Senin, 07 Maret 2011

Berita Pertanian : Bebek dan Telur Asin Berdayakan Brebes


Panas terasa menyengat, Senin (21/2) tengah hari. Puluhan peternak bebek di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sibuk menyiapkan pakan ternak yang tengah asyik bergumul di kandang. Bekatul, nasi aking, ikan, dan sedikit eceng gondok disiapkan jadi santapan bebek.

Beternak bebek telah menjadi bagian dan ciri kehidupan sosial masyarakat Brebes. Budidaya unggas itu diperkirakan berlangsung sejak tahun 1770. Saat ini, peternak bebek sudah memasuki generasi keempat atau kelima.

Seperti Roidin (51), peternak bebek di Desa Pakijangan. Ia menekuni usaha ternak bebek sejak 40 tahun silam saat usianya masih 11 tahun. Awalnya, usaha ternak bebek dilakoni kakek buyutnya mendiang Tarkam, yang kemudian dilanjutkan kakeknya mendiang Data, dan ayahnya mendiang Rejeh. Saat ini, Roidin memelihara 500 bebek usia produktif (enam bulan hingga 1,5 tahun) dalam kandang dan 1.100 bebek bayah (usia di bawah lima bulan) dengan sistem barah atau diumbar di sawah yang sedang panen padi.

Dari 500 bebek di kandang, diproduksi terluar rata-rata 400 butir per hari. Harga telur saat ini Rp 1.150 per butir, maka diperoleh penghasilan Rp 460.000. Untuk kebutuhan pakan, dia menghabiskan biaya Rp 174.000, terdiri dari 70 kilogram bekatul, 50 kilogram ikan, dan setengah karung eceng gondok. ”Saya tidak menggunakan aking karena harganya Rp 2.400 per kilogram. Diganti bekatul saja,” kata ayah tiga anak tersebut.

Semua pekerjaan dilakoninya bersama istrinya, Sri Budianti (40). Dia hanya mempekerjakan dua buruh untuk menjaga bebek bayah yang diumbar.

Meskipun keuntungan yang diperoleh tidak melimpah, Roidin mengaku bisa mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Selain membangun rumah dan membeli tiga sepeda motor, ia juga mampu membelikan tanah untuk semua anaknya di desanya. Setiap anak seluas 238 meter persegi.

Ketiga anaknya, yakni Darsipah (26), Warjoyo (23), dan Muhadi (21), pun mengikuti jejaknya sebagai peternak bebek. ”Sebelumnya anak saya Darsipah sempat bertanam bawang merah dan berjualan warteg di Jakarta, tapi rugi. Akhirnya dia pilih beternak bebek,” tuturnya.

11 kecamatan

Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Brebes tahun 2010, terdapat sekitar 650 peternak bebek, yang tergabung dalam 25 kelompok tani. Mereka tersebar di 11 dari 18 kecamatan di Kabupaten Brebes. Jumlah populasi bebek di Brebes mencapai 612.000 ekor dengan produksi telur sekitar 5,2 juta butir per bulan.

Sentra peternakan bebek terletak di daerah pantai utara, seperti di tepi laut, terletak dekat sungai serta memiliki hamparan luas. Lokasi pemeliharaan bebek terletak pada lepe-lepe atau bantaran sungai, yang berhubungan langsung dengan laut. ”Itu merupakan daerah-daerah yang maju bebeknya,” kata Atmo Tan Sidik, Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Brebes.

Saat air laut pasang, lanjutnya, di daerah lepe-lepe banyak dihasilkan udang, yang terbawa air sungai. Lepe-lepe juga kawasan yang sejuk dan tak banyak menghasilkan getaran. Kondisi lingkungan seperti itu sangat cocok bagi bebek karena ternak itu biasanya enggan bertelur dalam lingkungan yang banyak getaran.

Ada sejumlah prestasi juga tertoreh dari usaha peternakan bebek, antara lain, juara pertama tingkat nasional tahun 2004 diraih KTTI Maju Jaya, juara II tingkat nasional tahun 2007 diraih KTTI Adem Ayem, dan juara III tingkat nasional tahun 2009 oleh KTTI Mengkar Sari.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes Nono Setyawan menjelaskan, berdasarkan data tahun 2009, produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Brebes mencapai Rp 6,442 triliun. Subsektor peternakan, termasuk di dalamnya peternakan bebek, menopang sekitar 4,1 persen PDRB Kabupaten Brebes pada tahun itu.

Dari budidaya bebek, muncul usaha lain, seperti pengolahan telur asin. Usaha telur asin mulai berkembang di Brebes sekitar tahun 1950 yang dirintis warga keturunan Tionghoa setempat, yakni mendiang suami istri In Tjiauw Seng dan Tan Polan Nio.

Kini, hampir di setiap sudut kota dan desa terdapat pengolah dan penjual telur asin. Keberadaan toko-toko telur asin yang berderet di jalur pantura juga menjadi tanda keberadaan Brebes. Terdapat sekitar 200 gerai penjualan telur asin di Brebes dengan omzet penjualan sekitar 12 juta butir telur asin per bulan atau sekitar Rp 24 miliar per bulan.

Dibandingkan dengan hasil produksi ternak bebek, industri telur asin di Brebes masih kekurangan bahan baku 6,8 juta butir per bulan. Kekurangan itu dipasok dari Tegal, Pemalang, Cilacap, Indramayu, Cirebon, Blitar, dan Mojokerto. ”Kondisi ini memperlihatkan, peluang usaha bebek di Brebes masih terbuka lebar,” kata Nono.

Belum optimalnya produksi telur bebek di Brebes dipicu sejumlah kendala, antara lain, permodalan dan sumber daya manusia. Secara teknis, mutu genetik bebek yang dipelihara di Brebes juga belum menghasilkan produktivitas optimal.

Kini, Dinas Peternakan Kabupaten Brebes bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah pusat mengembangkan pembibitan bebek yang lebih berkualitas. Upaya lain adalah dilakukan pelatihan sumber daya manusia, pembinaan penyuluh peternakan, dan penempatan kawasan peternakan pada tanah nonkelas (tanah lepe-lepe), yang kondisi lingkungannya cocok untuk habitat bebek.

Bantu akses permodalan

Pemerintah juga membantu akses informasi dan permodalan bagi peternak. Misalnya, akhir tahun 2010, peternak di Desa Pengaradan, Kecamatan Bulakamba, mendapatkan kredit ketahanan pangan dan energi dari salah satu bank pemerintah sebesar Rp 500 juta.

Pemkab Brebes juga bantu mengembangkan sektor industri telur asin. Menurut Atmo Tan, pemkab memfasilitasi permohonan bantuan peralatan produksi industri telur asin ke dinas perindustrian dan perdagangan provinsi serta memfasilitasi perajin telur asin untuk mengikuti pasar lelang agrobisnis.

Selain itu, dilakukan pelatihan desain kemasan, bantuan stimulan kemasan bagi industri kecil telur asin, promosi, perluasan pasar telur asin, fasilitasi pendaftaran hak paten atau merek, serta fasilitasi uji laboratorium kualitas telur asin.

Saat ini, peternakan bebek juga berkembang dalam bentuk ternak bebek pedaging. Ternak bebek pedaging antara lain dikembangkan sejumlah peternak di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, dan di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba.

Di Desa Pakijangan, populasi bebek pedaging mencapai 70.000 ekor. Menurut Ketua Kelompok Ternak Bebek Adem Ayem, Desa Pakijangan, Kecamatan Brebes, Atmo Suwito Rasban, ternak bebek pedaging juga dilakukan peternak bebek petelur sebagai sampingan. ”Dari 100 peternak anggota KTTI, sekitar 85 orang juga beternak bebek pedaging. Populasi bebek petelur sendiri sekitar 89.000 ekor,” katanya.

Bebek pedaging dari wilayah tersebut dipasarkan ke Jakarta dan beberapa kota lainnya. Setiap hari, KTTI Adem Ayem, misalnya, mampu memasok sekitar 2.000 bebek pedaging berusia 1,5 bulan hingga 2,5 bulan. Bahkan, sebagai pendukung pengembangan usaha bebek pedaging, kelompok ternak tani bebek itu juga membangun pabrik pakan dengan bantuan dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 690 juta. Saat ini kapasitas pabrik pakan di wilayah itu mencapai satu ton per hari dan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dari sekitar 10.000 bebek.

Berkembangnya sektor peternakan bebek dan industri turunannya di Kabupaten Brebes ternyata juga menarik minat orang Malaysia untuk mengembangkannya. Terbukti, Atmo mengaku lima kali didatangi perwakilan peternak Malaysia.

”Mereka meminta saya menyediakan 10 hingga 15 peternak yang bisa mengajari cara beternak bebek dan membuat telur asin. Berapa pun bayarannya, akan dikasih,” ujarnya menjelaskan. Namun, Atmo menolaknya karena hal tersebut berpeluang menghancurkan peternak lokal yang selama ini bergantung hidup pada usaha ternak bebek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar