Kamis, 31 Maret 2011

Berita Pertanian : Keuntungan Rumput Laut Capai Rp13 Triliun


BANDAR LAMPUNG. Budi daya rumput laut di Lampung berpotensi mendatangkan keuntungan bagi masyarakat pesisir hingga Rp13 triliun pada 2014 mendatang.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Ardhy Wijaya mengatakan Lampung memiliki garis pantai sepanjang 1.105 kilometer. Seluruh garis pantai tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan budi daya rumput laut jenis Euchema cotonii.

"Jika masyarakat pesisir berminat, budi daya rumput laut bisa menjadi penghasilan utama karena waktu panen yang cepat, yakni hanya 45 hari, dan pangsa pasar yang luas karena bisa diolah menjadi produk makanan dan produk komestik," kata Ardhy didampingi Sekretaris DKP Provinsi Lampung Affan Erie Yahya, di ruang kerjanya, Rabu (30-3).

Menurut Ardhy, investasi awalnya pun relatif murah, yakni hanya sekitar Rp10 juta untuk tiga titik yang masing-masing titik memiliki luas seperempat hektare.

"Berdasarkan perhitungan tim ahli yang diketuai mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, penghasilan bagi masyarakat pesisir yang ingin membudidayakan rumput laut mencapai Rp2,5 juta/bulan. Kalau budi daya ini dilakukan sebagian besar masyarakat pesisir, ya untungnya bisa Rp13 triliun lebih tiga tahun mendatang," kata dia.

Pangsa Pasar Jelas

Untuk itu, Ardhy mengimbau masyarakat Lampung, terutama yang tinggal di pesisir, untuk menumbuhkan minatnya menjadi pembudidaya rumput laut. Apalagi, kata dia, kondisi cuaca yang saat ini tidak menentu membuat nelayan jadi sering tidak bisa melaut dan penghasilannya terus menurun.

"Jadi masyarakat pesisir tidak harus bergantung pada hasil tangkapan saja. Usaha rumput laut juga bisa dijadikan mata pencarian utama," ujarnya.

Ia menjelaskan pemerintah provinsi juga berjanji untuk memfasilitasi masyarakat yang serius ingin menjadi pembudidaya rumput laut. Dengan bantuan Yayasan Al-Bahri Nusantara, DKP akan membina pembudidaya untuk merawat rumput laut sesuai dengan standar yang berlaku agar hasilnya pun berkualitas tinggi.

Untuk pemasarannya, PT Lampung Jasa Utama siap menjadi pembeli utama rumput laut dari warga untuk kemudian di lempar ke PT Hutama di Jakarta. "Jadi kalau ada masyarakat yang serius mengembangkan rumput laut ya tidak usah repot-repot lagi mencari pembeli karena jika hasil produksinya sesuai standar, pasarnya sudah jelas," kata Ardhy.

Berita Pertanian : Kelompok Tani Sukses Kembangkan Pupuk Organik

SLEMAN. Kelompok Tani Peternak Ngudi Makmur Dusun Plumbon Kidul, Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil mengembangkan produksi pupuk organik yang dibuat dari kotoran ternak.

"Unit usaha produksdi pupuk organik ini merupakan pengembangan dari kegiatan utama ternak sapi, setelah sebelumnya limbah kotorannya yang melimpah tidak banyak dimanfaatkan," kata Ketua Kelompok Tani (Poktan) Ngudi Makmur Suwarman, di Sleman, Rabu (30/3).

Menurut dia, kelompoknya saat ini memiliki 30 kandang permanen, empat sapi jantan dan 30 sapi betina, serta 17 pedet atau anak sapi.

"Dalam memproduksi pupuk organik kami menggunakan satu mesin giling, dengan bimbingan dari Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta," katanya.

Ia mengatakan saat ini kelompoknya telah memproduksi pupuk organik yang siap dipasarkan sebanyak lima ton. Masih dalam proses fermentasi sebanyak lima ton, dan berupa bahan mentah dua ton.

"Kami berharap ke depan untuk pemasaran dapat dibuka lebih luas lagi, dan jumlah produksi juga meningkat, sehingga dapat menambah kesejahteraan bagi anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur," katanya.

Suwarman mengatakan pihaknya terus menjalin kerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta dalam upaya meningkatkan produksi pupuk organik di Kecamatan Tempel.

"Dengan bimbingan dari perguruan tinggi tersebut, kami sangat berharap ada peningkatan produksi pupuk organik, maupun pengembangan jenis usaha lainnya yang berkaitan dengan usaha kelompok tani peternak ini," katanya.

Ia mengatakan apabila di masa lalu pupuk organik banyak dimanfaatkan orang dari luar daerah karena warga di daerah ini merasa jijik, bau, dan bahkan hanya dibuang percuma, maka saat ini pihaknya memulai merintis usaha pengolahan limbah kotoran ternak.

"Melalui kelompok petani ternak ini limbah kotoran ternak dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk organik yang berguna untuk menyuburkan tanah, sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman pertanian, serta di sisi lain menambah pendapatan anggota melalui hasil penjualan pupuk organik," katanya. (Ant)

Berita Pertanian : Harga Anjlok, Pemerintah Minta Petani Bawang Tahan Stok

JAKARTA. Pemerintah meminta petani menahan stok bawang merah terkait penurunan harga yang terjadi bulan ini.

Hal tersebut dimaksudkan agar harga di tingkat petani maupun konsumen tidak lebih jatuh, terutama saat beberapa daerah penghasil bawang merah seperti Brebes dan sejumlah daerah di Jawa Timur mulai mengalami panen.

"Bawang bisa disimpan dalam kurun waktu tertentu, meski memang tidak selama beras. Jangan sampai bawang merah yang masuk ke pasar induk terlalu banyak karena kalau suplainya lebih dari kuantum tertentu, harga bisa turun," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo seusai Seminar Kedaulatan Pangan di Jakarta, Rabu (30/3).

Bawang merah merupakan komoditas yang mengalami penurunan harga tertinggi mencapai 7,88% pada pekan IV Maret 2011 dibanding per pekan III Maret 2011. Berdasarkan data Kemendag, pada pekan III, harga bawang merah mencapai Rp 25.809 per kilogram kemudian turun menjadi Rp23.776 per kg pada pekan IV.

Sementara itu, rata-rata harga bawang merah pada Maret 2011 adalah Rp26.102 per kg atau turun sedikit dibanding harga rata-rata Februari 2011 Rp26.469 per kg. Gunaryo sendiri memprediksi harga ini tidak akan banyak mengalami perubahan, terutama menurun lagi karena suplai masih imbang dengan kebutuhan.

"Sepertinya harga tidak turun lagi melihat kebutuhan dan kultur masyarakat kan memang lebih suka bawang dari dalam negeri atau bawang lokal," imbuh Gunaryo.

Sementara itu menanggapi serangan bawang merah impor yang mengganggu harga bawang lokal, Gunaryo meyakinkan hal itu tidak akan terjadi. Beberapa waktu lalu, bawang impor masuk ke wilayah Brebes yang merupakan sentra produksi beras nasional.

"Biasanya kita impor bibit bawang saja, namun saat stok kurang ada juga bawang yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Tapi sampai sekarang kebutuhan dan produksi dalam negeri masih imbang," kata Gunaryo.

Impor bibit bawang ini sendiri diperuntukkan bagi petani yang mengalami panen tidak terlalu baik akibat cuaca buruk. Hal tersebut membuat petani tidak bisa menghasilkan bibit yang baik untuk musim tanam selanjutnya.

"Sekarang di daerah sentra produksi bawang sudah mulai panen seperti Brebes dan Jawa Timur sehingga bibit juga sudah mulai tersedia lagi, padahal kalau kemarin sempat terhambat karena iklim," tukas Gunaryo.

Berita Pertanian : 1,9 Juta Ton Beras Impor sudah Masuk Tanah Air


 19 Juta Ton Beras Impor sudah Masuk Tanah Air


JAKARTA. Musim panen raya di seluruh wilayah Indonesia baru saja mulai Maret hingga Juni mendatang. Namun pemerintah telah memutuskan untuk melakukan impor beras sebanyak 1,9 juta ton.

Seluruh beras impor yang berasal dari Vietnam dan Thailand tersebut sudah masuk ke Tanah Air pada Kamis (31/3).

"Total ada 1,9 juta ton beras impor, setahu saya terakhir hari ini sudah sampai semuanya di Indonesia," kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Kamis (31/3).

Jumlah tersebut melebihi perhitungan Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang pada Februari 2011 lalu memprediksi Indonesia akan mengimpor 1,75 juta ton beras. Impor ini membuat Indonesia menjadi negara pengimpor beras kedua terbesar di dunia setelah Nigeria yang notabene negara tersebut bukan negara agraris seperti Indonesia.

Jumlah impor tersebut juga melebihi kuota impor yang sebelumnya ditetapkan oleh pemerintah. Pada awal tahun 2011, pemerintah masih berpegang teguh untuk tidak mengimpor beras lebih dari 1,5 juta ton. Target ini merupakan revisi di akhir tahun 2010 yang ketika itu pemerintah berjanji untuk tidak akan mengimpor lebih dari 1 juta ton. Namun realisasi hingga Desember 2010, deal impor sudah mencapai 1,23 juta ton.

Menanggapi hal ini, Suswono menegaskan deal ini tidak melebihi kuota impor karena pemerintah telah merevisi lagi target maksimal impor hingga 2 juta ton. "Ini merupakan komitmen pemerintah sepanjang 2010 sampai Maret ini," tandasnya.

Suswono juga kembali berjanji tidak akan ada lagi beras impor yang masuk setelah Kamis (31/3). Ia juga menyatakan beras impor ini hanya akan digunakan untuk cadangan beras pemerintah di gudang Bulog, bukan untuk digelontorkan ke pasar. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi anjloknya harga beras karena April-Mei merupakan puncak panen raya.

"Impor itu kan hanya untuk stok, tidak lari ke pasar," kata Suswono.

Stok beras dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar, imbuhnya, pemerintan masih memercayakan hal tersebut kepada Bulog melalui penyerapan, terutama selama musim panen raya ini.

Namun kenyataannya hingga Kami (31/3) sore, serapan Bulog baru sebanyak 345.902 ton setara beras atau berada di bawah target pengadaan Maret yang dipatok 416 ribu ton setara beras.

Pengamat Ekonomi Pertanian Khudori menyayangkan langkah pemerintah yang melakukan impor beras saat terjadi panen raya. Ia sendiri memperkirakan impor belum akan berhenti di angka 1,9 juta ton mengingat realisasi penyerapan Bulog yang berada di bawah target.

"Jumlah ini akan sangat mungkin bertambah lagi karena alasan impor untuk mengamankan cadangan beras," kata Khudori ketika dihubungi , Kamis (31/3).

Sebelumnya, pemerintah menegaskan akan mempertimbangkan untuk melakukan impor beras lagi sekitar Juni-Agustus atau setelah panen raya usai. Hal yang akan menjadi pertimbangan di antaranya ialah penyerapan beras oleh Bulog dan harga beras di pasar konsumen.

Meski banyak dipengaruhi oleh serapan Bulog terhadap beras lokal, Khudori juga mengingatkan kunci permasalahan impor beras adalah kebijakan pemerintah, bukan Bulog.

Pasalnya, pemerintah yang dalam hal ini dipimpin oleh Kementerian Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa bisa mengambil keputusan untuk menanggung rugi Bulog dalam menjalankan fungsinya sebagai stabilisator stok dan harga beras, tanpa harus impor beras.

"Bulog kan harus menyerap beras/gabah yang harganya tinggi di tingkat petani, sementara Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tidak naik. Kalau Bulog merugi ketika melakukan tugas ini (menyerap beras lokal untuk memperkuat stok), maka seharusnya kerugian itu menjadi tanggungan negara, bukan Bulog. Karena, ini menyangkut hajat hidup orang banyak," pungkas Khudori.

Peluang Usaha Pertanian : Mengeruk Rupiah dari Menyambung Kayu dan Batok Kelapa

Iwan Sutadji Menunjukkan Hasil Karyanya.

Surabaya. Iwan mengawali semuanya dari iseng. Selepas menyelesaikan studi di Sastra Inggris Unitomo, lajang 31 tahun ini bahkan sempat menjajal beragam pekerjaan dari perhotelan hingga rumah makan. Namun akhirnya ia banting setir berwirausaha.

“Saya lihat bahan baku yang selalu melimpah ya tempurung kelapa ini, dimana-mana ada sehingga harganya murah. Dibantu beberapa teman, saya memberanikan bikin kerajinan kecil-kecilan secara otodidak. Mulai beli alat penghalus batok, alat pemotong sampai teknik pembuatannya kami pelajari sendiri, sambil baca-baca buku panduan,” ujar Iwan, di bengkel kerajinannya, di Jl Kertajaya II KA, Kamis (24/3).

Berbeda dengan kerajinan batok kelapa umumnya, produk buatannya ia padupadankan dengan kayu atau bambu. Hasilnya, selain beda, juga terkesan unik. Namun, Iwan mengaku, belum memberi merek dagang untuk produk kreasinya ini. Biasanya, oleh pihak yang memasarkan diberi merek sendiri dan dijual dengan harga lebih tinggi sebagai marjin keuntungan.

Bermodal tak lebih dari Rp 5 juta, sulung empat bersaudara ini memulainya dua tahun silam. Tetapi soal memahat dan memotong, telah ia pelajari sejak lima tahun silam. “Orderannya lumayan, apalagi sejak saya iklankan di adjiopet.indonetwork.co.id pembelinya sampai luar pulau,” jelasnya.

Sekali dapat order minimal bisa Rp 1,5 juta. Pemasaran yang rutin hanya di Mirota Batik, Toko Buku Uranus dan Royal Plaza di stan milik Dekranasda. “Saya titip beberapa unit, sekali kirim 10 unit kalau habis dikirim lagi. Penjualannya nggak tentu tiap bulannya. Kadang Rp 500.000, kadang Rp 1 juta, tapi ini order yang rutin, belum termasuk yang order dalam jumlah partai sewaktu-waktu,” kata arek Suroboyo kelahiran 17 November 1980 ini.

Untuk produk lampu meja dijualnya Rp 75.000–100.000, kotak pensil Rp 20.000, tempat tissue Rp 15.000–20.000, asbak Rp 20.000, hiasan meja Rp 35.000–40.000, tempat lilin Rp 20.000, lampu dinding (bervariasi), vas bunga Rp 35.000. Harga juga bisa berbeda sesuai model, ukuran dan kerumitan pemahatan.

“Dalam sepekan, saya dibantu tiga teman, setidaknya bisa menghasilkan puluhan unit produk tergantung ukuran. Kalau modelnya rumit bisa lebih lama,” tambahnya.

Proses pembuatannya cukup standar, dari gelondongan tempurung dibersihkan dengan alat khusus, lalu menggambar pola dengan pensil untuk memudahkan pemotongan dan pengeboran. Jika memerlukan lem untuk menyambung potongan, bisa menggunakan lem resin. Namun hasilnya tidak perlu dijemur karena bisa merusak lem. Finishing-nya tinggal memoles dengan plitur.

Khusus untuk produk ekspor, bahan plitur dan resin harus dihindari, semua diganti bahan ramah lingkungan yang sesuai standar ekspor. Iwan mengatakan, siap menerima order model sesuai keinginan pemesan. “Tetapi, tentunya harga akan lebih mahal,” ujar pria yang bermukim di Sukodono bersama orangtuanya ini.

Bahan baku tempurung gelondongan ia dapatkan dari Kediri, Blitar dan Trenggalek. Sedangkan bahan baku kayu dan bambu limbah dari Surabaya. Sekarung tempurung yang masih utuh gelondongan dibelinya Rp 4.000, sedangkan yang sudah dalam bentuk remahan atau potongan hanya Rp 2.500 satu kresek besar.

“Saya ingin punya showroom sendiri, tetapi belum ada modal. Bank Mandiri pernah menawari pinjaman, tetapi akhirnya mereka mundur sendiri karena saya tidak punya agunan, sekarang ini saya sedang diprospek BRI. Sebetulnya sering juga diundang seminar ke Bali untuk ekspor, berhubung modal kesana-kemari cekak, jadi bertahan di Surabaya saja,” pungkas Iwan, yang berancang-ancang menggarap produk kerajinan tas menggunakan bahan baku yang sama.

ENERGI ALTERNATIF BIOGAS. Tak Perlu Lagi Elpiji


Nyoman Suwena (40, kiri) memasukkan kotoran ternak sapinya ke reaktor biogas yang dibangun di rumahnya di Dusun Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (26/3). Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak selama empat jam lebih. Suwena pun kini tidak lagi membeli elpiji untuk memasak.

Oleh Herpin Dewanto

Andaikan harga elpiji atau minyak tanah terus melambung, Nyoman Suwena (40) tidak perlu waswas lagi. Selama ternaknya sehat dan menghasilkan banyak kotoran, ia selalu punya persediaan bahan bakar gratis untuk memasak.

Sudah enam bulan Suwena mengolah kotoran delapan sapinya untuk dijadikan biogas. Gas metan yang diperoleh dari kotoran ternak itu dialirkan ke rumah menggunakan pipa.

Setelah disambungkan ke kompor, biogas itu dapat digunakan untuk memasak hingga empat jam per hari, bahkan lebih.

Di Banjar atau Dusun Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, tempat tinggal Suwena, pengolahan energi alternatif berupa biogas sedang diminati. Sudah ada 44 keluarga dari total 145 keluarga di dusun yang sebagian besar memiliki ternak itu memanfaatkan biogas.

Pengolahan biogas yang dilakukan Suwena tak memerlukan peralatan yang rumit. Ia hanya membutuhkan kubah reaktor dari beton berukuran 10 meter kubik, lubang masuk (inlet) kotoran berdiameter 50 sentimeter dan tinggi 40 cm, pipa-pipa air, dan kompor khusus biogas.

Kotoran yang dihasilkan ternak dimasukkan melalui inlet dan dicampur air dengan perbandingan satu banding satu. Kotoran itu akan masuk ke kubah reaktor yang dibangun di dalam tanah untuk diambil gas metannya. Adapun ampas kotoran masih bisa diolah menjadi pupuk organik.

Biaya pembuatan sistem pengolahan biogas milik Suwena itu sekitar Rp 9 juta, sebanyak Rp 2 juta di antaranya sudah disubsidi oleh Biru (Biogas Rumah), yakni program pengadaan biogas. Program ini merupakan kerja sama Pemerintah Indonesia dan Belanda.

Kubah reaktor biogas di Dusun Penyabangan pada umumnya lebih kecil, rata-rata berukuran 4 meter kubik dan 6 meter kubik. Pembuatan kubah reaktor biogas seukuran itu hanya membutuhkan biaya Rp 5 juta-Rp 7 juta. Itu pun sudah termasuk subsidi dari Biru berupa barang seperti pipa, pengukur gas, dan kompor khusus biogas.

Sejak memakai biogas, Suwena tak lagi membeli tabung elpiji ukuran 12 kilogram untuk memasak. Biasanya ia membutuhkan dua tabung elpiji 12 kg setiap bulan dengan harga per tabung Rp 75.000.

”Saya punya cadangan satu tabung gas untuk jaga-jaga, tetapi sampai sekarang tidak pernah dipakai,” katanya, Sabtu (26/3).

Ni Ketut Murdi (39), pengguna biogas lain, juga tak lagi membutuhkan elpiji. Pasokan biogas yang diolah dari kotoran ternak babinya cukup untuk memasak lebih dari empat jam per hari. Sebagai pedagang bubur, ia membutuhkan dua kompor.

Di dekat kompornya ada alat pengukur volume gas. ”Kalau kompor saya matikan beberapa jam, gasnya bisa tambah lagi,” kata Ketut Murdi.

Bantuan kredit

Dusun Penyabangan merupakan daerah di Bali yang terbanyak memanfaatkan biogas. Berdasarkan data Biru, hingga akhir Maret 2011 sudah ada 71 keluarga di Pulau Bali yang memanfaatkan biogas, yaitu di Kabupaten Gianyar, Buleleng, Bangli, Tabanan, Badung, dan Klungkung.

Di Nusa Tenggara Barat (Pulau Lombok) sudah ada 81 unit biogas yang dibuat. ”Di Bali dan Lombok ini, kami menargetkan memasang hingga 600 unit biogas rumah tangga hingga 2012,” kata Koordinator Biru wilayah Bali dan Lombok I Gede Suarja.

Menurutnya, Bali sangat potensial untuk pengadaan biogas rumah tangga karena sebagian besar warganya hidup dari pertanian dan peternakan. Untuk menghasilkan biogas selama empat jam dibutuhkan sekitar 3-4 ternak sapi.

Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi kini adalah mempertahankan supaya ternak warga tetap utuh sebagai sumber daya energi. Koperasi Tani Amerta Nadi di Dusun Penyabangan pun meluncurkan program kredit bagi warga yang ingin membangun sistem biogas.

”Jangan sampai membangun biogas, tetapi menjual ternaknya, nanti dari mana bisa memperoleh kotoran ternak,” kata Manajer Koperasi Tani Amerta Nadi Nyoman Suardana.

Sejak diluncurkan pada Januari 2011 sudah ada enam warga yang memanfaatkan kredit itu. Setiap bulan mereka membayar angsuran Rp 320.000 per bulan selama 20 bulan dari dana yang diperoleh koperasi.

Koperasi itu kini juga berharap dapat bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan peternakan di dusun itu. Mereka tidak ingin program pengadaan biogas itu hanya menjadi seremonial belaka dan tidak berkelanjutan.

Rabu, 30 Maret 2011

Meramu pupuk NPK organik, semudah menyeduh teh

Terkejut bukan kepalang mendengar cerita kepala desa Gempol, Karanganom, Klaten bahwa pupuk urea hilang dari pasaran, sementara. 270 petani desa Gempol terlanjur ketagihan ma pupuk tersebut. Tak hilang akal, di tengah kekalutan para petani desanya, lurah desa dan petugas PPL berinisiatif membuat pupuk kompos dengan memanfaatkan kotoran sapi yang melimpah di dusun tersebut. Tak disangka langkah ini membawa keberhasilan karena dua dari tiga kelopok tani yang masing masing terdiri dari 80 petani telah berhasil memenuhi nutrisi tanaman sekaligus menyegarkan tanah pertanian mereka. Betapa gembiranya mereka.

Tak berapa lama seorang petani Pakem Sleman, bernama Danarto menawarkan sebuah gaya hidup baru, sebuah perubahan dan kemandirian petani dari ketergantungan pupuk kimia. Bersama mahasiswa KKN UII, Danarto mengenalkan pembuatan pupuk N (nitrogen), P (phospat), dan K (kalium) organik berbahan alami. Sederhana namun membutuhkan keberanian yang kuat dalam merubah perilaku. Prinsip Danarto yang penting mendasarkan pada alam sebagai inti dari kehidupan, dan di alam inilah segala sesuatu ini berasal dan berakhir.

Cara membuat NKP organik sangat mudah. Pupuk N (nitrogen) misalnya menggunakan bahan yang dapat ditemukan di sekitar kebun. Pupuk N dibuat dengan meramu akar kacang tanah, jerami, daun salam, daun sirsak, air kelapa, tetes tebu,mikroba cair dan urine sapi. Dengan metode fermentasi an-aerob bahan-bahan diatas dicacah kecil dan dimasukkan dalam sebuah wadah untuk kemudian ditutp rapat. Jangan lupa menambahkan mikroba untuk mempercepat prosesnya. Tak perlu membeli alam telah menyediakan mikroba alami dan kita tinggal mengembangkannya. Ramu saja air kumur anda di pagi hari, dicampur leri (air pususan beras), jeroan usus ternak ditambah tetes tebu. Simpan dan jaga kelembapannya, jadilah mikroba buatan.

Proses yang sama juga terjadi dengan Phospat dan Kalium. Membuat Phospor cair lebih mudah lagi ramu saja batang pisang yang dipotong melintang dan tetas tebu. Sementara Kalium hanya dengan serbuk sabut kelapa dan air. Tempatkan dalam wadah dan tutup rapat. Buat saluran udaran menggunakan selang dan masukkan ujungnya dalam borol air. Dengan hanya menunggu 2 -3 minggu jadilah pupuk cair NPK.

Penggunaannya pun mudah pupuk cair NPK buatan sendiri dicampur dan ditambah air. Perbandingannya 1:14 liter. Semprot tanaman pertanian pagi pukul 9-10 atau sore pukul 16-17 disisi bawah daun. Hebat kan. Maka jangan sepelekan sampah dan daun daunan disekitar kita.
(http://jogjacreative.wordpress.com)

Peluang Usaha Pertanian : PELUANG BISNIS BAKPIA PATHUK Bakpia Pathuk, harga si kacang hijau yang menjadi persoalan





Bisnis bakpia di Yogyakarta muncul bertahun-tahun lalu. Produsen bakpia bisa mencetak penjualan jutaan rupiah setiap hari dari produksi ratusan kotak bakpia. Namun, bakpia Kampung Pathuk ini cukup sulit menembus pasar daerah lain.

Di Kampung Pathuk Jl. AIP II KS Tumbuan, Yogyakarta terdapat pabrik produsen bakpia, yaitu Bakpia 25 dan Bakpia 75. Dari sini kedua produsen mengolah puluhan kotak bakpia tiap hari.

Kedua produsen menjual satu kotak berisi 20 bakpia di harga mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000. Arlene Sanjaya, pemilik Bakpia 25 mengambil alih pengelolaan usaha dari sang ibu. Arlene mengatakan, dulu usaha sang ibu tak sebesar sekarang.

Arlene melakukan beberapa perubahan seperti pemasaran ke toko oleh-oleh di Yogyakarta dan penambahan isi bakpia seperti keju, cokelat, dan aneka rasa. "Ide rasa bakpia berasal dari kakak perempuan saya," ujar Arlene.

Penjualan bakpia bergantung kepada wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta dan membeli bakpia untuk oleh-oleh. Karena itu, pada saat liburan dipastikan ada antrean di pabrik atau di toko oleh-oleh.

Sayangnya, Arlene enggan menyebut omzet per bulannya. Yang pasti, dalam sehari mobil boks pengangkut bakpia bolak-balik mengantar Bakpia 25 ke berbagai toko.

Tak jauh dari pabrik Bakpia Pathuk 25, terdapat toko Bakpia 75 yang merupakan toko pembuat bakpia pertama di Indonesia sejak 1948. Bakpia 75 bisa terjual hingga 500 kotak per hari, ketika sedang banyak permintaan. Dengan jumlah itu, penjualan per harinya bisa mencapai sekitar Rp 12 juta.

Masalah yang dihadapi produsen bakpia adalah harga bahan baku kacang hijau yang terus meningkat. Sekarang harga kacang hijau mencapai Rp 14.000 per kilogram.

Selain itu, banyak bermunculan pemain baru di bisnis bakpia. Para produsen baru ini menggunakan bahan baku kacang hijau dari pasar yang sudah tidak segar yang ditambahkan vanili. Karena itu mereka bisa menjual dengan harga lebih murah.

Yeni yang mengklaim menggunakan bahan baku kacang hijau segar dari petani mengaku tak mampu berbuat banyak. "Kalau menjual produk dengan harga lebih rendah kami harus mengorbankan kualitas," kata Yeni.

Usaha Yeni juga sempat diguncang isu daging babi awal 2000. "Padahal, produk saya sudah dinyatakan halal oleh MUI," imbuh Yeni.

Kedua produsen memperlebar distribusi ke kota tetangga seperti Magelang dan Klaten. Pemasaran ini memang terbatas karena bakpia bertahan paling lama lima hari. Status sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta juga ada ruginya. Penjualan di kota lain cukup sulit karena memang bakpia lebih tenar jadi oleh-oleh Yogya

Tips Ampuh : Makanan Penghancur Kolesterol
















Beberapa makanan sehat berikut ini bisa menjadi pilihan untuk memerangi kolesterol.

Salmon

Penelitian mengungkap, jenis lemak tertentu pada dasarnya melawan kolesterol tinggi. Asam lemak omega-3 misalnya, yang banyak terkandung dalam ikan salmon, membantu menurunkan kadar kolesterol jahat LDL, menurunkan kadar trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol baik HDL.

Salmon merupakan sumber protein yang baik karena kaya asam lemak omega-3 EPA dan DHA. Kedua jenis lemak ini baik untuk jantung. Asosiasi Jantung Amerika, bahkan menganjurkan konsumsi paling tidak dua takar ikan setiap minggu, khususnya ikan yang kaya omega-3.

Alpokat

Alpokat kaya lemak tunggal tidak jenuh, jenis lemak yang membantu menaikkan kadar kolesterol baik HDL dan menurunkan kadar kolesterol jahat LDL. Selain itu, buah ini mengandung paling banyak beta-sitosterol (lemak tumbuhan yang bermanfaat) dibandingkan jenis buah lainnya. Beta-sitosterol mengurangi jumlah kolesterol yang diserap dari makanan. Jadi, kombinasi beta-sitosterol dan lemak tunggal tidak jenuh membuat buah satu ini menjadi pilihan yang baik dalam memerangi kolesterol.

Alpokat juga cenderung kaya kalori. Jadi, ada baiknya menggunakan buah ini sebagai penganti makanan berlemak lain yang sering Anda konsumsi. Asosiasi Jantung Amerika menganjurkan agar Anda memenuhi 15 persen kalori harian dari lemak tunggal tidak jenuh, seperti yang terkandung dalam avokad.

Bawang putih

Bawang putih telah digunakan sebagai bahan pengobatan selama ribuan tahun. Warga Mesir kuno mengonsumsi bawang putih untuk stamina. Dalam pengobatan modern, bawang ini ditemukan bisa menurunkan kolesterol, mencegah pengentalan darah, mengurangi tekanan darah, dan mencegah infeksi. Penelitian, seperti dikutip situs perevention.com, menemukan bahwa bawang putih membantu mencegah pembentukan plak di arteri.

Bawang putih mencegah partikel kolesterol menempel di dinding arteri.

Untuk mendapatkan manfaat, cobalah mengonsumsi dua hingga empat siung bawang putih segar sehari.
Bayam

Bayam kaya lutein, pigmen yang terkandung dalam sayuran berdaun hijau gelap dan kuning telur. Lutein telah terbukti efektif melindungi dari age-related macular degeneration (AMD), penyebab utama kebutaan. Penelitian baru-baru ini menemukan, setengah cangkir makanan kaya lutein sehari bisa mencegah serangan jantung dengan membantu dinding arteri melepaskan kolesterol , penyebab penyumbatan.

Teh

Teh, baik panas maupun dingin, mengandung komponen antioksidan. Studi-studi menemukan bahwa teh membantu menjaga kelenturan pembuluh darah dan mecegah pengentalan darah. Kandungan antioksidan flavonoid dalam teh terbukti mencegah oksidasi kolesterol jahat LDL, yang memicu pembentukan plak di dinding arteri. Antioksidan kuat ini juga dinyatakan menurunkan kolesterol dan tekanan darah.

Secangkir teh panas pada dasarnya mengandung lebih banyak antioksidan dibandingkan satu takar buah atau sayur. Teh hijau dan teh hitam mengandung kadar antioksidan yang sama. Cobalah menikmati paling tidak secangkir teh sehari.

Dark chocolate

Dibandingkan dengan cokelat susu, jenis dark chocolate mengandung antioksidan tiga kali lebih banyak. Kandungan antioksidan flavonoid di dalamnya bekerja mencegah pengentalan darah, sehingga mencegah penyumbatan arteri.

Berita Pertanian : Ardin Sulsel Minta Gubernur Jamin Kredit Petani Kakao

MAKASSAR. Pengusaha pengadaan barang dan jasa menilai program Gernas Kakao di Sulsel tak akan berhasil jika tidak dikawal dengan baik. Selain, pengawasan bantuan pupuk, bibit, saprodi, dan biaya pemeliharaan yang tak utuh diterima petani, juga biaya untuk kelanjutan perawatan tanaman setelah tidak mendapat bantuan harus dipikirkan. Salah satu solusinya adalah kredit perbankan.

"Kami melihat program ini kurang berjalan baik, karena banyak bantuan yang diterima petani tidak utuh. Bukan itu saja, harus dipikirkan modal bagi petani kakao setelah memasuki tahun ke dua di mana tidak ada lagi bantuan," kata Ketua Umum DPD Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (Ardin) Sulsel, Haerumi Hamzah Tuppu, Senin, 28 Maret.

Menurut dia, menurut dia, untuk mengatasi kendala pembiayaan petani kakao pada tahun kedua program Gernas harus dipikirkan. "Solusi yang kami tawarkan adalah membantu petani mengakses kredit perbankan dan dijamin oleh Gubernur Sulsel," kata Haerumi yang juga Wakil Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel.

Alasan Ardin menawarkan diri menjadi mitra petani, karena asosiasi ini memiliki cabang di seluruh kabupaten/kota. "Jadi kami bisa memanfaatkan jaringan kami yang ada di semua kabupaten dan kota. Ini sebagai komitmen asosiasi kami untuk menyukseskan program Gernas Kakao, meskipun pengadaan barang banyak diberikan kepada pengusaha yang tidak kompeten," tegasnya.

Haerumi lebih lanjut mengingatkan, jika program ini, tidak dipikirkan solusi lanjutannya, akan banyak yang gagal. "Padahal kakao ini merupakan pemasok devisa terbesar kita. Karena devisa ekspor dari nikel kita tidak nikmati," jelas Haerumi Hamzah yang didampingi Wakil Ketua Andi Usdar Ahmad, Sekum Yusran IB Hernald, Bendahara Herry Kontessa, dan Wakil Bendahara Mansur D Lossen.

Menurut Haerumi, kredit perbankan yang dimaksud, memang dianggarkan oleh pemerintah pusat. "Pada saat bantuan dana pemeliharaan sudah tidak diberikan, pemerintah masih memberikan subsidi bunga kredit kepada petani melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian dan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan. "Ada subsidi dana di dua lembaga itu. Tetapi dalam bentuk subsidi bunga kredit," kata Haerumi.

Dia menjelaskan, dengan skema subsidi dari Ditjen Perkebunan dan Anggaran maka petani kakao bisa mengambil kredit dengan bunga 10 persen selama lima tahun. "Memang untuk mendapatkan kredit, petani pasti kesulitan, karena itu, butuh avalis," katanya.

Standar laporan untuk mendapatkan kredit, jelas Haerumi, pihaknya siap memfasilitasi petani dan perbankan. Apalagi Ardin memiliki jaringan pengurus sampai ke seluruh kabupaten dan kota. "Kami akan membantu mempertemukan petani dengan perbankan, terutama mengenai standar laporan perkembangan perkebunannya," jelas Haerumi.

Keterlibatan Ardin sebagai asosiasi rekanan swasta diamanatkan oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1643. Permen itu menyebutkan bahwa peran swasta sangat diharapkan dalam membantu sukseskan gernas kakao. "Ardin memiliki kemampuan untuk program ini," kata Haerumi.

Andi Usdar Ahmad menambahkan, pada Gernas Kakao tahap pertama, banyak petani yang tidak mendapat bantuan pupuk, saprodi, dan bibit sesuai jatah. "Ini terjadi karena rekanan yang ditunjuk bukan perusahaan yang memiliki kualifikasi badan usaha pupuk, bibit, dan saprodi," katanya.

Karena itu, dia berharap, untuk tahap selanjutnya, rekanan yang dijadikan mitra benar-benar berkualifikasi sesuai kebutuhan. "Ardin memiliki perusahaan kualifikasi A untuk pupuk, bibit, dan saprodi," tandasnya.

Berita Pertanian : SERANGAN ULAT. Dampak Cuaca dan Gangguan Ekosistem

Jakarta. Fenomena serangan ulat bulu di permukiman dan lahan pertanian desa-desa di Probolinggo, Jawa Timur, mengindikasikan terganggunya keseimbangan ekosistem setempat. Pola tanam monokultur, hilangnya predator dan parasit, serta cuaca ekstrem menyebabkan populasi herbivora itu tak terkontrol.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono dan ahli serangga LIPI, Hari Sutrisno, serta Asisten Deputi Kehati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup Antung Deddy Radiansyah, Selasa (29/3).

Siti, yang juga ahli burung, menjelaskan, penebangan pohon dan perburuan burung menjadi salah satu sebab jumlah burung pemakan ulat berkurang. Dampaknya adalah populasi ulat tidak mengalami tekanan alami.

Selain itu, ledakan populasi ulat juga bisa dipicu kondisi cuaca. Saat kondisi panas, kupu-kupu bertelur hingga ratusan butir. Saat hujan, telur tersebut menetas bersama-sama.

Hari Sutrisno menjelaskan, cuaca panas mendorong makhluk hidup melepaskan karbon dioksida dalam jumlah lebih besar. Karbon dioksida yang melimpah merangsang tanaman giat berfotosintesis. Ulat meresponnya dengan menambah porsi makan.

Hari menyebut parasit ulat, yaitu lebah tabuhan, dapat mengontrol laju populasi ulat. Saat ini, populasi lebah kecil tersebut jauh berkurang karena ekosistemnya tertekan pertanian intensif.

Lebah pengisap madu di rumput liar itu mati karena penggunaan pestisida antihama. ”Ini konsekuensi manusia yang tidak menjaga keseimbangan ekosistem,” katanya.

Kontrol lebah tabuhan terhadap ulat bulu, menurut Hari, lebih efisien dibandingkan dengan hewan predator burung, yang memiliki sifat pemilih makanan. Keberadaan bulu-bulu pada ulat mengurangi selera makan burung.

Hari menjelaskan, ciri berbulu pada ulat yang menyerang desa di Probolinggo menunjukkan spesiesnya dari famili Lymantriidae. Bulu ulat menyebabkan iritasi pada permukaan kulit luar karena kandungan biokimia pada bagian ujungnya. Ini menyebabkan rasa gatal dan panas.

Terkait penanganan ledakan ulat, Hari menyarankan petugas hati-hati saat menggunakan pestisida berbahan kimia. Ia khawatir pestisida juga mematikan serangga lainnya.

Antung Deddy belum banyak mendapatkan informasi dan laporan kasus ledakan populasi ulat itu. Namun, ia memprediksi salah satu penyebabnya pola tanam monokultur.

Pola tanam itu menurunkan keanekaragaman hayati lingkungan. Dampaknya, hewan/tanaman pengendali spesies tertentu musnah.

Antung menyarankan pola tanam dikembalikan ke heterogen. ”Tanaman heterogen lebih tahan serangan hama daripada monokultur,” katanya.

Berita Pertanian : Gagal Tanam Padi, Transmigran Pergi

Bangka Selatan. Program transmigrasi yang memanfaatkan lahan gambut di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ditinggalkan sebagian besar transmigran. Pemicunya, lahan yang disiapkan tak cocok untuk padi dan buruknya sistem irigasi.

Kegagalan bertani membuat sebagian transmigran memilih pergi kembali ke kampung asal. Hanya sebagian kecil yang bertahan di lokasi transmigrasi dan bekerja pada tambang timah ilegal. Sementara, sebagian perempuan membuat atap nipah.

”Saya sudah bertahun-tahun membuat atap nipah. Dulu kalau tahu dapat lahan seperti ini, mungkin kami tidak mau berangkat,” ujar Kasini, transmigran asal Purwokerto, Jawa Tengah.

Kepala Dusun II Desa Bangka Kota, Kecamatan Simpang Rimba, Sutarwin mengatakan, transmigran di desa itu ditempatkan secara bergelombang pada 1992 hingga 1996. ”Setiap desa disediakan untuk 100 keluarga,” ujarnya di Toboali, ibu kota Kabupaten Bangka Selatan, Selasa (29/3).

Total transmigran setempat sebanyak 300 keluarga. Mereka berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Setiap keluarga memperoleh 0,75 hektar lahan sawah bekas rawa dan 1 hektar berupa hutan. Namun, akses ke lahan 1 hektar itu baru dibuka beberapa bulan terakhir. ”Tanahnya terlalu asam, tak bagus untuk padi. Sekarang lahan itu kami pinjamkan ke perkebunan sawit. Kami dapat ganti akses jalan dan bibit sawit untuk ditanam di lahan satu lagi,” kata Sutarwin.

Di Batu Betumpang, jaringan irigasi belum menunjang persawahan. Akibatnya, sawah tak dapat pengairan cukup. ”Banyak sawah ditinggalkan karena tak dapat air,” ujar Sujana, transmigran di Batu Betumpang.

Pemprov Kepulauan Bangka Belitung (Babel) berencana membuka 10.000 hektar sawah di Batu Betumpang. Sebagian sawah akan dikelola transmigran. Sisanya dibagikan kepada warga setempat.

”Pengadaan lahan sedang menunggu izin Kementerian Kehutanan karena sekitar 6.000 hektar ada di kawasan hutan. Kami telah mengusulkan perubahan peruntukan,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Babel Nazalyus.

Permukiman telantar

Di permukiman transmigran pada lahan eks program Pengembangan Lahan Gambut (LPG) di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, sebagian rumah juga ditelantarkan. Transmigran menjual rumah, lalu pulang ke daerah asal. Di Desa Petak Batuah, Kecamatan Dadahup, misalnya, sejumlah rumah tampak kosong, tertutup, dan tak terawat.

Kepala Desa Petak Batuah Setu Raharjo mengakui, sejumlah rumah transmigran di desanya dijual. Desa itu dihuni transmigran sejak 1997. Awalnya rumah-rumah ini ditempati 400 keluarga, kini tersisa 317 keluarga.

”Rumah yang ditinggalkan di- limpahkan kepada warga lain. Ya, kasarnya dijual dengan harga Rp 2 juta- Rp 3 juta per unit. Mereka pindah karena tak tahan tinggal di sini,” katanya.

Kepala Desa Manyahi, Kecamatan Mantangai, Suparno, mengatakan, desa itu ditempati sejak 1997 oleh 479 keluarga. Kini tersisa 242 keluarga yang bertahan.

Harga sayur yang turun tajam membuat para petani membiarkan komoditas itu membusuk di kebun. Sejumlah petani juga membuang sayur ke kanal LPG. Hama tikus yang mengganas ikut memicu sebagian transmigran menyerah dan pulang.

”Awalnya tanah juga tak bisa ditanami sayur. Kalau ditanam, sayur mati. Transmigran harus bekerja keras menggarap lahan yang terlalu asam itu,” katanya.

Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) membuka lebar daerahnya sebagai tujuan transmigrasi. Transmigran dibutuhkan untuk mengisi daerah pemekaran baru guna mempercepat perkembangan wilayah. ”Tahun 2011 ini rencananya akan datang 850 keluarga transmigran untuk ditempatkan di lima kabupaten,” ujar Kepala Seksi Penempatan dan Kemitraan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sultra Hendrawati.

Berita Pertanian : Stop Impor Beras Per 31 Maret


Klaten. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah akan menghentikan impor beras per 31 Maret sesuai dengan perencanaan awal. Impor beras tak lagi diperlukan karena pasokan beras dalam negeri sudah mencukupi. Harga beras juga sudah turun karena pasokan memadai.

Mari mengatakan hal tersebut saat mengunjungi gudang Bulog di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (29/3). ”Sesuai dengan ketentuan masa impor yang sudah ditetapkan, impor beras kami hentikan per 31 Maret. Bagi yang sudah kontrak, tetapi barangnya belum tiba, masih ada kelonggaran karena sifatnya gangguan pengangkutan,” katanya.

Dia menuturkan, pasokan beras saat ini sudah mencukupi dengan banyaknya daerah yang panen. Indikasi ketercukupan pasokan juga terlihat dari turunnya harga beras. Penurunan harga beras berkisar 5-8 persen. ”Kami terus mendorong Bulog untuk pengadaan beras dari petani. Semakin cepat realisasinya, maka stok pangan nasional semakin aman,” katanya.

Mari menambahkan, pihaknya akan mengelola distribusi dan ketercukupan pasokan sebagai langkah antisipasi kenaikan harga beras akibat psikologis kenaikan gaji pegawai negeri sipil. ”Ada kemungkinan harga beras naik karena faktor psikologis. Namun, dengan pengelolaan yang baik, kami yakin tidak akan berlangsung lama,” tambahnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, realisasi impor beras per 16 Maret tercatat 1,37 juta ton atau 68,7 persen dari total kontrak 1,99 juta ton. Infrastruktur pelabuhan dan administrasi menjadi kendala yang dikeluhkan oleh Bulog. Sebagian besar beras yang diimpor berasal dari Vietnam dan Thailand.

Harga rata-rata nasional beras, menurut survei Kementerian Perdagangan, sebesar Rp 7.201 per kg. Harga itu sudah turun dibandingkan harga pada bulan Januari, yakni Rp 7.376 per kg. Di Klaten, harga beras kualitas medium sudah turun dari semula Rp 7.500 menjadi Rp 6.000 per kg.

”Pasokan beras sudah banyak karena sebagian besar sedang panen,” kata Sudiyo, pedagang beras di Pasar Cokro Kembang, saat ditinjau Menteri Perdagangan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Ihwan Sudrajat mengatakan, pasokan pangan di Jawa Tengah saat ini aman untuk beberapa bulan ke depan. Selain beras, pasokan sayuran juga memadai. Sebagian produk sayuran bahkan mulai diekspor ke Timur Tengah.

Berita Pertanian : Seabad Komersialisasi Kelapa Sawit







Sejak warga negara Belgia, Adrien Hallet dan K Schadt, menanam kelapa sawit secara komersial di Tanah Itam Ulu dan Pulau Raja di Sumatera Utara serta di Sungai Liput, Aceh, tahun 1911, Indonesia kini telah memiliki 7,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya menjadi pemilik areal terluas, Indonesia juga sudah menjadi produsen terbesar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia.

Meskipun merupakan tanaman asli Afrika Barat, tanaman penghasil minyak nabati paling efisien saat ini justru tumbuh lebih baik di Indonesia. Untuk Indonesia, Sumatera bagian utara merupakan kawasan terbaik untuk pertumbuhan kelapa sawit. Hal ini pula yang membuat perkembangan kelapa sawit, mulai swasta sampai rakyat, di sana lebih maju daripada daerah lain.

Sayang, Indonesia yang merupakan lokasi pertama komersialisasi kelapa sawit sampai kini masih berkutat dengan ekspansi perkebunan. Sementara Malaysia, yang membudidayakan kelapa sawit mulai tahun 1912 di Rantau Panjang, Kuala Selangor, kini sudah menjadi salah satu acuan bisnis CPO global, selain Rotterdam, Belanda.

Produktivitas dan efisiensi menjadi kunci memenangi persaingan. Malaysia paham betul soal ini. Pemerintah Malaysia pun fokus mengembangkan penelitian dan pengembangan kelapa sawit dimulai dari benih unggul, pengelolaan kebun, sampai pengembalian dana pungutan untuk kepentingan riset dan pembangunan infrastruktur pendukung bisnis CPO. Dengan lahan sedikitnya 4,5 juta hektar, Malaysia disegani di pasar minyak nabati global.

Berkat konsistensi pelaksanaan kebijakan, perkebunan kelapa sawit Malaysia mampu memproduksi 6 ton CPO per hektar per tahun. Sementara Indonesia, rata-rata 2,5 ton per hektar per tahun. Walaupun demikian, lahan luas membuat Indonesia masih mampu memproduksi CPO lebih tinggi dari Malaysia dan bersama negeri jiran tersebut memasok 87 persen kebutuhan CPO global. Malaysia mampu memetik peluang kenaikan harga CPO yang terjadi selama 4 tahun terakhir berkat keseriusan pemerintah mengembangkan industri hilir.

Sementara kita, pemerintah baru serius memerhatikan kelapa sawit selama 5 tahun terakhir. Walau perhatian itu lebih banyak mengkhawatirkan kenaikan harga minyak goreng sebagai salah satu komponen inflasi. Padahal, kelapa sawit terbukti tangguh menghadapi krisis ekonomi tahun 1998-1999. Saat perekonomian nasional tumbang akibat rupiah terpuruk, kesejahteraan petani kelapa sawit justru meningkat berkat nilai tukar dollar AS. Demikian pula saat harga minyak bumi melonjak tahun 2007, roda ekonomi riil di sentra-sentra perkebunan berputar kencang. Permintaan kendaraan bermotor, bahan bangunan, dan garmen meningkat tajam.

Sudah 100 tahun kita membudidayakan perkebunan kelapa sawit. Kita seperti terus berputar-putar di tempat. Jangan pernah puas dengan bea ekspor sedikitnya Rp 14 triliun dan devisa Rp 122,7 triliun, tetapi lupa mengembangkan masa depan kelapa sawit nasional, industri hilir CPO.

Berita Pertanian : Ikan Pora-pora Samosir Diolah Jadi Crispy

Samosir. Ikan pora-pora atau ikan bilih yang banyak ditemukan di perairan Danau Toba ternyata bukan saja lezat bila dimasak, namun dapat juga dapat dijadikan menjadi makanan ringan jenis crispy (kerupuk ikan yang renyah-red). “Ikan pora-pora yang banyak ditemukan di perairan Danau Toba sudah sangat terkenal di seantero nusantara, namun ikan ini belum diolah menjadi makan ringan. Tapi, dengan keberadaan pengelolaan crispy ikan pora-pora ini diharapkan mampu menciptakan gerakan ekonomi kerakyatan,” ungkap Direktur CV Crispy Pora-pora Danau Toba, Parlin Manihuruk, Selasa (29/3).

Ditambahkannya, crispy pora-pora diharapkan menjadi oleh-oleh khas asal Samosir dan mampu menembus pasar internasional dengan harga yang terjangkau. "Kehadiran perusahaan jajanan ringan ini bukan hanya menciptakan oleh-oleh khas asal Danau Toba, namun juga mampu membuka peluang usaha yang menyerap tenaga kerja yang pada akhirnya menciptakan pertumbuhan perekonomian kerakyatan,” ujar Parlin.

Komposisi crispy pora-pora, kata dia, terbuat langsung dari ikan pora-pora yang dicampur dengan adonan telur ayam, tepung beras, tepung tapioka, garam, bawang putih dan dimasak pakai minyak nabati. “Manfaat makanan crispy ini dapat meningkatkan gizi, mencerdaskan otak, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan kadar HB darah, meningkatkan produksi ASI ibu menyusui, mencegah keropos tulang atau osteoporosis,” terang Parlin.

Ditambahkan Parlin, kehadiran perusahaan pengelolaan crispy pora-pora bukan hanya menambah lapangan kerja, tapi juga semakin melestarikan perairan Danau Toba, di mana seluruh masyarakat di sekeliling Danau Toba semakin menjaga kebersihan air Danau Toba.

Sementara Bupati Samosir Mangindar Simbolon mengapresiasi kehadiran oleh-oleh crispy pora-pora. "Pemkab Samosir akan mendukung segala bentuk usaha kerakyatan, apalagi usaha itu termasuk mendukung visi Kabupaten Samosir menuju kabupaten pariwisata,” ujar Mangindar.

Berita Pertanian : 10% Pestisida yang Beredar Palsu

Jakarta. Croplife International mengungkapkan lebih dari 10% pestisida, obat pembasmi hama dan penyakit tumbuhan yang beredar di pasaran Indonesia diperkirakan merupakan produk ilegal dan palsu.
Director of Anticounterfeiting Croplife International D"Arcy Quinn di Jakarta, Selasa (29/3) menyatakan, beberapa puluh tahun lalu diyakini tidak ada pestisida palsu maupun ilegal di pasaran, namun saat ini sangat marak baik di dunia maupun Indonesia. " Lebih kurang sekitar 10-12 persen pestisida yang ada di Indonesia itu palsu. Bisa juga lebih tinggi, terutama di negara yang aturannya longgar dan pengawasannya lemah," katanya.

Dia mengungkapkan, di Ghana 50% pestisida di pasaran yang digunakan untuk pembasmi hama tanaman kakao diperkirakan merupakan produk palsu.

Croplife International yang merupakan gabungan delapan industri pestisida multinasional itu menegaskan pemalsuan pestisida sudah melibatkan jaringan kejahatan internasional sehingga penanggulangannya harus melibatkan aparat internasional juga.

D"Arcy mengatakan, pestisida palsu maupun ilegal tidak hanya mengancam industri obat-obatan pembasmi hama tersebut namun juga merugikan petani maupun membahayakan kesehatan dan keamanan lingkungan.

Dampak terhadap pertanian, lanjutnya, yakni merusak tanaman, menghancurkan produksi pangan serta kegiatan ekspor komoditas akan terhenti. Pada 2007, produk sayur dari Spanyol dideteksi mengandung pestisida palsu sehingga seluruh negara Eropa menolak impor komoditas tersebut dari negara itu begitu juga yang telah beredar di pasaran harus ditarik. "Tentu saja ini membawa dampak kerugian yang sangat besar," katanya.

Sementara itu Direktur Eksektif Croplife Indonesia Sobar Praja mengatakan, pestisida palsu ataupun ilegal umumnya marak beredar di sentra-sentra produksi komoditas pertanian, salah satunya di kabupaten Brebes Jawa Tengah, Probolinggo dan Nganjuk Jawa Timur yang merupakan daerah produsen sayuran bawang dan cabai.

Ketika ditanyakan kerugian ekonomi yang dialami industri akibat maraknya pestisida palsu di lapangan, dia tidak menyebutkan angka pasti namun pada 2002 berdasar penelitian Universitas Indonesia mencapai Rp1,3 triliun.

Selain itu, menurut dia, nilai peredaran pestisida palsu sangat besar seperti di Brebes yang dapat mencapai Rp350 miliar per tahun. "Produk pestisida yang banyak dipalsukan umumnya yang laku di pasaran," katanya.

Oleh karena itu untuk menekan peredaran pestisida palsu maupun ilegal, Sobar menyatakan, pihaknya secara aktif memberikan pelatihan kepada petani cara mengidentifikasi produk yang asli maupun tidak asli. (ant)

Senin, 28 Maret 2011

Tips Ampuh : Kulit Mangga Ampuh Obati Cacingan dan Haid Wanita














JANGAN
langsung membuang kulit mangga seusai Anda mengupasnya sebab kulit mangga ternyata juga memiliki manfaat bagi kesehatan.

a. Kulit mangga dapat dijadikan sebagai obat cacing untuk anak. Daya antihelmintik pada kulit mangga membantu mencegah penyakit cacing untuk anak-anak, Antihelmintik juga sangat ampuh untuk membunuh kuman dan bakteri dalam perut.

Caranya: Rebus kulit mangga selama 15 menit maka zat antihelmintik di kulit mangga akan keluar. Ambil air rebusan kulit mangga dan taruh ke gelas untuk diminum. Rebusan kulit mangga ini sangat ampuh membunuh bakteri jahat di dalam perut.

b. Kulit mangga yang digoreng merupakan obat yang mujarab untuk pendarahan yang berlebihan selama haid. Ambillah kulit mangga yang masih hijau warnanya lalu goreng dalam minyak yang sudah panas. Setelah masak, makanlah, ulangi sampai pendarahan berkurang.

Tips ampuh : Cara sehat menangkal lapar

Rasa lapar bisa saja muncul bukan karena perut dalam keadaan kosong, tetapi juga karena fluktuasi hormon. Pilihan makanan sangat penting untuk mengurangi munculnya rasa lapar akibat hormon, terutama bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan.

Cobalah untuk menangkal rasa lapar dengan cara yang sehat. Anda bisa mengikuti enam cara mudah berikut yang dilansir dari Women's Health.

1. Ikan

Daripada memilih daging merah atau ayam sebagai lauk di menu utama, lebih baik pilih ikan. Menurut dr. Susanna, ahli gizi asal Autralia, indeks kepuasaan memakan ikan lebih tinggi dibandingkan daging dan ayam.

2. Jus buah tak disaring

Hindari mengonsumsi jus buah dalam kemasan. Lebih baik Anda buat jus sendiri yang tidak disaring. Buah yang sudah hancur karena diblender banyak mengandung serat yang akan menimbulkan rasa kenyang saat Anda meminumnya.

3. Tutup hidung

Saat mencium aroma donat, roti atau muffin yang baru saja matang, memang hasrat makan bisa meningkat. Untuk menghindarinya, tutup saja hidung Anda. Cara ini bisa menginduksi sekresi insulin yang membuat Anda berpikir kalau Anda lapar.

4. Konsumsi wortel mentah

Wortel merupakan sayuran yang juga enak dinikmati dalam keadaan mentah. Menurut penelitian tim dari Irlandia, mengonsumsi wortel dalam keadaan mentah bisa membuat Anda lebih kenyang.

5. Konsumsi vitamin

Pastikan nutrisi tubuh terpenuhi dengan baik. Jika Anda merasa ragu, konsumsi saja vitamin. Itu karena jika tubuh merasa kekurangan nutrisi, hasrat makan akan meningkat. Sehingga, Anda akan merasa lapar dan makan lebih banyak.

6. Makan di tempat yang terang

Pastikan lampu di ruangan makan dalam keadaan terang. Menurut penelitian yang dilakukan tim dari University of Illinois, Amerika Serikat, tempat yang temaram memicu seseorang makan berlebihan.

Berita Pertanian : Produksi Kopi Lambar Diprediksi Turun

LIWA. Produksi kopi di Kabupaten Lampung Barat pada 2011 diprediksi turun hingga 59% lebih dibandingkan dengan realisasi produksi 2010 yang mencapai 60.446,6 ton dari luasan areal 60.399,5 hektare.

Kabid Produksi Dinas Perkebunan Lampung Barat Agus Basmar mendampingi Kadis Perkebunan Rusdi, Minggu (27-3), menjelaskan menurunnya produksi kopi di Lambar pada 2011 karena cuaca ekstrem. "Bahkan, penurunan diperkirakan lebih dari 59%. Prediksi menurun hinggga 59% itu sifatnya masih minimal, penurunan bisa mencapai lebih dari jumlah itu," kata dia.

Agus menambahkan hal itu dapat dilihat dari perkembangan kondisi tanaman kopi yang ada saat ini. Banyak petani kopi yang mengeluhkan dan melaporkan soal bunga kopinya banyak rontok akibat cuaca ekstrem.

Selain laporan dari petani, banyaknya bunga kopi yang rontok itu juga dapat dilihat saat petugas melakukan peninjauan langsung di lokasi.

"Apabila melihat kondisi tanaman kopi memasuki musim bunga pada awal tahun 2011 ini, pihaknya memastikan produksi kopi pada 2011 akan mengalami penurunan secara drastis," ujarnya.

Agus juga menjelaskan tidak ada upaya untuk mengatasi hal itu karena semuanya terjadi secara alami. Meskipun demikian, kata dia, pihaknya telah mengimbau petani agar tetap merawat tanaman kopinya dengan baik.

Sebab, jika tanaman itu tetap dirawat, produksi yang akan dihasilkan pada 2012 mendatang diharapkan lebih baik. "Perawatan sangat penting untuk menghasilkan produksi lebih baik ke depannya," kata Agus.

Berita Pertanian : Asian Agri Kebanjiran Permintaan Bibit Sawit

MEDAN. Permintaan bibit sawit Asian Agri melonjak tajam atau sudah mencapai 12 juta kecambah hingga triwulan pertama 2011 dimana salah satu pembelinya dari perusahaan di Afrika.

"Permintaan benih yang tinggi itu harusnya menjadi sinyal positif bagi Indonesia bahwa pasar sawit masih cukup bagus sehingga tanaman itu harus semakin dikembangkan," kata General Manager and Chief Plant Breder PT Tunggal Yunus Estate, Asian Agri, Ang Boon Beng, di Medan, Senin (28/3).

Dia berada di Medan, menyusul Asian Agri ikut menjadi salah satu peserta stan di kegiatan Semarak 100 Tahun Sawit Secara Komersial yang digelar Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut mulai 28 Maret hingga 30 Maret 2011.

Afrika sudah memesan dan membeli kecambah ke Asian Agri sebanyak 40.000 kecambah dan disebut-sebut akan membeli lagi.

"Dengan pemesanan kecambah yang mencapai 12 juta butir itui, diperkirakan penjualan 15 juta kecambah seperti yang direncanakan Asian Agri tahun ini akan tercapai bahkan lebih," katanya.

Tahun lalu, penjualan kecambah perusahaan itu juga sudah mencapai 15 juta.

"Sebenarnya Asian Agri bisa menjual lebih banyak benih lagi karena jumlah induk cukup tersedia atau mencapai 23 ribuan, tetapi manajemen lebih memilih untuk menghasilkan benih yang benar-benar unggul sehingga induk yang akan dijadikan untuk benuh diseleksi secara ketat.

Asian Agri memiliki kebun pembibitan dengan kapasitas sebesar 15 juta bibit DxP segar yang merupakan generasi terbaru material-material penanaman berkualitas tinggi.

Unit Produski bibit DxP Asian Agri di Topaz sudah mendapat sertifikasi IS0 9001:2000.

"Tidak hanya melayani pembeli besar, Asian Agri melayani petani.Tetapi untuk petani diarahkan ke jenis bibit, bukan kecambah agar petani tidak lagi susah melakuka perawatan,"katanya.

Ketua Umum Gapki, Joefly Bahroeny, mengatakan, kecambah dan benih kelapa sawit berkualitas memang sangat dibutuhkan Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman maupun peningkatan kualitas minyak. yang sawit yang dihasilkan.

"Kalau produktivitas dan kualitas minyak yang dihasilkan lebih tinggi, maka Indonesia akan tetap menjadi penghasil sawit yang tidak bisa dikalahkan karena potensi untuk pengembangan lahan masih lebih memungkinkan dibandingkan negara produsen lain seperti Malaysia," katanya.

Gapki, dewasa ini, juga semakin memikirkan untuk membantu petani secara maksimal mendapatkan bibit berkualitas dengan harga lebih murah dan dengan cara lebih mudah.

Bagaimana-pun hasil sawit petani yang dewasa ini luasannya lebih besar ketimbang milik perusahaan swasta dan perkebunan, sangat diharapkan untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara produsen utama sawit dunia. (Ant)

Berita Pertanian : Petani Jeruk Karo Kewalahan Mengatasi Lalat Buah












Berastagi
. Produksi jeruk madu asal Kabupaten Karo saat ini menurun drastis. Bahkan untuk mendapatkan buah yang berkelas sangat sulit untuk didapatkan, kalaupun ada harga mencapai Rp 8.000 per kg.
Tingginya harga jeruk tersebut diakibatkan produksi jeruk yang juga minim karena belum terjadinya panen raya. “Selain itu, buah jeruk sejak beberapa bulan terakhir ini banyak mengalami kerusakan, akibat serangan hama lalat buah,” ucap beberapa petani jeruk, Minggu (27/3).

Beberapa petani yang cukup luas di antaranya Raturan Gurusinga, penduduk Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi dan Terang Sinuhaji, penduduk Desa Aji Julu Kecamatan Tiga Panah mengatakan, sekarang ini, tanaman jeruk banyak mengalami kerusakan. Sehingga tidak sedikit para petani jeruk melakukan pemagaran dengan benang jaring halus, seperti kelambu.

“Karena setiap buah jeruk yang sudah diserang hama lalat buah tidak dapat diselamatkan, hanya selang satu hari saja buah tersebut sudah jatuh ke tanah. Sedangkan modal untuk memagar tanaman jeruk sebanyak 125 batang petani harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 8 juta, semakin luas area tanaman kita maka semakin besarlah modal yang kita keluarkan,” ungkap Terang Sinuhaji.

Petani jeruk lainnya Raturan Gurusinga, mengatakan, untuk mengatasi serangan lalat buah, ia tidak memagar tanaman dengan benang jaring melainkan menggunakan racun hama Perodak DGW dan Pupuk NPK Cair Aura Multi. Di mana penyemperotan dilakukan lima hari sekali.

“Dengan adanya perlakuan khusus seperti ini dalam mengatasi serangan lalat buah otomatis berimbas terhadap kenaikkan harga buah jeruk. Karena jika petani tidak melipatkan biaya perawatan yang ada petani akan merugi. Atau bila dibiarkan dua bulan ke depan tidak ada lagi buah jeruk yang bisa di panen,” kata Raturan Gurusinga sembari berharap adanya campur tangan dari dinas terkait dalam mengatasi masalah tersebut.

Berita Pertanian : Di Bangka Flu Burung Mulai Menyebar

KOBA. Kasus flu burung di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Banga Belitung, menyebar ke Kelurahan Berok dan Padang Mulya, mengakibatkan puluhan ternak ayam mati setelah sebelumnya kasus yang sama terjadi di Kelurahan Dul.

Zainab, warga Kelurahan Berok, Kecamatan Koba, Minggu (27/3/2011) pagi, menjelaskan, dalam tiga hari terakhir sebanyak 15 ekor ternak ayam mati mendadak.

“Pada Jumat sebanyak sembilan ekor ayam mati mendadak kemudian Sabtu enam ekor menyusul mati mendadak pada pagi hari dan diharapkan penyebaran virus flu burung ini tidak semakin parah yang bisa merugikan perekonomian masyarakat kecil,” katanya.

Sebelumnya Kelurahan Dul (Kampung Dul), Kecamatan Pangkalan Baru juga dilanda kasus flu burung, mengakibatkan puluhan ayam mati mendadak di kelurahan perbatasan antara Bangka Tengah dengan Pangkalpinang itu.

Petugas ‘Participatory Disease Surveillance and Response’ (PDSR) atau Partisipasi Pelacakan dan Respon Penyakit Flu Burung, Drh Sigit Winarno, menyatakan Kelurahan Berok dan Padang Mulya serta Kelurahan Dul positif dijangkiti flu burung.

Sigit menjelaskan, ketiga kelurahan dimaksud positif dijangkiti virus H5N1 atau flu burung, berdasarkan hasil pemeriksaan tes cepat terhadap virus tersebut.

“Pendeteksian kami lakukan setelah mendapatkan laporan warga tentang kematian ayam secara mendadak dengan total puluhan ekor dalam satu minggu terakhir,” ungkap Sigit.

Berdasarkan laporan tersebut, lanjut Sigit, ia dibantu dokter hewan lainnya dan perawat hewan, dilakukan pendeteksian ayam yang mati dan hasilnya dipastikan karena virus flu burung.

Menurut Sigit, untuk mengantisipasi penyebaran virus H5N1, pihaknya segera memberikan cairan desifektan kepada ketua RT setempat agar dibagikan kepada warga yang beternak ayam.

“Kami juga akan terus memonitor tiga kelurahan tersebut sampai kami tetapkan sebagai daerah yang aman dari flu burung,” kata Sigit.

Untuk dua kelurahan yang terjangkit virus tersebut, Sigit mengimbau warga yang memiliki ternak ayam, segera menyemprotkan cairan desinfektan pada kandang ayam beserta ayam ternak yang masih hidup.

“Selain itu ternak ayam jangan dibiarkan berkeliaran bebas di perkampungan, namun hendaknya dikandangkan meminimalisir terjadinya penyebaran virus tersebut,” katanya.

Sigit juga meminta, untuk sementara waktu warga di dua kelurahan tidak melakukan aktivitas jual beli ayam, sampai dinyatakan daerah itu dinyatakan ayam milik warga bebas dari virus flu burung.

“Kami juga akan melakukan pendeteksian selama satu bulan untuk mendeteksi apakah ayam ternak warga pada dua kelurahan telah aman dari serangan virus flu burung atau belum, ” ujar Sigit.

Drh Sigit Winarno menambahkan, ayam ternak warga yang mati secara mendadak harus segera dikuburkan ataupun dibakar sebelum dikuburkan.

“Selain itu kepada warga di Bangka Tengah agar dapat segera melaporkan kepada aparat desa maupun dokter hewan di tiap kecamatan apabila di desa atau kelurahan tempat tinggal terjadi peristiwa kematian ayam yang banyak secara mendadak,” katanya.

Benalu Kopi Menjadi Primadona

Oleh: An’nisa

BENALU atau parasit yang dapat tumbuh dengan sendirinya diberbagai pohon, tanpa disediakan media tumbuhnya dapat berkembang subur.

Karena kehadirannya pada sejumlah batang pohon bukan sesuatu yang sangat diharapkan, maka tumbuh pula berbagai sebutan miring pada tumbuhan parasit ini.

Ada sebahagian menyebut- kan bahwa benalu atau parasit adalah sebagai tumbuhan yang mengambil sari dari batang atau ranting tempatnya tumbuh. Ada pula yang berkomentar, parasit seumpama lintah darat maka banyak para petani yang membencinya.

Benalu yang dapat tumbuh pada batang pohon yang menghasilkan buah seperti jambu, kuini, mangga dan kopi terdiri dari berbagai jenis. Ada benalu berwarna merah, hijau dan berwarna putih. Namun di balik berbagai sebutan yang tidak sedap terhadap benalu ini, be-nalu kopi adalah salah satu primadona yang dianggap mampu mengobati berbagai penyakit. Dari dulu benalu kopi sesuatu tumbuhan yang dicari sebagai obat alternatif. Adalah benalu yang tumbuh pada pohon kopi, sehingga disebut "benalu kopi."

Media tumbuh benalu kopi, umumnya pada tanaman pohon kopi yang usianya sudah tua.Benalu kopi tempat tumbuh pada batang atau ranting phon kopi untuk Sumatera Utara terdapat di kawasan dataran tinggi, misalnya pada tumbuhan batang kopi di Kabupaten Dairi dan di kawasan Pakantan Mandaling Natal.

Kopi Pakantan bahkan sudah terkenal sejak zaman penjajahan Belanda dan pada penjajahan zaman Jepang kopi Pakantan telah banyak diekspor ke Jepang melalui pelabuhan Teluk Bayur Padang.Kopi Pakantan yang telah berusia ratusan tahun tidak diragukan lagi tempat media tumbuh benalu kopi yang dianggap berkhasiat itu.

Dari ramuan pengobatan tradisional suku Batak tenyata benalu kopi memiliki manfaat yang tidak terkira jumlahnya. Benalu kopi diprediksi dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti asam urat, ginjal, diabetes, kanker dan berbagai penyakit lainnya.

Bukan hanya suku Batak yang memanfaatkan benalu kopi sebagai obat tradisional, di Tiongkok kuno benalu kopi sebagai campuran obat tradisional telah lama digunakan. Keunggulan obat tradisional tersebut sudah lama diketahui, selain manjur untuk pengobatan berbagi penyakit di atas, jelas pula bahwa penggunaan obat alami bebas dari kimia.

Obat-obat yang mengandung kimia di satu sisi dapat menyembuhkan penyakit, tepai di sisi lain dapat menimbulkan efek samping. Efek samping dari obat-obat yang mengandung kimia tersebut dalam jangka waktu tertentu muncul ke permukaandan penyebuhannya harus ditangani secara serius oleh pihak medis.

Pada dasarnya benalu kopi bukan tumbuhan yang dikehendaki karena sosoknya yang dianggap parasit atau pengisap sari tumbuhan yang dipelihara.

Namun walau belum terpublikasi hasil penelitian para ahli kepada rakyat, tetapi etnis suku Batak di daerah ini sudah lama mengetahui bahwa benalu kopi adalah tumbuhan yang berkhasiat dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Khasiat

Menjadikan benalu kopi sebagai obat tentunya membubutuhkan pengolahan yang sempurna. Pengolahan tersebut memiliki tatacara tersendiri agar khasiatnya tidak terbuang percuma. Apabila salah dalam pengolahan bisa saja tidak ada artinya, sama dengan berbagai tumbuhan lainnya yang sama sekalai tidak ada khasiatnya.

Memanfaatkan obat-obat tradisional seperti itu hampir sebahagian besar dengan cara mengambil sarinya. Ada dengan cara ditumbuk sampai halus, baru diperas airnya. Adapula yang direbus, juga dengan mengambil sari dari air rebusan itu.

Demikian pula dengan mengolah benalu kopi boleh dilakukan dengan cara yang disebut infusa. Air sari tumbuhan obat yang dihasilkan dengan cara perebusan dengan air biasa dengan suhu 90 derjat celcius dilakukan selama 15-20 menit.

Mengambil sari tumbuhan dimaksud harus benar-benar memperhatikan komposisinya misalnya dalam 100 gram bahan tumbuhan obat direbus dengan segelas air, hasil yang diharapkan hanya sepertiga gelas.

Hasil akhir dari sari tumbuhan obat tersebut sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan wadah atau panci khusus.

Panci khusus tersebut disebut pula panci infus, yakni panci bersusun dua. Bahagian panci yang berada di bawah diisi dengan air sebagai pemanas.Sementara panci di atasnya berisi air penyari dan bahan obat. Cara lain adalah dengan menggunakan kaleng lapis dua yakni lapis pertama diisi dengan air dan lapisan kedua berbagai bahan baku obat yang tidak tersambung dengan air pemanas di lapis pertama.

Dengan cara demikian, panas air pada lapisan panci pertama dan kedua dapat dikontrol dan bahan obat tersaring secara benar. Lagi pula rancangan khusus yang dimiliki panci infus membuat zat kimia yang tercampur di dalamnya tidak tercampur dengan sari tanaman atau bahan obat.

Dalam memperoses benalu kopi menjadi obat jangan lupa terlebih dahulu membersihkannya, karena pada lembar benalu kopi tersebut bisa saja terdapat jamur yang membahayakan. Secara cepat dapat diperhatikan, pada lembar daun tumbuhan benalu itu terdapat jentik-jentik berwarna putih, bisa saja itu sejenis jamur.

Maka sebelum mengolahnya menjadi obat harus benar-benar diperhatikan.Salah-salah dalam pengolahan, bukan pengobatan yang dihasilkan tapi malapetaka yang datang. Suhu air yang berlebihan akan dapat merusak sari tumbuhan obat.

Selain dengan cara mengambil sari benalu kopi dengan cara merebusnya, cara lain dapat pula dilakukan dengan mengiris daun benalu kopi lalu dijemur hingga kering. Setelah kering, kapan saja digunakan tinggal menyeduhnya dengan air panas.

Kepada pengguna perlu diingatkan, apabila membeli benalu kopi di pasaran yang sudah berbentuk sachet harus diperha-tikan produsen yang memproduksinya tidak mencampurnya dengan bahan yang mengandung kimia.

Bahakan dalam bentuk kemasan juga harus terbebas dari bahan yang mengandung kimia apalagi untuk pengobatan penyakit kanker.

Penyajian obat-obat tradisional sebaiknya dilakukan dengan peralatan yang berbahan baku proselen atau periuk tanah agar terhindar dari bahan kimia termasuk gelas plastik, melamin dan peralatan lain yang mudah terkontaminasi dengan berbagai sumber beracun.

Peluang Usaha Pertanian : Keuntungan berlipat dari menanam selada keriting


Selada keriting biasa digunakan sebagai salah satu bahan masakan Jepang atau sayur sajian steik. Permintaan sayuran ini terus meningkat. Petani senang, karena mereka bisa menuai untung hingga tiga kali lipat dari penanaman selada ini.

Seiring dengan pertumbuhan usaha kuliner, permintaan selada keriting terus meningkat. Maklum, selada sering menjadi pelengkap sajian atau pemanis sebuah hidangan.

Menurut Wasil, Kepala Produksi Saung Mirwan di Bogor, Jawa Barat, setiap bulan, mereka harus memasok hingga 800 kilogram (kg) selada keriting ke pelbagai restoran. Harga jual sayuran yang sering menjadi lalapan itu di atas Rp 5.000 per kg.

Begitu pula dengan Eko Nugroho. Petani dari Kaliurang, Yogyakarta yang baru menanam selada awal 2010 ini menyuplai 150 kg per bulan selada keriting dari lahannya seluas tiga hektare. Sebelumnya, ia bertanam timun jepang.

Eko beralih menanam selada keriting karena lahan yang dibutuhkan tak luas dan dapat ditanami terus menerus. Dia pun berani mengklaim selada keriting asal Kaliurang lebih gurih dan tahan lama.

Eko menjual selada keritingnya dengan harga berkisar Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per kg. Bila musim hujan tiba, ia bisa mendongkrak harga jualnya sampai Rp 10.000 per kg.

Dalam sebulan, Eko bisa meraup omzet Rp 800.000 hingga Rp 1,5 juta dari selada keriting. Meski omzetnya terbilang kecil, keuntungan penanaman selada keriting ini cukup besar. "Karena biaya produksi hanya Rp 3.000 per kg," kata Eko. Padahal, harga benih selada keriting cuma Rp 18.000 per 1.000 benih.

Hanya, Eko mengakui, harga selada keriting, terutama di pasar cukup berfluktuasi. Ia pun berniat mengirim seladanya ke restoran atau supermarket.

Untuk menjaga kontinuitas pengiriman ke supermarket, Eko juga akan menggandeng petani selada keriting lainnya. Maklum, supermarket menerapkan sistem penalti jika pengiriman tidak lancar alias seret.

Selada keriting baik ditanam di ketinggian 900 meter hingga 1.200 meter. Sayuran ini bisa dipanen tiap enam minggu sekali. Eko pun memanen seladanya dalam waktu 35 hari.

Saat menggemburkan tanah, dilakukan pemupukan dengan menggunakan kompos. Setelah itu, pada usia tiga minggu digunakan pupuk MPK.

Selain kompos, Eko juga memakai pupuk kacing. Pupuk ini berasal dari tanah yang telah dimakan oleh cacing. Selain itu, ia juga menggunakan air seni kelinci. Tentu saja, air kencing kelinci itu difermentasikan terlebih dahulu. Semua pupuk ini diaplikasikan pada tanah sebelum penanaman.

Supaya hasil panen memuaskan, tutur Wasil, di atas tanaman selada harus dipasang plastik untuk melindungi dari hujan dan terik matahari.

Penyakit yang sering menyerang selada keriting adalah bercak daun. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Cerkospora dan Aternaria ini justru muncul menjelang masa panen.

Namun, kedua jamur itu bisa diatasi dengan pestisida yang mengandung bahan aktif Propinet. Hanya, Eko justru memilih mencabut seladanya bila ada yang terkena penyakit.

Adapun hama yang mengganggu tanaman ini adalah ulat tanah. Ulat sering menyerang saat tanaman berumur satu hingga dua minggu. "Setelah itu, ulat tak menyukai rasa daunnya," ujar Wasil. Untuk membasmi ulat, petani menyemprotkan pestisida dengan kandungan bahan aktif Deltametrin.

Peluang Usaha Pertanian : Briket tempurung sukses menembus pasar luar negeri


Selain minyak tanah dan gas elpiji, briket tempurung kelapa bisa menjadi alternatif bahan bakar untuk berbagai macam keperluan. Briket tempurung disukai karena memiliki energi 7.340 kalori sehingga menghasilkan panas lebih tinggi dibandingkan dengan briket arang kayu biasa.

Novi Setiawan di Bantul, Yogyakarta sudah menekuni bisnis pembuatan briket tempurung kelapa sejak tahun 2008 lalu.

Ia menjual seluruh hasil produksinya ke luar negeri seperti ke negara-negara Timur Tengah. "Negara tujuan utama adalah Jeddah," katanya.

Agar bisa menembus pasar ekspor, Novi membuat briket tempurung dengan standar yang ketat. Salah satunya, memastikan bahan baku briket yaitu tempurung kelapa benar-benar bebas dari serat kulit kelapa. Tempurung harus benar-benar bersih dari serat. "Kalau tidak bersih, kita bekerja dua kali. Tempurung yang masih tertutup serat tidak terbakar sempurna," tutur Novi.

Muhammad Fahni di Gresik, Jawa Timur juga melihat peluang di bisnis ini. Sejak tahun 2006 dia memproduksi briket tempurung kelapa.

Fahni juga menjual sebagian briketnya ke pasar luar negeri. "Sebanyak 80% ekspor, 20% untuk pasar lokal," ujarnya. Negara-negara tujuan ekspor Fahni, antara lain Jepang dan Australia. Ia menambahkan, ekspor briket ke Jepang turun sekitar 30% akibat bencana alam gempa dan tsunami.

Briket tempurung digunakan untuk berbagai keperluan. Di pasar Timur Tengah, briket tempurung kelapa digunakan untuk kelengkapan shisha. Adapun di Jepang digunakan untuk keperluan restoran.

Dari penjualan briket ini Novi bisa mengantongi omzet Rp 97 juta per bulan. Adapun Fahni meraup omzet Rp 80 juta sampai Rp 100 juta per bulan.

Kedua produsen briket ini tidak kesulitan memperoleh bahan baku tempurung. Sebab, perkebunan kelapa banyak terdapat di Yogyakarta maupun Gresik. Proses pembuatannya juga tidak begitu sukar.

Setidaknya ada 7 tahapan pembuatan briket tempurung kelapa. Pertama adalah pembakaran tempurung. Dalam tahap ini, tempurung tidak boleh memiliki potongan terlalu kecil. "Idealnya belah dua atau empat," jelas Novi. Setelah itu tempurung kelapa dihancurkan dengan kondisi masih sedikit kasar.

Setelah menjadi seperti tepung kasar, bahan baku tadi dicampur dengan cairan pelekat yang terbuat dari bubur tepung tapioka dengan perbandingan 1:4. "Bubur tapioka tidak lebih dari 5%," tambah Novi.

Campuran itu kemudian dicetak menggunakan mesin press hingga membentuk persegi dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan ketebalan 2,5 cm atau sesuai permintaan pembeli. Terakhir, briket dijemur dan dioven agar tidak berjamur.

Novi bisa memproduksi sekitar 500 kg briket dalam sehari. Sedangkan Fahni mampu memproduksi sekitar 1 ton briket tempurung dalam sehari.

Novi menjual briket bikinannya Rp 7.300 per kg dalam kemasan. Untuk yang tidak dengan kemasan harganya Rp 5.000 per kg. Adapun Fahni menjual briketnya dengan harga Rp 5.000 per kg.

Berita Pertanian : Pedagang Lebih Pilih Jual Buah Impor

Jakarta. Peredaran buah-buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya.

Selain berharga murah, suplai buah impor sangat berlimpah sehingga tak sulit untuk memasarkannya.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja, Minggu (27/3)

"Hancur, hancur kita, lihat buah-buah kita dikuasai semua oleh barang luar. Barang kita terlalu mahal, sehingga pedagang sampai konsumen lebih senang buah impor," katanya.

Hasan menambahkan saat ini ada fenomena menarik, yaitu para pedagang sudah mengemas penjualan buah impor dengan menggunakan kendaraan pick-up (mobil bak terbuka), tersebar banyak di pinggir-pinggir jalan.

Bukan hanya itu, peredaran buah impor kini sudah menyebar ke banyak pelosok di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa dan wilayah lainnya.

"Sekarang ini sudah bukan hanya fenomena kota, di Sumatera juga banyak, tapi masih mending tak separah di Jawa.

Misalnya saya ke Jawa Tengah, dari Semarang hingga Banjarnegara, sampai-sampai di Ciwidey (Bandung) saja sudah banyak buah impor," katanya.

Ia mengestimasi saat ini perederan buah impor seperti jeruk, apel, pear, anggur, duren monthong sudah menguasai pasar lebih dari 80%, di pasar moderen maupun tradisional. Distribusi buah-buah ini sangat sistematis oleh para importir maupun pemasok. Sehingga suplainya tak pernah kurang.

"Mengapa pedagang senang jual buah impor? Pedagang itu yang penting bagi mereka melihatnya barang murah, lebih menarik, berkesinambungan suplai-nya," katanya.

Masalah yang dihadapi oleh buah lokal saat ini, lanjut Hasan, selain suplai yang tak menentu, juga tampilan yang tak menarik.

Suplai yang tak menentu ini membuat harga buah lokal sering fluktuatif bahkan cenderung harganya tinggi.

"Kasihan petani kita, jika ini dibiarkan menjadi kecelakaan bangsa," katanya.

Ia mengatakan, membanjirnya buah impor bukan lah fenomena baru. Masalah ini sudah berlangsung lama dan semakin membesar setelah adanya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).

Selama ini ia melihat belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk mengatasi membanjirnya buah impor di pasar dalam negeri. "Saya melihatnya semakin bingung dan takut," katanya.

Seperti diketahui ACFTA telah ditandatangani pada November 2002, dalam jadwal penurunan tarif tahap pertama yaitu early harvest programme (EHP), dilakukan penurunan atau penghapusan bea masuk impor untuk produk-produk pertanian (termasuk diantaranya buah-buahan), kelautan perikanan, makanan dan minuman.

Minggu, 27 Maret 2011

Kebijakan Pengentasan Kemiskinan yang Dimulai dari Desa

Oleh : Roganda Simanjuntak

Kondisi sosial ekonomi masyarakat desa seringkali menjadi sorotan utama bagi para pengambil kebijakan. Sayangnya, banyak orang yang terjebak dengan tidak melihat akar permasalahan apa yang sebenarnya terjadi di Pedesaan.

Dengan desa yang menjadi rumah 60 persen penduduk miskin dan sektor pertanian yang menampung 41 juta tenaga kerja justru dianaktirikan. Kondisi ini telah mengakibatkan semakin menipisnya insentif dari sektor pertanian yang akhirnya mendorong pada peningkatan angka pengangguran dan angka urbanisasi. Kemiskinan yang terjadi dipedesaan inilah merupakan muara dari tidak tersedianya akses terhadap alat-alat produksi baik itu berupa akses terhadap sumber daya alam, teknologi, dan juga masalah pasar.

Harus diakui bahwa selama ini desa selalu menjadi objek dari pembangunan. Sumber daya alam yang melimpah justru menjadi objek yang tak henti-hentinya dieksploitasi oleh pengusaha yang justru mendapat ijin dari penguasa. Demikian juga dengan kota yang selama ini juga berperan serta dalam pengerukan kekayaan alam di desa.

Sumber kehidupan masyarakat dirampas untuk kepentingan pertambangan, perkebunan, transportasi, dan berbagai infrastruktur lainnya yang semuanya memihak pemodal kuat. Sulit mencari contoh, misalnya, kegiatan pertambangan yang menyejahterakan masyarakat sekitar. Tidak mudah pula menunjukkan contoh penebangan hutan yang setelah hutannya habis, kemudian masyarakat sekitar lebih sejahtera. Tentunya hal tersebut disebabkan oleh ijin-ijin yang dengan mudah diperoleh dari pemerintah. Apalagi dipihak pemerintah selalu berpendapat bahwa investasi datang maka masyarakat sekitar akan dapat "tetesan" dari investasi yang hadir di desa. Tentunya dengan hitung-hitungan bahwa investasi tersebut akan menyerap lapangan pekerjaan baru.

Disisi lain pemerintah tidak pernah menghitung berapa banyak rakyat yang kehilangan pekerjaannya apabila investasi datang. Misalnya penggusuran petani di desa. Sehingga konflik agraria selalu menjamur di seluruh pelosok desa di negeri ini. Benar memang bahwa tercipta lapangan pekerjaan baru tetapi akan lebih banyak lagi yang kehilangan pekerjaannya.

Jangan pernah menyalahkan warga (petani) dari desa berlomba-lomba pergi ke kota untuk mencari pekerjaan baru. Desakan ekonomi akibat minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan karena terpaksa harus kehilangan pekerjaan membuat mereka, yang tidak memiliki tingkat pendidikan dan keahlian kerja memadai nekat berangkat ke kota bahkan mengadu nasib di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Iming-iming gaji tinggi dan pengalaman ke luar negeri dari para calo yang rajin bergerilya ke pelosok desa mampu mengikat banyak perempuan dan laki-laki dari usia tua sampai muda untuk menjadi TKI.

Ketimpangan pembangunan antara desa dan kota membuat kelompok masyarakat desa semakin termarjinalisasi. Mereka yang tidak mampu mengakses pendidikan, pelayanan kesehatan, dan infrastruktur semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat kota. Generasi muda semakin tak tertarik bekerja di sektor pertanian, apalagi perubahan ikllim yang akhir-akhir ini meningkatkan potensi gagal panen.

Kebijakan yang tidak Menjawab Akar Masalah

Tidak bisa disangkal bahwa pemerintah saat ini memiliki banyak program dalam pengentasan kemiskinan. Apalagi kebijakan pemerintah dibidang anggaran telah menaikkan anggaran dari APBN untuk mengurangi kemiskinan. Tidak tanggung-tanggung sejak tahun 2004 hingga tahun ini terjadi peningkatan jumlah anggaran yang signifikan. Ditahun 2009 misalnya, anggaran dari APBN untuk mengentaskan kemiskinan berjumlah Rp 66 trilliun. Kemudian anggaran di tahun 2010 berjumlah Rp 94 triliun (BPS, 2010).

Tetapi dengan angka yang cukup fantastis tersebut sehingga muncul pertanyaan. Apakah jumlah rakyat miskin drastis menurun? Tentunya sangat susah untuk menjawab bahwa angka kemiskinan berkurang dengan jumlah anggaran yang terbilang banyak tersebut.

Dengan anggaran yang cukup banyak tersebut justru penggunaannya hanya digunakan untuk membiayai program-program yang tidak menyentuh akar persoalan kemiskinan dan hak-hak dasar kelompok miskin. Tidak memiliki karakter penguatan masyarakat lokal dan tidak mengatasi masalah kemiskinan yang multidimensi. Tidak memiliki visi jangka panjang. Bagaimana tidak program-program yang ada masih bersifat karitatif yang sifatnya justru mematikan prakarsa masyarakat. Sebut saja Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras miskin (Raskin), fasilitas pembiayaan di desa-desa, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan kegiatan lainnya.

Saat ini pemerintah tengah mengatur Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang penetapan lahan pertanian pangan abadi yang didalamnya mengakomodir "kemitraan" antara petani dengan perusahaan agribisnis. Pada saat yang bersamaan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan dibiayai oleh Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) tengah menyusun RUU pertanahan yang disinyalir akan membuka pasar tanah di Indonesia. Demikian juga dengan RUU Pengadaan tanah untuk pembangunan yang disinyalir bakal dengan mudah merampas tanah rakyat dengan dalih untuk kepentingan pembangunan.

Dalam konteks RUU desa, undang-undang ini juga diyakini tidak menjawab permasalahan desa. Undang-undang desa hanya berfokus pada masalah pemerintahan dan lembaga demokrasi desa yang substansinya pun tidak jauh berbeda dengan undang-undang sebelumnya kecuali pada bentuk lembaga demokrasi desa dan sistem penggajian perangkat desa saja.

Dalam pelaksanaan pemerintahan desa sebagian besar masyarakat desa memiliki pluralisme tersendiri meskipun sebagian besar bentuk kelembagaannya sudah mengikuti format resmi. Oleh karena pluralitas itulah maka peran undang-undang disini justru tidak diperlukan. Apalagi sejak rezim orde baru berkuasa ada penyeragaman dengan bentuk desa di seluruh nusantara. Padahal masing-masing daerah punya gaya tersendiri dalam bentuk pemerintahan sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku di wilayahnya.

Ditetapkannya RUU desa yang memberikan legitimasi otonomi desa tanpa menjelaskan sampai dimana wewenang yang diberikan untuk pemerintahan desa justru akan membahayakan kedudukan desa itu sendiri. Hal ini justru malah akan memberikan celah yang lebih besar bagi kepentingan kapitalisme global untuk menyita kekayaan alam yang seharusnya menjadi milik rakyat desa. Saat ini saja ketika terjadi otonomi daerah, desa-desa sudah banyak mengalami eksploitasi dari perusahaan industri karena adanya SDA dan tenaga kerja murah.

Reforma Agraria Salah Satu Strategi Jitu Mengurangi Kemiskinan

Ada beberapa kisah sucsess story dari negara-negara yang berhasil memulai pembangunan dari pedesaan. Seperti misalnya negeri China. Kunci keberhasilan China adalah pembangunan yang dimulai dari desa dan pertanian. Dalam hal ini, ketersediaan lahan yang cukup untuk petani adalah syaratnya. Jadi, 10 tahun pertama itu fokus kepada pembangunan pedesaan. Artinya, kalau kita melihat, ini nanti pasti akan menciptakan kelas menengah baru di desa. Jadi, ada seperangkat kebijakan ekonomi yang membuat mereka ini kemudian mempunyai kekuatan untuk tidak hanya sekedar keluar dari kemiskinan, tetapi generasi selanjutnya naik ke kelas menengah.

Demikian juga dengan negara Jepang. Kebijakan-kebijakan membangun desa oleh pemerintah beranggapan bahwa apabila desa sudah sejahtera pasti keinginan warga dari desa untuk pindah ke kota akan semakin berkurang.

Reforma agraria juga dapat mendorong pembangunan pedesaan. Hal tersebut terwujud karena terjadinya peningkatan produktivitas pertanian, perwujudan ketahanan dan kedaulatan pangan, serta memperkuat ekonomi. Juga merupakan mekanisme jitu penyelesaian tuntas sengketa/konflik agraria yang mengutamakan rakyat korban. Hanya dengan kesetiaan pada semangat kerakyatan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 tahun 1960-lah pelaksanaan reforma agraria tidak saja akan mengikis kemiskinan dan pengangguran, melainkan mencabut akar ketidakadilan sosial bagi rakyat jelata.

Oleh karena itu, pelaksanaan pembaruan agraria yang komprehensif dan berorientasi pada kaum miskin hendaknya jadi dasar dalam program pengentasan kemiskinan. Tanpa pembaruan agraria yang komprehensif dan memihak si kecil, niscaya kemiskinan dan pengangguran akan terus mendera rakyat kita, dan keadilan sosial serta kemakmuran bangsa pun entah kapan dicapai. ***

Penulis adalah Peneliti di Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) yang berdomisili di Parapat.

Kayu Putih, Urat Nadi Buru


Petani Desa Karang Jaya, Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, memanen kayu putih, Minggu (20/3). Sejak satu tahun terakhir, harga jual kayu putih membaik, yang sebelumnya di bawah Rp 100.000 per kg kini mencapai Rp 115.000 per kg.

Oleh A Ponco Anggoro

Di antara hamparan tanaman kayu putih di perbukitan yang mengitari Desa Karang Jaya, Kecamatan Namlea, Pulau Buru, Provinsi Maluku, Ayudi (23) bersama 14 rekannya sibuk ”urut daun”, sebutan bagi warga setempat untuk kegiatan memetik daun kayu putih. Panas yang terik tidak menyurutkan aktivitas mereka.

Mereka juga nyaris tidak letih dan lelah meski harus naik turun bukit membawa daun hasil petikan ke tempat pengolahan. Sudah hampir dua minggu, ”urut daun” mereka lakukan setelah sekitar enam bulan berhenti. ”Tanaman baru bisa dipanen lagi setelah menunggu lima sampai enam bulan,” ujar Ayudi.

Setiap hari dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIT selama lima sampai enam bulan, mereka memetik daun. Hasil petikan kemudian dikumpulkan di bak yang terbuat dari rotan yang berada di gubuk kecil beratapkan daun sagu dan berdinding kayu.

Di gubuk itu terdapat dua ketel tradisional berbentuk seperti ember besar yang terbuat dari kayu kuning. Satu ketel untuk merebus daun kayu putih, sedangkan satu ketel lagi untuk menampung uap kayu putih.

Untuk menghasilkan minyak kayu putih, salah satu ketel yang sudah diisi daun kayu putih itu dipanaskan dengan kayu bakar. Uapnya lalu disalurkan ke ketel lain yang berisi air. Setelah itulah, minyak kayu putih terbentuk.

”Bisa 24 jam lamanya koki (sebutan bagi pengolah kayu putih di ketel) bekerja,” kata Ayudi.

Daun yang sudah dipetik memang harus segera dimasak agar minyaknya tidak berkurang. Karena itu, koki sering kali harus tidur di rumah ketel.

Dalam sehari, koki maksimal tiga kali memasak daun kayu putih. Dari proses itu dihasilkan 7 kilogram minyak kayu putih atau setara empat botol berukuran 620 mililiter.

Sudah sejak usia 12 tahun Ayudi mengolah kayu putih. Dia memperoleh hasil sekitar Rp 5 juta-Rp 6 juta untuk upah kerja selama lima sampai enam bulan. Baru setahun terakhir, pendapatannya bisa meningkat menjadi Rp 7 juta seiring kenaikan harga minyak kayu putih.

Harga di tingkat petani menembus Rp 100.000 per kg, bahkan bisa sampai Rp 120.000 per kg, padahal sebelumnya hanya sekitar Rp 70.000 per kg.

Tingginya permintaan menjadi penyebab utama. Ini pula yang memicu harga jual minyak kayu putih di pengecer naik sekitar Rp 10.000, dari Rp 90.000 menjadi Rp 100.000 per botol ukuran 620 mililiter.

Dari penghasilan itulah, Ayudi yang tidak lulus sekolah dasar (SD) bisa membantu orangtuanya menyekolahkan ketiga adiknya. Dua adiknya duduk di bangku sekolah menengah atas dan satu lagi masih SD.

Bahkan, Sauri (32), rekan Ayudi yang 12 tahun bekerja mengolah kayu putih, kini sudah bisa memiliki rumah sendiri. Adapun Wendi, rekan Ayudi lainnya, bisa melanjutkan kuliah di Namlea.

Hal serupa dialami para petani yang tersebar di seluruh (lima) kecamatan di Buru. Tak heran, mereka rela berjalan kaki berhari-hari ke areal tanaman kayu putih yang berada di hutan. Bahkan, mereka rela menginap hingga masa panen usai.

Padat karya

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buru mencatat, ada 267 unit usaha pengolahan minyak kayu putih dengan total pekerja 1.939 orang. Volume produksi rata-rata 90 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp 9 miliar.

Selain menyerap banyak tenaga kerja, minyak kayu putih juga menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Setidaknya sekitar Rp 1 miliar dari total PAD Rp 8 miliar didapat dari sekitar 110 ketel milik pemerintah yang disewakan ke pihak ketiga.

Minyak kayu putih di Pulau Buru memang dikenal memiliki kualitas unggul. Penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri di Ambon menyebutkan, minyak kayu putih Buru memiliki standar mutu utama karena kadar cineol-nya bisa mencapai 76 persen atau lebih besar dari standar minimal mutu utama yang hanya 55 persen.

Tak heran, minyak yang banyak bermanfaat untuk kesehatan ataupun digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan itu banyak dicari di pasaran nasional, bahkan internasional.

Kepala Seksi Bina Usaha Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buru Effendi Latief mengatakan, setiap tahun pemerintah selalu mengalokasikan dana untuk pengembangan minyak kayu putih. Dana itu sering kali dipadukan dengan bantuan yang diberikan pemerintah pusat.

Tahun 2010 lalu, misalnya, pemerintah pusat menyerahkan bantuan 15 ketel senilai Rp 100 juta untuk petani. Pemkab Buru juga mengalokasikan dana Rp 70 juta untuk melatih petani meningkatkan produksi sekaligus menjaga kualitas minyak kayu putih yang dihasilkan.

Bentuk koperasi

Menurut Wakil Bupati Buru Ramly Umasugi, pemerintah setempat menjadikan minyak kayu putih sebagai produk unggulan daerah. Bahkan, pemerintah setempat akan membentuk koperasi untuk mengurangi ketergantungan petani pada pedagang sekaligus menstabilkan harga jual minyak. ”Sudah turun-temurun, petani membuat perjanjian dengan pedagang meski mereka tahu (langkah) itu merugikan,” ujarnya.

Di tempat Ayudi bekerja, misalnya, sebelum masa panen 2010, petani membuat perjanjian bahwa 245 kg minyak kayu putih akan diberikan cuma-cuma ke pedagang minyak kayu putih. Adapun sisanya, 939 kg, dijual ke pedagang tersebut dengan harga yang ditentukan. Dengan cara itu, pedagang bisa mendapatkan margin keuntungan Rp 15.000-Rp 30.000 per kg.

Para petani mau terikat perjanjian itu karena mereka bisa meminjam uang kepada pedagang untuk kebutuhan operasional mengolah kayu putih seperti membeli kayu bakar. Petani pun bisa meminjam uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam sistem ijon seperti itu, petani harus melunasi utangnya dari hasil produksinya.

”Sering kali banyak kebutuhan keluarga muncul selama masa panen, sedangkan uang dari hasil panen sebelumnya sudah habis sehingga kami butuh pinjaman itu,” kata Sauri.

Jerat utang ini, menurut petani kayu putih di Mansinam, Kecamatan Waplau, Udin (28), membuat petani terjebak. ”Bahkan tidak jarang, ketel petani dijual untuk menutup utang,” ujarnya.

Lebih dari itu, para petani yang tidak punya jaringan pasar itu mau tidak mau harus menerima sistem ijon yang mencekik itu. Sebab, para pedaganglah yang memasarkan minyak kayu putih ke luar Buru, bahkan ke perusahaan-perusahaan pembuat minyak kayu putih di Jawa.

Bantuan pemerintah memang perlu, tetapi pemberiannya harus tepat guna. Bantuan ketel tahan karat (stainless steel) dari pemerintah pusat pada 2008 dan 2009, misalnya, tidak digunakan karena minyak kayu putih yang dihasilkan tidak sebaik ketel tradisional.

Bantuan bibit kayu putih untuk 10 hektar lahan di Desa Sawa, Namlea, juga sia-sia. ”Minyak kayu putih yang dihasilkan tidak sebagus tanaman kayu putih yang tumbuh liar,” ujar Abu Duila (43), petani kayu putih di Sawa, yang akhirnya lebih memilih memetik daun kayu putih liar di Waeteli.