bisa memanen melon ladika setiap hari.

Ia bilang, dengan lahan yang luas memungkinkannya melakukan penanaman dalam waktu berbeda-beda. Dengan begitu, melon dapat berbuah secara bergiliran setiap hari. Menurut Amin, setiap 1 ha melon ladika menghasilkan 15 ton sekali panen. Maka, dengan luas lahan 8 ha, ia bisa menghasilkan 120 ton sekali panen.

Saat ini, ia bisa memanen rata-rata 2 ton per hari. Dengan harga jual Rp 7.000 per kg, maka sekali panen dalam sehari ia bisa meraup omzet Rp 14 juta. Ada pun total omzet dalam sebulan sebesar Rp 420 juta dengan laba bersih sekitar 35%.

Budidaya melon ladika juga ditekuni Aenudin, petani asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia terjun ke usaha ini sejak 2009.

Selain dari NTB sendiri, kini ia juga banyak mendapat pesanan melon ini dari Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali. Aenudin membudidayakan melon ladika di lahan 2 ha hingga 15 ha, tergantung musim.

Jika sedang musim kemarau, seluruh lahan ia tanami melon ladika. Tapi jika sedang musim hujan, ia hanya menanam di lahan seluas 2 ha saja. "Melon tidak terlalu bagus jika musim hujan," ujarnya.

Dengan lahan 2 ha, Aenudin bisa panen setiap 60 hari-70 hari. Setiap satu ha bisa ditanami 200-250 batang pohon melon. Satu batang menghasilkan 2 kg-3 kg melon. Dari situ, omzetnya dalam sekali panen bisa mencapai Rp 80 juta, dengan laba sekitar 50%.


Tanpa Pupuk Kimia, Melon Ladika Berlimpah

Amin, petani melon ladika dari Serdang, Medan bilang, tanaman ini dapat dibudidayakan di ketinggian tanah antara 300 meter-900 meter di atas permukaan laut (dpl).Melon juga tumbuh baik di suhu optimal 25 derajat celcius-30 derajat celcius.

Adapun jenis tanah cocok untuk tanaman ini adalah tanah liat berpasir. Sebab, tanah ini mengandung banyak bahan organik, seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol.

Namun, jika tanah tidak memiliki unsur-unsur tersebut, petani dapat mengakalinya dengan menambahkan bahan organik dan pemupukan. Jauh lebih baik jika menggunakan pupuk alami.

Tanah yang terlalu basah dan memiliki tingkat curah hujan yang tinggi tidak disarankan. Sebab, tanaman ini membutuhkan panas matahari yang cukup dari pagi sampai sore.

Nah, untuk bibitnya bisa didapat dari para petani di Jawa Tengah. Amin membeli bibit dalam kemasan kiloan. "Harga bibitnya Rp 150.000 per kilogram," ujar Amin.

Sebelum ditanam di lahan, bibit disemai dulu di polybag selama enam hari. Setelah itu akan tumbuh kecambah seukuran 10 senti meter (cm). Bila kecambah telah tumbuh, bibit siap ditanam di lahan perkebunan dengan jarak tanam sekitar 40 cm.

Tanaman melon ini harus rajin disiram minimal sekali dalam sehari. "Bisa pagi atau sore," ujar Amin.

Petani lain, Aenuddin asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menambahkan, budidaya melon tidak bisa sembarangan. Menurutnya, butuh perhatian khusus, terutama dalam hal pemupukan, pengairan, dan penyiangan. “Setiap 200 meter persegi bagusnya dijaga dua orang. Baru hasilnya bisa maksimal,” ujar Aenuddin.

Terkait dengan pilihan tanah, ia menyarankan untuk menggunakan lahan bekas tanaman padi. Aenuddin juga menyarankan untuk tidak menggunakan pupuk kimia, seperti NPK (nitrogen phospate kalium). Soalnya, penggunaan pupuk ini tidak menjamin tanaman melon bisa berbuah banyak.

Ia justru menyarankan petani menggunakan pupuk organik, seperti pupuk kandang atau kompos. Dari pengalamannya, dengan menggunakan pupuk organik, tanaman melon sudah berbuah sekitar 60 hari-70 hari sejak ditanam, dengan hasil lumayan banyak.

Aenuddin membenarkan melon ladika membutuhkan penyinaran cukup. Makanya, kalau musim hujan ia hanya menanam melon di lahan seluas 2 hektare. "Terlalu banyak air tidak bagus. Bunganya banyak pecah dan tak jadi buah,” ujarnya. (KONTAN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar